Friday, April 26, 2024
24.7 C
Jayapura

Manfaatkan Selaput Jantung Sapi yang Kaya Kolagen dan Halal

Inovasi Membran Perikardium Iradiasi BRIN Berhasil Masuk Produksi Massal

Inovasi membran perikardium bermanfaat membantu penyembuhan gusi setelah pencabutan gigi atau tindakan lainnya. Inovasi itu baru saja dikerjasamakan dengan industri.

M. HILMI SETIAWAN, Jakarta

SUASANA di kompleks kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Pasar Jumat, Jakarta Selatan, terbilang tenang pada 10 Maret lalu. Pasalnya, saat itu seluruh karyawan belum bekerja dari kantor semuanya. Sebagian masih bekerja dari rumah.

Kantor BRIN di Pasar Jumat tersebut dulu adalah kompleks kantor Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). Setelah terjadi peleburan, kantor yang tidak jauh dari depo MRT Jakarta itu berganti nama menjadi BRIN. Salah satu bagian kantor yang tidak pernah sepi adalah kliniknya. Letaknya agak di dalam.

Di situlah tempat drg Tantin Retno Dwijartini SpPerio bekerja. Tepatnya di ruangan poli gigi III. Layaknya di sebuah klinik dokter gigi, ruangan Tantin dilengkapi kursi pasien. Tantin adalah bagian dari tim penelitian membran perikardium.

Dengan sabar dan gamblang, Tantin menjelaskan apa itu membran perikardium. Kemudian juga apa kegunaan membran tersebut. Sampai-sampai membuat PT Focustindo Cemerlang bersedia bekerja sama dan siap memproduksinya dalam skala besar.

Tantin mengatakan, penggunaan membran perikardium itu selalu berpasangan dengan bahan tandur tulang (bone graft). Dia menyebut dua bahan itu sebagai biomaterial. ’’Banyak sekali jenis kerusakan dalam rongga mulut, khususnya gusi, yang bisa ditangani dengan membran ini,’’ tuturnya.

Contohnya adalah pasien yang baru menjalani operasi pencabutan gigi. Setiap kali ada tindakan pencabutan gigi geraham, selalu timbul lubang menganga yang cukup besar. Dokter gigi umumnya menjahit gusi supaya dapat menutup sempurna. Sebab, jika tidak dijahit, gusi tumbuh tidak keruan. Ada yang berbentuk kerucut dan lainnya.

Sebelum menjahit gusi, dokter memasukkan bone graft yang sudah dicampur darah ke dalam lubang atau biasa disebut soket. Setelah itu, dilapisi membran perikardium. Tujuannya, mempercepat penyembuhan. Selain itu, supaya bahan tandur tulang tidak berceceran. Fungsi lain dari membran perikardium adalah mencegah pertumbuhan sel-sel yang tidak diinginkan. Tantin mengatakan, adanya pertumbuhan sel yang tidak diinginkan justru bisa membuat penyembuhan luka semakin lama.

Setelah bone graft dan membran perikardium terpasang dengan sempurna, dokter melakukan penjahitan. Selesai. Dokter kelahiran Nganjuk, 8 Juli 1960, itu menjelaskan bahwa material membran perikardium bersifat absorbable atau bisa dicerna enzim tubuh. ’’Sehingga tidak perlu lagi operasi untuk mengangkatnya,’’ tuturnya.

Baca Juga :  Ada yang Sahur dan Berbuka Puasa Hingga Tidur di Mobil Pickup

Contoh kasus lain yang bisa dibantu dengan membran perikardium adalah pencabutan gigi geraham terakhir atau gigi sulung. Bekas pencabutan gigi sulung itu sebaiknya ditutup dengan cara dijahit. Jika tidak, akan terlihat sembuh, tetapi sejatinya meninggalkan celah dan bisa menimbulkan rasa sakit di kemudian hari. Penggunaan bahan membran perikardium pada operasi cabut gigi sulung sama seperti gigi lainnya.

Manfaat berikutnya bisa dirasakan orang-orang yang menggunakan gigi palsu. Dalam beberapa kasus, gigi palsu tidak bisa terpasang sempurna. ’’Masih goyang-goyang giginya,’’ katanya. Pada kasus seperti itu, bisa dilakukan pemasangan membran perikardium di gusi tempat memasang gigi palsu tersebut.

Secara alami membran perikardium itu akan merangsang pertumbuhan jaringan lunak sehingga bisa membuat gigi palsu terpasang dengan sempurna. Tidak lagi goyang seperti sebelumnya.

Dokter gigi lulusan Universitas Indonesia (UI) itu menuturkan, riset pembuatan membran perikardium dengan melibatkan teknologi radiasi nuklir tersebut berjalan cukup lama. Pada dekade ’90-an sudah berjalan. Tetapi, baru tahun ini bisa dikerjasamakan dengan industri untuk diproduksi massal.

Tantin mengatakan, bahan utama membuat membran perikardium itu adalah selaput pembungkus jantung sapi. Selaput tersebut memiliki kadar kolagen yang tinggi. Selain itu, memenuhi aspek kehalalan. Di pasaran, ada produk membran sejenis, tetapi berasal dari material nonhalal.

’’Saat riset, kami membeli jantung sapi utuh,’’ katanya. Kemudian, mereka mengolah sendiri untuk diambil bagian selaputnya. Sisa jantung yang tidak digunakan kemudian diolah menjadi aneka makanan untuk disantap ramai-ramai.

Tantin menambahkan, satu lembar selaput jantung sapi bisa menghasilkan ratusan produk membran perikardium. Prosesnya cukup sederhana. Dimulai pencucian selaput jantung sapi dengan mencampurkan bahan kimia tertentu. Setelah itu, dipotong sesuai ukuran dan disterilisasi.

Tahapan berikutnya, membran tersebut dikemas, kemudian diradiasi menggunakan sinar gama dengan dosis 25 kilogray. Sinar radiasi gama itu diperlukan karena membran perikardium yang terbuat dari selaput jantung sapi tersebut sangat sensitif. Dengan adanya pancaran sinar gama, membran perikardium bisa awet karena bebas dari kuman atau sejenisnya.

Baca Juga :  Kasus Cenderung Meningkat, Perlu Penanganan dan Pencegahan yang Lebih Serius

Saat ini produk yang siap dipasarkan memiliki ukuran 15 x 20 mm. Tantin mengakui, salah satu keunggulan produk kesehatan dalam negeri dibandingkan impor adalah harganya. Untuk produk sejenis yang didatangkan dari luar negeri atau impor, Tantin mengatakan dipatok sekitar Rp 2,5 juta.

Untuk produk membran perikardium inovasi BRIN tersebut, harganya hanya ratusan ribu rupiah. Ketika belum dikerjasamakan dengan swasta, harga patokan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) membran perikardium hanya Rp 200 ribu hingga Rp 225 ribu. Untuk selanjutnya setelah tahap komersialisasi, harga jual ditentukan pihak industri.

Perempuan yang pernah kuliah bidang bank jaringan di National University of Singapore (NUS) itu menjelaskan, pemanfaatan membran perikardium di dunia kesehatan tanah air tentunya sangat besar. Membran perikardium tidak melulu dimanfaatkan untuk penanganan indikasi medis, tetapi juga bisa digunakan untuk estetika. Sebab, kesehatan gigi dan mulut juga memengaruhi estetika seseorang. Gigi yang tumbuh tidak rapi atau perkembangan gusi yang tidak sempurna di sela-sela gigi bisa ditangani dengan memanfaatkan membran tersebut.

Dia membenarkan bahwa inovasi membran perikardium itu sudah mendapatkan hak paten. Ada tiga inovator atau peneliti dalam dokumen patennya. Selain Tantin, ada Basril Abbas dan dokter Paramita Pandansari. Dia berharap inovasi Batan atau sekarang melebur ke BRIN itu bisa membawa manfaat untuk bangsa Indonesia.

Peresmian tahapan komersialisasi membran perikardium iradiasi itu dilakukan BRIN dan PT Focustindo Cemerlang pada pertengahan Februari lalu.

Plt Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi Mego Pinandito mengatakan, membran tersebut merupakan inovasi dari Pusat Riset dan Teknologi Aplikasi Isotop dan Radiasi BRIN. Inovasi itu memiliki paten dengan nomor IDP000063846.

’’Kami akan terus mendorong pihak industri untuk betul-betul memanfaatkan hasil riset dan inovasi yang dihasilkan BRIN,’’ katanya. Dia menambahkan, membran perikardium sangat baik untuk guided tissue/bane regeneration (GTR/GBR) pada aplikasi bidang dental. Membran tersebut sangat sensitif dengan suhu. Karena itu, proses sterilisasi menggunakan teknik radiasi dengan sinar gama.

Direktur Utama PT Focusindo Cemerlang Sumardi mengungkapkan, pemanfaatan inovasi tersebut bagian dari upaya mengurangi ketergantungan terhadap produk impor. ’’Kami bersyukur diberi kesempatan untuk bekerja sama dengan BRIN,’’ tandasnya. (*/c7/ttg/JPG)

Inovasi Membran Perikardium Iradiasi BRIN Berhasil Masuk Produksi Massal

Inovasi membran perikardium bermanfaat membantu penyembuhan gusi setelah pencabutan gigi atau tindakan lainnya. Inovasi itu baru saja dikerjasamakan dengan industri.

M. HILMI SETIAWAN, Jakarta

SUASANA di kompleks kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Pasar Jumat, Jakarta Selatan, terbilang tenang pada 10 Maret lalu. Pasalnya, saat itu seluruh karyawan belum bekerja dari kantor semuanya. Sebagian masih bekerja dari rumah.

Kantor BRIN di Pasar Jumat tersebut dulu adalah kompleks kantor Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). Setelah terjadi peleburan, kantor yang tidak jauh dari depo MRT Jakarta itu berganti nama menjadi BRIN. Salah satu bagian kantor yang tidak pernah sepi adalah kliniknya. Letaknya agak di dalam.

Di situlah tempat drg Tantin Retno Dwijartini SpPerio bekerja. Tepatnya di ruangan poli gigi III. Layaknya di sebuah klinik dokter gigi, ruangan Tantin dilengkapi kursi pasien. Tantin adalah bagian dari tim penelitian membran perikardium.

Dengan sabar dan gamblang, Tantin menjelaskan apa itu membran perikardium. Kemudian juga apa kegunaan membran tersebut. Sampai-sampai membuat PT Focustindo Cemerlang bersedia bekerja sama dan siap memproduksinya dalam skala besar.

Tantin mengatakan, penggunaan membran perikardium itu selalu berpasangan dengan bahan tandur tulang (bone graft). Dia menyebut dua bahan itu sebagai biomaterial. ’’Banyak sekali jenis kerusakan dalam rongga mulut, khususnya gusi, yang bisa ditangani dengan membran ini,’’ tuturnya.

Contohnya adalah pasien yang baru menjalani operasi pencabutan gigi. Setiap kali ada tindakan pencabutan gigi geraham, selalu timbul lubang menganga yang cukup besar. Dokter gigi umumnya menjahit gusi supaya dapat menutup sempurna. Sebab, jika tidak dijahit, gusi tumbuh tidak keruan. Ada yang berbentuk kerucut dan lainnya.

Sebelum menjahit gusi, dokter memasukkan bone graft yang sudah dicampur darah ke dalam lubang atau biasa disebut soket. Setelah itu, dilapisi membran perikardium. Tujuannya, mempercepat penyembuhan. Selain itu, supaya bahan tandur tulang tidak berceceran. Fungsi lain dari membran perikardium adalah mencegah pertumbuhan sel-sel yang tidak diinginkan. Tantin mengatakan, adanya pertumbuhan sel yang tidak diinginkan justru bisa membuat penyembuhan luka semakin lama.

Setelah bone graft dan membran perikardium terpasang dengan sempurna, dokter melakukan penjahitan. Selesai. Dokter kelahiran Nganjuk, 8 Juli 1960, itu menjelaskan bahwa material membran perikardium bersifat absorbable atau bisa dicerna enzim tubuh. ’’Sehingga tidak perlu lagi operasi untuk mengangkatnya,’’ tuturnya.

Baca Juga :  Selain Untuk Pembinaan Atlet, Akan Dikomersialkan Sebagai Tempat Wisata

Contoh kasus lain yang bisa dibantu dengan membran perikardium adalah pencabutan gigi geraham terakhir atau gigi sulung. Bekas pencabutan gigi sulung itu sebaiknya ditutup dengan cara dijahit. Jika tidak, akan terlihat sembuh, tetapi sejatinya meninggalkan celah dan bisa menimbulkan rasa sakit di kemudian hari. Penggunaan bahan membran perikardium pada operasi cabut gigi sulung sama seperti gigi lainnya.

Manfaat berikutnya bisa dirasakan orang-orang yang menggunakan gigi palsu. Dalam beberapa kasus, gigi palsu tidak bisa terpasang sempurna. ’’Masih goyang-goyang giginya,’’ katanya. Pada kasus seperti itu, bisa dilakukan pemasangan membran perikardium di gusi tempat memasang gigi palsu tersebut.

Secara alami membran perikardium itu akan merangsang pertumbuhan jaringan lunak sehingga bisa membuat gigi palsu terpasang dengan sempurna. Tidak lagi goyang seperti sebelumnya.

Dokter gigi lulusan Universitas Indonesia (UI) itu menuturkan, riset pembuatan membran perikardium dengan melibatkan teknologi radiasi nuklir tersebut berjalan cukup lama. Pada dekade ’90-an sudah berjalan. Tetapi, baru tahun ini bisa dikerjasamakan dengan industri untuk diproduksi massal.

Tantin mengatakan, bahan utama membuat membran perikardium itu adalah selaput pembungkus jantung sapi. Selaput tersebut memiliki kadar kolagen yang tinggi. Selain itu, memenuhi aspek kehalalan. Di pasaran, ada produk membran sejenis, tetapi berasal dari material nonhalal.

’’Saat riset, kami membeli jantung sapi utuh,’’ katanya. Kemudian, mereka mengolah sendiri untuk diambil bagian selaputnya. Sisa jantung yang tidak digunakan kemudian diolah menjadi aneka makanan untuk disantap ramai-ramai.

Tantin menambahkan, satu lembar selaput jantung sapi bisa menghasilkan ratusan produk membran perikardium. Prosesnya cukup sederhana. Dimulai pencucian selaput jantung sapi dengan mencampurkan bahan kimia tertentu. Setelah itu, dipotong sesuai ukuran dan disterilisasi.

Tahapan berikutnya, membran tersebut dikemas, kemudian diradiasi menggunakan sinar gama dengan dosis 25 kilogray. Sinar radiasi gama itu diperlukan karena membran perikardium yang terbuat dari selaput jantung sapi tersebut sangat sensitif. Dengan adanya pancaran sinar gama, membran perikardium bisa awet karena bebas dari kuman atau sejenisnya.

Baca Juga :  Susanti Itu Simbol Terima Kasih dan Persaudaraan Malaysia-Indonesia 

Saat ini produk yang siap dipasarkan memiliki ukuran 15 x 20 mm. Tantin mengakui, salah satu keunggulan produk kesehatan dalam negeri dibandingkan impor adalah harganya. Untuk produk sejenis yang didatangkan dari luar negeri atau impor, Tantin mengatakan dipatok sekitar Rp 2,5 juta.

Untuk produk membran perikardium inovasi BRIN tersebut, harganya hanya ratusan ribu rupiah. Ketika belum dikerjasamakan dengan swasta, harga patokan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) membran perikardium hanya Rp 200 ribu hingga Rp 225 ribu. Untuk selanjutnya setelah tahap komersialisasi, harga jual ditentukan pihak industri.

Perempuan yang pernah kuliah bidang bank jaringan di National University of Singapore (NUS) itu menjelaskan, pemanfaatan membran perikardium di dunia kesehatan tanah air tentunya sangat besar. Membran perikardium tidak melulu dimanfaatkan untuk penanganan indikasi medis, tetapi juga bisa digunakan untuk estetika. Sebab, kesehatan gigi dan mulut juga memengaruhi estetika seseorang. Gigi yang tumbuh tidak rapi atau perkembangan gusi yang tidak sempurna di sela-sela gigi bisa ditangani dengan memanfaatkan membran tersebut.

Dia membenarkan bahwa inovasi membran perikardium itu sudah mendapatkan hak paten. Ada tiga inovator atau peneliti dalam dokumen patennya. Selain Tantin, ada Basril Abbas dan dokter Paramita Pandansari. Dia berharap inovasi Batan atau sekarang melebur ke BRIN itu bisa membawa manfaat untuk bangsa Indonesia.

Peresmian tahapan komersialisasi membran perikardium iradiasi itu dilakukan BRIN dan PT Focustindo Cemerlang pada pertengahan Februari lalu.

Plt Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi Mego Pinandito mengatakan, membran tersebut merupakan inovasi dari Pusat Riset dan Teknologi Aplikasi Isotop dan Radiasi BRIN. Inovasi itu memiliki paten dengan nomor IDP000063846.

’’Kami akan terus mendorong pihak industri untuk betul-betul memanfaatkan hasil riset dan inovasi yang dihasilkan BRIN,’’ katanya. Dia menambahkan, membran perikardium sangat baik untuk guided tissue/bane regeneration (GTR/GBR) pada aplikasi bidang dental. Membran tersebut sangat sensitif dengan suhu. Karena itu, proses sterilisasi menggunakan teknik radiasi dengan sinar gama.

Direktur Utama PT Focusindo Cemerlang Sumardi mengungkapkan, pemanfaatan inovasi tersebut bagian dari upaya mengurangi ketergantungan terhadap produk impor. ’’Kami bersyukur diberi kesempatan untuk bekerja sama dengan BRIN,’’ tandasnya. (*/c7/ttg/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya