Tuesday, May 6, 2025
28.1 C
Jayapura

Satu Kapal Butuh 6 Bulan, Yang ijazah S1 S2 Biasa Dijadikan Tukang

Menurutnya, untuk membuat 1 unit kapal dibutuhkan waktu selama kurang lebih 6 bulan.
Mulai pembuatan lunas kapal sampai pada fisnishing.

‘’Lama pekerjaan sekitar 6 bulan. Itu mulai dari pekerjaan lunas kapal sampai pada finishing dan pengecatan,’’ tandasnya.

Jamal merupakan salah satu dari sekitar 11 orang kepala tukang atau ahli dalam pembuatan kapal di Lampu Satu tersebut.

Seluruhnya berasal dari Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Pria yang dikaruniai 5 anak tersebut mengaku keahlian dalam membuat kapal ini tidak melalui sekolah khusus tapi diperolehnya secara otodidak. Ia mulai bekerja di pembuatan kapal ini sejak umur sekitar 19 tahun, kalah itu baru lulus SMA, sehingga sampai sekarang sudah 34 tahun lamanya bergelut di pembuatan kapal ini.

Baca Juga :  Ada Burung Anti Keributan, Ada Monyet Suka Ganggu Anak Kecil

“Jadi untuk menjadi ahli atau professional membuat kapal ini dibutuhkan ketekunan, kerja keras dan konsistensi. Dan untuk membuat sebuah kapal seperti ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang sudah professional. Kalau membuat kapal seperti ini membutuhkan modal yang tidak sedikit,’’ katanya.

Di kampung asalnya, kata Jamal, sebagian besar warga membuat kapal. Pembelinya tidak hanya orang Indonesia tapi juga luar negeri,khususnya kapal kapal pinisi. Keahlian itu, lanjut dia, diperoleh secara otodidak. Tidak melalui jalur Pendidikan formal. Tapi sejak kecil, sudah belajar secara tekun, kerja keras dan secara konsisten.

‘’Di sana (Bulukumba,red), ada yang tidak sekolah tapi ahli dalam membuat kapal. Bukan berarti sekolah itu tidak penting,’’ katanya.

Baca Juga :  Dandim Pimpin Tradisi Korps Pindah Satuan Bintara

Disisi lain, lanjutnya, ada juga yang sudah lulus sarjana S1 bahkan sampai S2 tapi tidak bekerja secara layak sesuai dengan tingkat pendidikannya.

‘’Yang sudah sarjana S1 bahkan S2 terpaksa menjadi anak buah. Sementara yang tidak lulus SD menjadi kepala tukang. Tapi itulah kehidupan. Jadi sekarang sekolah tinggi-tinggi tidak menjamin akan memberikan pekerjaan yang layak. Itu fakta. Tapi sekali lagi sekolah itu sangat penting dan wajib,” tutupnya. (*)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Menurutnya, untuk membuat 1 unit kapal dibutuhkan waktu selama kurang lebih 6 bulan.
Mulai pembuatan lunas kapal sampai pada fisnishing.

‘’Lama pekerjaan sekitar 6 bulan. Itu mulai dari pekerjaan lunas kapal sampai pada finishing dan pengecatan,’’ tandasnya.

Jamal merupakan salah satu dari sekitar 11 orang kepala tukang atau ahli dalam pembuatan kapal di Lampu Satu tersebut.

Seluruhnya berasal dari Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Pria yang dikaruniai 5 anak tersebut mengaku keahlian dalam membuat kapal ini tidak melalui sekolah khusus tapi diperolehnya secara otodidak. Ia mulai bekerja di pembuatan kapal ini sejak umur sekitar 19 tahun, kalah itu baru lulus SMA, sehingga sampai sekarang sudah 34 tahun lamanya bergelut di pembuatan kapal ini.

Baca Juga :  Panas saat Terik Matahari, Jalanan Becek dan Sepi Pengunjung Saat Hujan

“Jadi untuk menjadi ahli atau professional membuat kapal ini dibutuhkan ketekunan, kerja keras dan konsistensi. Dan untuk membuat sebuah kapal seperti ini hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang sudah professional. Kalau membuat kapal seperti ini membutuhkan modal yang tidak sedikit,’’ katanya.

Di kampung asalnya, kata Jamal, sebagian besar warga membuat kapal. Pembelinya tidak hanya orang Indonesia tapi juga luar negeri,khususnya kapal kapal pinisi. Keahlian itu, lanjut dia, diperoleh secara otodidak. Tidak melalui jalur Pendidikan formal. Tapi sejak kecil, sudah belajar secara tekun, kerja keras dan secara konsisten.

‘’Di sana (Bulukumba,red), ada yang tidak sekolah tapi ahli dalam membuat kapal. Bukan berarti sekolah itu tidak penting,’’ katanya.

Baca Juga :  Anggaran Rp 8 - 10 Miliar, Harusnya Bisa Menjawab Permasalahan di Kampung

Disisi lain, lanjutnya, ada juga yang sudah lulus sarjana S1 bahkan sampai S2 tapi tidak bekerja secara layak sesuai dengan tingkat pendidikannya.

‘’Yang sudah sarjana S1 bahkan S2 terpaksa menjadi anak buah. Sementara yang tidak lulus SD menjadi kepala tukang. Tapi itulah kehidupan. Jadi sekarang sekolah tinggi-tinggi tidak menjamin akan memberikan pekerjaan yang layak. Itu fakta. Tapi sekali lagi sekolah itu sangat penting dan wajib,” tutupnya. (*)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya