Saturday, April 20, 2024
24.7 C
Jayapura

Satu Bumblebee Butuh 5 Motor dan 20 Tangki Bensin

Seluk-beluk Eri Sudarmono Merangkai Motor Bekas Jadi Replika Robot

Eri Sudarmono memilih material robotnya dari motor bekas karena khawatir curian kalau motor baru. Pesanan datang hingga dari Tiongkok dan Jerman yang relasinya terbangun sejak dia melukis. 

FERLYNDA PUTRI, Bantul

SEJAK muda, Eri Sudarmono gemar menonton film yang ada robotnya. Salah satunya sekuel Transformers. Sekuel itu pula yang menginspirasi pelukis dan pembuat dekor tersebut banting setir menjadi pembuat replika robot dengan bahan motor lawas.

Saat Jawa Pos berkunjung ke Er Art Studio miliknya di Bantul, Jogjakarta, pada Kamis (20/1) dua pekan lalu, Eri tengah mengawasi anak buahnya bekerja. Mereka mendapat pesanan untuk membuat robot dari Rachmat Gobel. Dia mendapat pesanan delapan robot yang katanya akan dipasang di sekolah milik anggota DPR yang juga dikenal sebagai pengusaha tersebut.

”Waktu itu dikabari ajudannya bahwa bapak (Rachmat Gobel) akan berkunjung ke studio,” tutur Eri.

Ketika berkunjung ke studionya, Rachmat Gobel langsung tertarik dan menyerahkan desain semua robotnya kepada Eri. Masing-masing 5 Bumblebee, 1 samurai, 1 harimau, dan 1 orang naik sepeda. Rahmat hanya berpesan 8 replika yang dipesannya itu berwarna biru.

Salah satu robot yang sudah jadi adalah Bumblebee. Karakter dari film Transformer yang dibuatkan spin-off-nya dan dirilis pada 2018 itu dipajang di studionya.

Tingginya 3 meter dan tidak terlihat bahwa itu merupakan rangkaian spare part motor. Tiga lainnya sudah dikemas dalam wadah kayu.

Sementara itu, robot harimau sedang dikerjakan. Pada pengerjaan robot jenis itu, terlihat semua bagian motor. Mulai tangki, sepatbor, hingga busi. Untuk robot harimau, gigi-giginya terlihat dari rantai motor.

Pesanan Eri mengalir deras. Jika Anda memesan sekarang, pria kelahiran 29 Mei 1979 itu hanya bisa menyanggupi pengerjaan setelah Lebaran Idul Fitri.

Baca Juga :  Ikut Ritual, Jadi Lupa Rumah, Lupa Keluarga

Kesibukan baru tersebut betul-betul dia syukuri. Sebab, awal pandemi, dia sempat menganggur. Tidak ada yang pesan dekorasi karena acara-acara dibatasi. Lukisan pun tak ramai. Padahal, dapurnya harus terus ngebul.

Kegiatan merangkai spare part motor bekas menjadi replika robot sudah dilakukan setahun belakangan. Pria yang tinggal di Kabupaten Bantul, Jogjakarta, itu awalnya hanya menerima tantangan dari salah seorang pelanggan lukisannya. ”Replika robot pertama yang dibuat itu pengerjaannya satu bulan,” ujarnya.

Itu cukup lama. Dia harus mengenali bahan apa yang cocok. Ternyata dia menemukan banyak motor tahun ’70-an di tempat barang rongsok. ”Kalau motor baru, takutnya barang curian,” ucapnya.

Dia preteli suku cadangnya, lalu disusun. Bongkar pasang terus dilakukan. Awalnya memang sulit. Hingga saat ini, dia tidak merasa sulit menemukan bahan baku. Hanya, beberapa kondisinya sudah tidak sempurna. ”Nanti kalau bahannya sudah habis, bisa pakai mobil,” ujarnya.

Satu robot seperti Bumblebee biasanya membutuhkan 5 motor dan 20 tangki bensin 20 buah. Dan, Bumblebee pertama yang dibuatnya membawa berkah. Setelah diunggah di Instagram, respons positif terus mengalir. Pesanan silih berganti datang. ”Sampai sekarang sudah dibuat lebih dari 50 robot,” tuturnya.

Pengerjaan satu robot paling sulit memakan waktu sekitar tiga minggu. ”Tapi, sejauh ini tidak ada yang rumit atau permintaan yang aneh-aneh,” imbuh Eri.

Dia membanderol satu replika robot sekitar Rp 30 juta. Tambah rumit dan harus menggunakan banyak motor lawas, harganya akan lebih mahal. ”Kalau mau pesan, nanti kasih DP (down payment) dulu berapa persen,” ucapnya.

Untuk pengiriman, Eri bisa mencarikan. Dengan begitu, konsumen cukup menunggu replika robotnya di rumah.

Hampir semua konsumennya berasal dari luar Jogjakarta. Ada Jakarta, Manado, bahkan dari luar negeri seperti Tiongkok dan Jerman. ”Kemarin dari Australia dan Amerika ada yang telepon juga,” tutur pria yang pernah belajar di ISI Jogjakarta itu.

Baca Juga :  Uang Belanja Hanya Rp 500 Ribu/Bulan, Saat Hamil pun Masih Sempat Dianiaya

Belum lama ini, dia ditelepon konsumennya di Jakarta. Konsumen tersebut memberikan DP sekitar Rp 200 juta dan meminta dibuatkan robot.

Konsumen itu tidak menyebut berapa replika robot yang akan dibuatkan. Waktu Jawa Pos berkunjung, Eri tengah menyelesaikan robot yang naik becak untuk konsumen tersebut. ”Padahal, sampai sekarang belum pernah ketemu. Katanya cuma lihat di TV,” ucap Eri.

Hingga sekarang, pesanan terbanyak datang dari Tiongkok. Salah satu konsumennya memesan 100 buah replika robot. ”Sudah 30 yang saya kirim ke sana,” tuturnya.

Sementara itu, konsumen dari Jerman sudah empat kali memesan. Relasi internasionalnya memang terbangun sejak dia melukis. Dulu sebelum pandemi, sekitar 30-an lukisan bisa dikirim ke luar negeri tiap bulan.

Laris manis pesanan replika robot itu tidak hanya dirasakan Eri. Sebanyak 14 karyawannya juga merasakan. Sebagian di antara mereka merupakan karyawan yang dulu membantu Eri dalam bisnis dekor. ”Untuk pengawasan, saya punya ide, lalu mereka bantu. Tetap saya tunggui,” ungkapnya.

Eri selalu menyampaikan ke karyawannya bahwa semua pekerjaan harus dilakukan secara serius. Setiap pesanan harus dibuat dalam detail yang baik. Meski pengerjaannya tidak bisa cepat, yang penting konsumen puas.

Apresiasi juga datang dari Menparekraf Sandiaga Uno. Belum lama ini, Eri berbincang lewat layanan video call dengan Sandi. Selain mendapat ucapan selamat atas karyanya, Eri diminta bertemu ketika nanti ke Jakarta. ”Pak Sandi juga bilang kalau nanti mau buka di Jakarta akan dibantu,” ucapnya. (*/c19/ttg/JPG)

Seluk-beluk Eri Sudarmono Merangkai Motor Bekas Jadi Replika Robot

Eri Sudarmono memilih material robotnya dari motor bekas karena khawatir curian kalau motor baru. Pesanan datang hingga dari Tiongkok dan Jerman yang relasinya terbangun sejak dia melukis. 

FERLYNDA PUTRI, Bantul

SEJAK muda, Eri Sudarmono gemar menonton film yang ada robotnya. Salah satunya sekuel Transformers. Sekuel itu pula yang menginspirasi pelukis dan pembuat dekor tersebut banting setir menjadi pembuat replika robot dengan bahan motor lawas.

Saat Jawa Pos berkunjung ke Er Art Studio miliknya di Bantul, Jogjakarta, pada Kamis (20/1) dua pekan lalu, Eri tengah mengawasi anak buahnya bekerja. Mereka mendapat pesanan untuk membuat robot dari Rachmat Gobel. Dia mendapat pesanan delapan robot yang katanya akan dipasang di sekolah milik anggota DPR yang juga dikenal sebagai pengusaha tersebut.

”Waktu itu dikabari ajudannya bahwa bapak (Rachmat Gobel) akan berkunjung ke studio,” tutur Eri.

Ketika berkunjung ke studionya, Rachmat Gobel langsung tertarik dan menyerahkan desain semua robotnya kepada Eri. Masing-masing 5 Bumblebee, 1 samurai, 1 harimau, dan 1 orang naik sepeda. Rahmat hanya berpesan 8 replika yang dipesannya itu berwarna biru.

Salah satu robot yang sudah jadi adalah Bumblebee. Karakter dari film Transformer yang dibuatkan spin-off-nya dan dirilis pada 2018 itu dipajang di studionya.

Tingginya 3 meter dan tidak terlihat bahwa itu merupakan rangkaian spare part motor. Tiga lainnya sudah dikemas dalam wadah kayu.

Sementara itu, robot harimau sedang dikerjakan. Pada pengerjaan robot jenis itu, terlihat semua bagian motor. Mulai tangki, sepatbor, hingga busi. Untuk robot harimau, gigi-giginya terlihat dari rantai motor.

Pesanan Eri mengalir deras. Jika Anda memesan sekarang, pria kelahiran 29 Mei 1979 itu hanya bisa menyanggupi pengerjaan setelah Lebaran Idul Fitri.

Baca Juga :  Peran Jurnalis Papua Diharap Bisa jadi Perekat dan Pemersatu Bangsa.

Kesibukan baru tersebut betul-betul dia syukuri. Sebab, awal pandemi, dia sempat menganggur. Tidak ada yang pesan dekorasi karena acara-acara dibatasi. Lukisan pun tak ramai. Padahal, dapurnya harus terus ngebul.

Kegiatan merangkai spare part motor bekas menjadi replika robot sudah dilakukan setahun belakangan. Pria yang tinggal di Kabupaten Bantul, Jogjakarta, itu awalnya hanya menerima tantangan dari salah seorang pelanggan lukisannya. ”Replika robot pertama yang dibuat itu pengerjaannya satu bulan,” ujarnya.

Itu cukup lama. Dia harus mengenali bahan apa yang cocok. Ternyata dia menemukan banyak motor tahun ’70-an di tempat barang rongsok. ”Kalau motor baru, takutnya barang curian,” ucapnya.

Dia preteli suku cadangnya, lalu disusun. Bongkar pasang terus dilakukan. Awalnya memang sulit. Hingga saat ini, dia tidak merasa sulit menemukan bahan baku. Hanya, beberapa kondisinya sudah tidak sempurna. ”Nanti kalau bahannya sudah habis, bisa pakai mobil,” ujarnya.

Satu robot seperti Bumblebee biasanya membutuhkan 5 motor dan 20 tangki bensin 20 buah. Dan, Bumblebee pertama yang dibuatnya membawa berkah. Setelah diunggah di Instagram, respons positif terus mengalir. Pesanan silih berganti datang. ”Sampai sekarang sudah dibuat lebih dari 50 robot,” tuturnya.

Pengerjaan satu robot paling sulit memakan waktu sekitar tiga minggu. ”Tapi, sejauh ini tidak ada yang rumit atau permintaan yang aneh-aneh,” imbuh Eri.

Dia membanderol satu replika robot sekitar Rp 30 juta. Tambah rumit dan harus menggunakan banyak motor lawas, harganya akan lebih mahal. ”Kalau mau pesan, nanti kasih DP (down payment) dulu berapa persen,” ucapnya.

Untuk pengiriman, Eri bisa mencarikan. Dengan begitu, konsumen cukup menunggu replika robotnya di rumah.

Hampir semua konsumennya berasal dari luar Jogjakarta. Ada Jakarta, Manado, bahkan dari luar negeri seperti Tiongkok dan Jerman. ”Kemarin dari Australia dan Amerika ada yang telepon juga,” tutur pria yang pernah belajar di ISI Jogjakarta itu.

Baca Juga :  Peminat Pakaian Cabor Masih Tinggi, Tak Hanya Dijual di Pasar Tapi Juga Online

Belum lama ini, dia ditelepon konsumennya di Jakarta. Konsumen tersebut memberikan DP sekitar Rp 200 juta dan meminta dibuatkan robot.

Konsumen itu tidak menyebut berapa replika robot yang akan dibuatkan. Waktu Jawa Pos berkunjung, Eri tengah menyelesaikan robot yang naik becak untuk konsumen tersebut. ”Padahal, sampai sekarang belum pernah ketemu. Katanya cuma lihat di TV,” ucap Eri.

Hingga sekarang, pesanan terbanyak datang dari Tiongkok. Salah satu konsumennya memesan 100 buah replika robot. ”Sudah 30 yang saya kirim ke sana,” tuturnya.

Sementara itu, konsumen dari Jerman sudah empat kali memesan. Relasi internasionalnya memang terbangun sejak dia melukis. Dulu sebelum pandemi, sekitar 30-an lukisan bisa dikirim ke luar negeri tiap bulan.

Laris manis pesanan replika robot itu tidak hanya dirasakan Eri. Sebanyak 14 karyawannya juga merasakan. Sebagian di antara mereka merupakan karyawan yang dulu membantu Eri dalam bisnis dekor. ”Untuk pengawasan, saya punya ide, lalu mereka bantu. Tetap saya tunggui,” ungkapnya.

Eri selalu menyampaikan ke karyawannya bahwa semua pekerjaan harus dilakukan secara serius. Setiap pesanan harus dibuat dalam detail yang baik. Meski pengerjaannya tidak bisa cepat, yang penting konsumen puas.

Apresiasi juga datang dari Menparekraf Sandiaga Uno. Belum lama ini, Eri berbincang lewat layanan video call dengan Sandi. Selain mendapat ucapan selamat atas karyanya, Eri diminta bertemu ketika nanti ke Jakarta. ”Pak Sandi juga bilang kalau nanti mau buka di Jakarta akan dibantu,” ucapnya. (*/c19/ttg/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya