Wednesday, May 7, 2025
24.4 C
Jayapura

Infrastruktur, Kesejahteraan Guru hingga Pendidikan Karakter Jadi Masalah Utama

  Untuk itu, kata Christian, masalah infrastruktur ini segera diselesaikan di tengah efisiensi anggaran yang terjadi. Selain itu, masalah lainnya, kata Christian, adalah sumber daya manusia. Di mana-mana semua guru berteriak tentang lambatnya naik pangkat, susahnya mendapatkan akreditasi dan sulitnya melakukan peningkatan kapasitas kemampuan di sekolah-sekolah kejuruan.

  “Bahkan, ada sekolah-sekolah khusus yang guru-gurunya mulai berkurang,” kata Christian.

  Lalu masalah lainnya juga adalah minimnya partisipasi masyarakat soal pendidikan. Hal ini ditandai dengan masih terjadinya pemalangan sekolah di mana-mana, banyak anak sekolah tidak mendapat peluang untuk menggunakan transportasi umum.

  “Bahkan kita kerap mendengar bahwa sebagian anak sekolah juga terlibat dalam narkoba, terlibat kekerasan dan bahkan ada sebagian guru yang tidak jujur,” ujarnya.

Baca Juga :  Akan Buat Pelatihan Dewan Juri Kesenian Bersertifikat Nasional 

  Christian berkeinginan agar ke depan, tidak ada lagi pelajar yang terlibat dalam kasus narkoba, seks bebas, kekerasan dan tindakan lainnya. “Itu yang kita mimpikan, bahwa suatu saat semua hal-hal yang berkaitan dengan kekurangan dan kelemahan tidak ada keterlibatan anak sekolah di dalamnya. Jika kita mampu melakukan itu, maka kita bisa menjadi pemenang pendidikan,” kata Christian.

  Selain itu, Christian juga menyoroti karakter sebagai faktor utama tingginya kasus menyontek di sekolah. “Masalah utama pendidikan kita hari ini adalah karakter. Kalau karakter dibangun dengan baik, maka praktik-praktik seperti menyontek bisa ditekan,” kata Christian.

Ia menyebut tindakan sederhana seperti memberi salam kepada orang yang lebih tua mencerminkan nilai karakter. Pembiasaan sikap-sikap positif sejak dini, menurutnya perlu menjadi bagian dari sistem pendidikan.

Baca Juga :  Dukung Karena Terpikat Visi Misinya, Diminta Saling Jaga dan Tidak Mencela

  “Karakter itu dibentuk dari hal-hal kecil, karena itu saya mendukung gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia. Di dalamnya ada kebiasaan bangun pagi, makan bergizi, berdoa, olahraga, hingga bersosialisasi,” ujarnya.

  Untuk itu, kata Christian, masalah infrastruktur ini segera diselesaikan di tengah efisiensi anggaran yang terjadi. Selain itu, masalah lainnya, kata Christian, adalah sumber daya manusia. Di mana-mana semua guru berteriak tentang lambatnya naik pangkat, susahnya mendapatkan akreditasi dan sulitnya melakukan peningkatan kapasitas kemampuan di sekolah-sekolah kejuruan.

  “Bahkan, ada sekolah-sekolah khusus yang guru-gurunya mulai berkurang,” kata Christian.

  Lalu masalah lainnya juga adalah minimnya partisipasi masyarakat soal pendidikan. Hal ini ditandai dengan masih terjadinya pemalangan sekolah di mana-mana, banyak anak sekolah tidak mendapat peluang untuk menggunakan transportasi umum.

  “Bahkan kita kerap mendengar bahwa sebagian anak sekolah juga terlibat dalam narkoba, terlibat kekerasan dan bahkan ada sebagian guru yang tidak jujur,” ujarnya.

Baca Juga :  Pemprov Harap Pemuda Papua Harus Berani Bewirausaha

  Christian berkeinginan agar ke depan, tidak ada lagi pelajar yang terlibat dalam kasus narkoba, seks bebas, kekerasan dan tindakan lainnya. “Itu yang kita mimpikan, bahwa suatu saat semua hal-hal yang berkaitan dengan kekurangan dan kelemahan tidak ada keterlibatan anak sekolah di dalamnya. Jika kita mampu melakukan itu, maka kita bisa menjadi pemenang pendidikan,” kata Christian.

  Selain itu, Christian juga menyoroti karakter sebagai faktor utama tingginya kasus menyontek di sekolah. “Masalah utama pendidikan kita hari ini adalah karakter. Kalau karakter dibangun dengan baik, maka praktik-praktik seperti menyontek bisa ditekan,” kata Christian.

Ia menyebut tindakan sederhana seperti memberi salam kepada orang yang lebih tua mencerminkan nilai karakter. Pembiasaan sikap-sikap positif sejak dini, menurutnya perlu menjadi bagian dari sistem pendidikan.

Baca Juga :  Gubernur Pastikan Bapok di Papua Tercukupi

  “Karakter itu dibentuk dari hal-hal kecil, karena itu saya mendukung gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia. Di dalamnya ada kebiasaan bangun pagi, makan bergizi, berdoa, olahraga, hingga bersosialisasi,” ujarnya.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya