Sunday, April 28, 2024
27.7 C
Jayapura

Tidur Beralaskan Tikar, Lation Anti Nyamuk Jadi Teman Setia Tiap Malam

Mengintip Perjuangan Forum Komunikasi Orang Tua Mahasiswa Penerima Beasiswa Otsus Papua

Tak terasa sudah dua minggu lebih sejumlah Orang tua dan mahasiswa yang tergabung dalam Forum Komunikasi Orang Tua Mahasiswa Penerima Beasiswa Otsus Papua nginap di pelataran kantor Gubernur Papua, nasib anak mereka penerima beasiswa Otsus Papua. Bagaimana keberadaan mereka saat ini ?

Laporan: Elfira, Jayapura

MATAHARI baru saja ‘pamit’ di bahu langit, satu persatu orang tua dan mahasiswa yang tergabung dalam Forum Komunikasi Orang Tua Mahasiswa Penerima Beasiswa Otsus Papua mendatangi Kantor Gubernur, Jumat (30/6).

Ada yang membawa makanan, kue. Namun, ada juga yang sekedar datang untuk nongkrong maupun tidur di pelataran gedung kantor Gubernur Papua dengan tikar yang sudah digelar.

Jumat (30/6) malam, merupakan hari ke-16 bagi orang tua dan mahasiswa yang tergabung Forum Komunikasi Orang Tua Mahasiswa Penerima Beasiswa Otsus Papua bermalam di gedung megah itu.

Dalam kerumunan orang tua yang diskusi tentang nasib anak mereka, terlihat seorang mahasiswi universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura yang ikut nimbrung. Namanya Getri, semester 3 jurusan Teknik Pertambangan.

Sudah setahun, sejak Juni tahun 2022. Ia tak lagi mendapatkan beasiswa dan akibatnya, anak pertama dari tiga bersaudara itu menggunakan uang pribadi untuk membiayai kuliahnya.

“Tahun ini, saya mau ambil cuti lantaran sudah tidak memiliki uang. Orang tua saya tak lagi mampu membiayai saya,” ucapnya dengan mata berkaca kaca.

Terkait dana beasiswa yang belum juga dicairkan sejak Juni tahun 2022, Getri mengaku kerap menanyakan hal itu ke kantor Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Papua. Hanya saja, jawaban dari pihak BPSDM membuatnya semakin kesal.

Baca Juga :  Ombak Tinggi, Stok BBM Terbatas Sebabkan Waktu Mencari Ikan Lebih Singkat

“Setiap minggu saya selalu cek dana beasiswa saya di BPSDM,  namun mereka seakan lepas tangan. Bilangnya  di kantor wali kota, namun setelah saya ke kantor wali kota, disampaikan bahwa Pemkot Jayapura tidak bertanggung jawab atas beasiswa ini. Seakan kami dipermainkan, dibuat kesana kemari tanpa kejelasan. Padahal, saya ini anak asli Papua,” ucapnya dengan nada kesal.

Ia berharap BPSDM segera membayar tunggakan dana beasiswa sejak Juni 2022 sampai sekarang dengan jumlah yang tepat. Juga meminta pemerintah Papua segera mengevaluasi pihak BPSDM.

Sementara itu, Ketua Forum Komunikasi Orang Tua Mahasiswa Penerima Beasiswa Otsus Papua, John Reba bersama orang tua lainnya masih memilih setia berada di pelataran Kantor Gubernur sejak 15 Juni lalu.

“Kami akan meninggalkan kantor Gubernur Papua setelah anak kami menyampaikan, bapak mama, kami sudah terima biaya kuliah dan biaya hidup,” ucapnya.

Para orang tua dan mahasiswi yang sudah 18 hari tidur di pelataran kantor Gubernur Papua ini hanya bisa pasrah ketika tubuh mereka kehujanan dan digigit nyamuk demi kejelasan dana beasiswa untuk anak anak mereka yang sudah nunggak selama 7 bulan.

Jika tak sempat pulang ke rumah, mereka memilih membasuh badang di toilet kantor gubernur. Lalu tidur beralaskan tikar di pelataran, untuk menghindari gigitan nyamuk, menggunakan lation anti nyamuk atau obat anti nyamuk.

“Obat anti nyamuk dan autan menjadi teman setia dikala tidur, agar terhindar dari gigitan nyamuk,” ucapnya.

Selama berada di kantor gubernur, makan minum dilakukan secara patungan dari para orang tua mahasiswa. Bagi yang tidak tidur, terkadang datang membawa makanan. Bahkan beberapa orang tua yang berada di luar Jayapura memberikan donasi dalam bentuk uang yang dikirimkan kepada forum orang tua.

Baca Juga :  Situasi di Kampung Nogilait Kembali Kondusif

John Reba mengaku, terkait dengan keberadaan mereka di kantor gubernur, hingga kini belum mendapat keluhan dari pegawai yang bertugas di Kantor Gubernur ataupun dari Satpol PP yang berjaga.

“Keberadaan kami di Kantor Gubernur tidak melakukan aktivitas yang menganggu para ASN, kami lebih banyak duduk berdiskusi tentang masalah yang dihadapi anak anak kami yang sedang kuliah di dalam maupun luar negeri, lalu mencari jalan keluar dari persoalan ini,” terangnya.

Adapun kabar kedatangan Presiden Jokowi ke Papua telah sampai ke telinga para orang tua dan mahasiswa. Untuk itu, persoalan ini akan disampaikan secara langsung kepada orang nomor satu di Indonesia itu.

 “Dalam kunjungannya nanti, kami berharap bisa bertemu dengan Presiden Jokowi dan menyampaikan unek unek kami. Biar beliau (presiden-red) mengetahui persoalan beasiswa terhadap anak Papua yang sudah menunggak, bahkaan ada yang tak kuliah lagi,” ucapnya.

Selama 18 hari tidur di pelataran kantor Gubernur Papua, para orang tua berharap pihak BPSDM bisa datang menemui mereka, untuk berdiskusi menyelesaikan masalah ini. Misalkan, data yang sampai saat ini menurut orang tua dan mahasiswa belum valid. Sehingga perlu diverifikasi dan divalidasi oleh pihak pihak terkait.

“Kami sudah membawa persoalan ini lebih dekat kepada pemerintah, itu artinya kami senang bisa bersama pemerintah membicarakan masalah ini. Bukan cuman dalam ruang rapat resmi, tapi dengan bersantai di teras kantor gubernur kita bisa cari solusinya,” tuturnya.***

Mengintip Perjuangan Forum Komunikasi Orang Tua Mahasiswa Penerima Beasiswa Otsus Papua

Tak terasa sudah dua minggu lebih sejumlah Orang tua dan mahasiswa yang tergabung dalam Forum Komunikasi Orang Tua Mahasiswa Penerima Beasiswa Otsus Papua nginap di pelataran kantor Gubernur Papua, nasib anak mereka penerima beasiswa Otsus Papua. Bagaimana keberadaan mereka saat ini ?

Laporan: Elfira, Jayapura

MATAHARI baru saja ‘pamit’ di bahu langit, satu persatu orang tua dan mahasiswa yang tergabung dalam Forum Komunikasi Orang Tua Mahasiswa Penerima Beasiswa Otsus Papua mendatangi Kantor Gubernur, Jumat (30/6).

Ada yang membawa makanan, kue. Namun, ada juga yang sekedar datang untuk nongkrong maupun tidur di pelataran gedung kantor Gubernur Papua dengan tikar yang sudah digelar.

Jumat (30/6) malam, merupakan hari ke-16 bagi orang tua dan mahasiswa yang tergabung Forum Komunikasi Orang Tua Mahasiswa Penerima Beasiswa Otsus Papua bermalam di gedung megah itu.

Dalam kerumunan orang tua yang diskusi tentang nasib anak mereka, terlihat seorang mahasiswi universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura yang ikut nimbrung. Namanya Getri, semester 3 jurusan Teknik Pertambangan.

Sudah setahun, sejak Juni tahun 2022. Ia tak lagi mendapatkan beasiswa dan akibatnya, anak pertama dari tiga bersaudara itu menggunakan uang pribadi untuk membiayai kuliahnya.

“Tahun ini, saya mau ambil cuti lantaran sudah tidak memiliki uang. Orang tua saya tak lagi mampu membiayai saya,” ucapnya dengan mata berkaca kaca.

Terkait dana beasiswa yang belum juga dicairkan sejak Juni tahun 2022, Getri mengaku kerap menanyakan hal itu ke kantor Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Papua. Hanya saja, jawaban dari pihak BPSDM membuatnya semakin kesal.

Baca Juga :  Universitas Terbuka Bentuk SDM Papua yang Unggul

“Setiap minggu saya selalu cek dana beasiswa saya di BPSDM,  namun mereka seakan lepas tangan. Bilangnya  di kantor wali kota, namun setelah saya ke kantor wali kota, disampaikan bahwa Pemkot Jayapura tidak bertanggung jawab atas beasiswa ini. Seakan kami dipermainkan, dibuat kesana kemari tanpa kejelasan. Padahal, saya ini anak asli Papua,” ucapnya dengan nada kesal.

Ia berharap BPSDM segera membayar tunggakan dana beasiswa sejak Juni 2022 sampai sekarang dengan jumlah yang tepat. Juga meminta pemerintah Papua segera mengevaluasi pihak BPSDM.

Sementara itu, Ketua Forum Komunikasi Orang Tua Mahasiswa Penerima Beasiswa Otsus Papua, John Reba bersama orang tua lainnya masih memilih setia berada di pelataran Kantor Gubernur sejak 15 Juni lalu.

“Kami akan meninggalkan kantor Gubernur Papua setelah anak kami menyampaikan, bapak mama, kami sudah terima biaya kuliah dan biaya hidup,” ucapnya.

Para orang tua dan mahasiswi yang sudah 18 hari tidur di pelataran kantor Gubernur Papua ini hanya bisa pasrah ketika tubuh mereka kehujanan dan digigit nyamuk demi kejelasan dana beasiswa untuk anak anak mereka yang sudah nunggak selama 7 bulan.

Jika tak sempat pulang ke rumah, mereka memilih membasuh badang di toilet kantor gubernur. Lalu tidur beralaskan tikar di pelataran, untuk menghindari gigitan nyamuk, menggunakan lation anti nyamuk atau obat anti nyamuk.

“Obat anti nyamuk dan autan menjadi teman setia dikala tidur, agar terhindar dari gigitan nyamuk,” ucapnya.

Selama berada di kantor gubernur, makan minum dilakukan secara patungan dari para orang tua mahasiswa. Bagi yang tidak tidur, terkadang datang membawa makanan. Bahkan beberapa orang tua yang berada di luar Jayapura memberikan donasi dalam bentuk uang yang dikirimkan kepada forum orang tua.

Baca Juga :  Sekda Rumasukun Lantik Pejabat Fungsional Pemprov Papua

John Reba mengaku, terkait dengan keberadaan mereka di kantor gubernur, hingga kini belum mendapat keluhan dari pegawai yang bertugas di Kantor Gubernur ataupun dari Satpol PP yang berjaga.

“Keberadaan kami di Kantor Gubernur tidak melakukan aktivitas yang menganggu para ASN, kami lebih banyak duduk berdiskusi tentang masalah yang dihadapi anak anak kami yang sedang kuliah di dalam maupun luar negeri, lalu mencari jalan keluar dari persoalan ini,” terangnya.

Adapun kabar kedatangan Presiden Jokowi ke Papua telah sampai ke telinga para orang tua dan mahasiswa. Untuk itu, persoalan ini akan disampaikan secara langsung kepada orang nomor satu di Indonesia itu.

 “Dalam kunjungannya nanti, kami berharap bisa bertemu dengan Presiden Jokowi dan menyampaikan unek unek kami. Biar beliau (presiden-red) mengetahui persoalan beasiswa terhadap anak Papua yang sudah menunggak, bahkaan ada yang tak kuliah lagi,” ucapnya.

Selama 18 hari tidur di pelataran kantor Gubernur Papua, para orang tua berharap pihak BPSDM bisa datang menemui mereka, untuk berdiskusi menyelesaikan masalah ini. Misalkan, data yang sampai saat ini menurut orang tua dan mahasiswa belum valid. Sehingga perlu diverifikasi dan divalidasi oleh pihak pihak terkait.

“Kami sudah membawa persoalan ini lebih dekat kepada pemerintah, itu artinya kami senang bisa bersama pemerintah membicarakan masalah ini. Bukan cuman dalam ruang rapat resmi, tapi dengan bersantai di teras kantor gubernur kita bisa cari solusinya,” tuturnya.***

Berita Terbaru

Artikel Lainnya