Friday, April 26, 2024
32.7 C
Jayapura

Sasaran Tembak Robotik Sudah, Selanjutnya Kendaraan Listrik

Ikhtiar TNI-AD Mewujudkan Litbang yang Terus Berpacu dengan Zaman

Ada tangan-tangan terampil di Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI-AD yang menguji alutsista sebelum sampai ke tangan serdadu di medan tugas. Dituntut untuk terus update dengan perkembangan teknologi.

SAHRUL YUNIZAR, Bandung Barat

JAUH sebelum beragam senjata sampai ke tangan serdadu di medan tugas, tangan-tangan terampil personel Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI-AD (Dislitbangad) sudah lebih dulu menjajal. Mereka yang menguji dan menilai alat utama sistem persenjataan (alutsista) layak atau tidak untuk digunakan.

Markas Distlitbangad berada di Jakarta Timur. Sedangkan laboratorium tempat mereka menguji setiap alutsista untuk Angkatan Darat berada di Bandung Barat. Letaknya satu kompleks dengan Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus Batujajar.

Tidak hanya menguji alutsista untuk TNI-AD, di tempat itu pula mereka mengembangkan alutsista untuk Matra Darat. Ketika Jawa Pos datang ke laboratorium yang mereka miliki menjelang akhir bulan lalu (24-25/5), Dislitbangad tengah melakukan uji sertifikasi amunisi baru buatan Pindad: MU2-M A1 dan MU2-M A2 kaliber 7,62 milimeter x 51 milimeter.

Dua amunisi tersebut dibuat khusus untuk penembak runduk atau sniper. Lebih khusus lagi untuk kompetisi atau lomba antar sniper.

Dar… dar… dar… satu per satu amunisi diuji coba siang itu. Standar yang dipakai oleh Dislitbangad dalam pengujian tersebut harus memenuhi kebutuhan senjata penembak runduk Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Kepala Dislitbangad Brigjen TNI Terry Tresna Purnama yang mengikuti seluruh rangkaian pengujian amunisi tersebut tampak puas. Dia mengaku bangga dengan produk-produk buatan Pindad. ”Setelah pengecekan awal, amunisi sudah lolos dan memenuhi persyaratan spesifikasi awal,” ungkapnya.

Uji sertifikasi terbagi menjadi dua. Pertama, uji laboratorium. Kedua, uji lapangan. Uji laboratorium terdiri atas uji berat dan dimensi, uji jenis penggalak dan kepekaan penggalak, uji jenis dan kelas isian dorong, uji tarik anak peluru, uji keretakan atau cacat selongsong, dan uji tanda-tanda amunisi serta kemasan dan kantong amunisi.

Baca Juga :  Biaya Rp 150 Ribu Saja, Saksi Ahli dari Dosen yang Tak Minta Dibayar

Uji laboratorium itu dilakukan di laboratorium milik Dislitbangad. Di tempat tersebut, amunisi dites dengan serangkaian ujian berat.

Sementara uji lapangan yang juga dilaksanakan oleh Dislitbangad dilakukan dengan cara menembakkan amunisi tersebut menggunakan senjata penembak runduk buatan Pindad: Pindad SPR 3. Ada dua tahap uji lapangan. Pertama di lorong tembak Distlitabangad, kedua di lapangan tembak milik Komando Pendidikan dan Latihan (Kodiklat) TNI-AD yang lokasinya berdekatan dengan laboratorium milik Dislitbangad.

Dalam dua rangkaian uji lapangan, amunisi tersebut kembali ”disiksa” untuk memastikan kelayakannya. Mulai uji kecepatan peluru, uji rentang kecepatan peluru, uji ketelitian tembak, uji tekanan gas rata-rata, hingga uji daya tembus pelat baja dan kelancaran kerja. Khusus pengujian yang terakhir dilakukan dalam kondisi normal, juga kondisi khusus. Itu dilakukan untuk memastikan amunisi tersebut kedap air dan memiliki ketahanan terhadap suhu rendah maupun suhu tinggi.

Terry ingin visinya menjadikan Dislitbangad Balakpus (Badan Pelaksana Pusat) elite dan membanggakan terwujud. Dia tidak ingin bayang-bayang buruk terus mengikuti langkah-langkah Dislitbangad.

Untuk itu, mereka berusaha meningkatkan kemampuan dengan mengikuti zaman. Terbaru, Dislitbangad berhasil menuntaskan penelitian, pengembangan, dan pembuatan prototipe Lesan Tembak Robotik Integrated.

Alat itu dibuat untuk menunjang kebutuhan latihan menembak para prajurit Angkatan Darat. ”Karena prajurit itu sekarang kalau latihan masih pakai lesan (sasaran tembak) timbul tenggelam, ditarik pakai tali atau juga pakai ikat,” imbuh Terry. ”Yang robotik kami buat dengan kecerdasan inteligensi,” tambahnya.

Sehingga lesan tersebut bisa dioperasikan dari jarak jauh dan bergerak secara otomatis. Alat yang dibuat menggunakan anggaran tahun lalu itu sempat dia tunjukkan.

Sesuai keterangan yang disampaikan oleh Terry, lesan tersebut bisa digerakkan dari jarak jauh dan bergerak secara otomatis menyesuaikan tembakan serta perkenaan tembakan. Meski masih prototipe, alumnus Akademi Militer (Akmil) 1990 itu percaya diri alat tersebut akan sangat bermanfaat untuk para prajurit TNI-AD.

Baca Juga :  Ceritakan Pesan Tentang Dulu Budaya Berkuasa, Kini Teknologi yang Menguasai

Tidak hanya lesan robotik, beberapa alutsista lain juga turut dipamerkan oleh Dislitbangad. Kendaraan tempur dan kendaraan taktis berjejer rapi saat Jawa Pos dibawa keliling laboratorium Dislitbangad.

Di antara kendaraan-kendaraan itu, ada kendaraan taktis Maung yang sudah diproduksi massal oleh Pindad. Kemudian, ada juga kendaraan yang ditenagai oleh listrik. Sepeda motor buatan PT Pindad serta bus listrik buatan PT Mobil Anak Bangsa alias MAB.

Kendaraan listrik itu memang belum resmi menjadi bagian alutsista TNI-AD. Namun, sudah dikenalkan kepada para prajurit Angkatan Darat.

Brigjen Terry langsung mencoba sepeda motor listrik buatan Pindad. Tongkrongan motor berkelir putih biru itu serupa supermoto. Sangat memungkinkan untuk dimodifikasi menjadi motor trail yang bisa dipakai oleh para babinsa di beberapa daerah. Juga cocok dijadikan kendaraan patroli karena tidak bersuara sama sekali.

Motor listrik yang pernah muncul dalam perhelatan World Superbike 2021 di Sirkuit Mandalika, Nusa Tenggara Barat, itu berkekuatan 5 kilowatt. Baterai yang disematkan berjenis lithium.

Sementara waktu pengisian baterai dari nol sampai penuh berkisar tiga hingga empat jam. Pindad mengklaim motor listrik tersebut bisa digeber sampai kecepatan 120 kilometer per jam dan sanggup menempuh jarak 100 kilometer setiap kali baterainya diisi penuh.

Kepala Laboratorium Dislitbangad Kolonel Arh Sapta Rendra menyampaikan bahwa teknologi mobil listrik mulai dilirik oleh instansi tempat dia bertugas. Menurut dia, teknologi tersebut memacu para prajurit di Dislitbangad untuk melakukan penelitian dan pengembangan terkait kendaraan listrik. ”Pindad sudah punya motor listrik. Dan saat ini kami sedang mendalami itu,” jelas Rendra.

Menurut dia, perkembangan teknologi tidak bisa dilawan. Karena itu, para prajurit TNI-AD yang berdinas di Dislitbangad harus mampu mengikuti dan mengimbangi perkembangan teknologi.

Mereka dituntut untuk selalu update dan cepat mengerti serta memahami perubahan teknologi alutsista. ”Demi mewujudkan litbang yang elite dan membanggakan,” katanya. (*/c6/ttg/JPG)

Ikhtiar TNI-AD Mewujudkan Litbang yang Terus Berpacu dengan Zaman

Ada tangan-tangan terampil di Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI-AD yang menguji alutsista sebelum sampai ke tangan serdadu di medan tugas. Dituntut untuk terus update dengan perkembangan teknologi.

SAHRUL YUNIZAR, Bandung Barat

JAUH sebelum beragam senjata sampai ke tangan serdadu di medan tugas, tangan-tangan terampil personel Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI-AD (Dislitbangad) sudah lebih dulu menjajal. Mereka yang menguji dan menilai alat utama sistem persenjataan (alutsista) layak atau tidak untuk digunakan.

Markas Distlitbangad berada di Jakarta Timur. Sedangkan laboratorium tempat mereka menguji setiap alutsista untuk Angkatan Darat berada di Bandung Barat. Letaknya satu kompleks dengan Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus Batujajar.

Tidak hanya menguji alutsista untuk TNI-AD, di tempat itu pula mereka mengembangkan alutsista untuk Matra Darat. Ketika Jawa Pos datang ke laboratorium yang mereka miliki menjelang akhir bulan lalu (24-25/5), Dislitbangad tengah melakukan uji sertifikasi amunisi baru buatan Pindad: MU2-M A1 dan MU2-M A2 kaliber 7,62 milimeter x 51 milimeter.

Dua amunisi tersebut dibuat khusus untuk penembak runduk atau sniper. Lebih khusus lagi untuk kompetisi atau lomba antar sniper.

Dar… dar… dar… satu per satu amunisi diuji coba siang itu. Standar yang dipakai oleh Dislitbangad dalam pengujian tersebut harus memenuhi kebutuhan senjata penembak runduk Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Kepala Dislitbangad Brigjen TNI Terry Tresna Purnama yang mengikuti seluruh rangkaian pengujian amunisi tersebut tampak puas. Dia mengaku bangga dengan produk-produk buatan Pindad. ”Setelah pengecekan awal, amunisi sudah lolos dan memenuhi persyaratan spesifikasi awal,” ungkapnya.

Uji sertifikasi terbagi menjadi dua. Pertama, uji laboratorium. Kedua, uji lapangan. Uji laboratorium terdiri atas uji berat dan dimensi, uji jenis penggalak dan kepekaan penggalak, uji jenis dan kelas isian dorong, uji tarik anak peluru, uji keretakan atau cacat selongsong, dan uji tanda-tanda amunisi serta kemasan dan kantong amunisi.

Baca Juga :  Prokes Diperketat Lagi, Kembali Belajar Online bila Tejadi Kasus Covid-19

Uji laboratorium itu dilakukan di laboratorium milik Dislitbangad. Di tempat tersebut, amunisi dites dengan serangkaian ujian berat.

Sementara uji lapangan yang juga dilaksanakan oleh Dislitbangad dilakukan dengan cara menembakkan amunisi tersebut menggunakan senjata penembak runduk buatan Pindad: Pindad SPR 3. Ada dua tahap uji lapangan. Pertama di lorong tembak Distlitabangad, kedua di lapangan tembak milik Komando Pendidikan dan Latihan (Kodiklat) TNI-AD yang lokasinya berdekatan dengan laboratorium milik Dislitbangad.

Dalam dua rangkaian uji lapangan, amunisi tersebut kembali ”disiksa” untuk memastikan kelayakannya. Mulai uji kecepatan peluru, uji rentang kecepatan peluru, uji ketelitian tembak, uji tekanan gas rata-rata, hingga uji daya tembus pelat baja dan kelancaran kerja. Khusus pengujian yang terakhir dilakukan dalam kondisi normal, juga kondisi khusus. Itu dilakukan untuk memastikan amunisi tersebut kedap air dan memiliki ketahanan terhadap suhu rendah maupun suhu tinggi.

Terry ingin visinya menjadikan Dislitbangad Balakpus (Badan Pelaksana Pusat) elite dan membanggakan terwujud. Dia tidak ingin bayang-bayang buruk terus mengikuti langkah-langkah Dislitbangad.

Untuk itu, mereka berusaha meningkatkan kemampuan dengan mengikuti zaman. Terbaru, Dislitbangad berhasil menuntaskan penelitian, pengembangan, dan pembuatan prototipe Lesan Tembak Robotik Integrated.

Alat itu dibuat untuk menunjang kebutuhan latihan menembak para prajurit Angkatan Darat. ”Karena prajurit itu sekarang kalau latihan masih pakai lesan (sasaran tembak) timbul tenggelam, ditarik pakai tali atau juga pakai ikat,” imbuh Terry. ”Yang robotik kami buat dengan kecerdasan inteligensi,” tambahnya.

Sehingga lesan tersebut bisa dioperasikan dari jarak jauh dan bergerak secara otomatis. Alat yang dibuat menggunakan anggaran tahun lalu itu sempat dia tunjukkan.

Sesuai keterangan yang disampaikan oleh Terry, lesan tersebut bisa digerakkan dari jarak jauh dan bergerak secara otomatis menyesuaikan tembakan serta perkenaan tembakan. Meski masih prototipe, alumnus Akademi Militer (Akmil) 1990 itu percaya diri alat tersebut akan sangat bermanfaat untuk para prajurit TNI-AD.

Baca Juga :  Ada yang Bahas Sampah Hingga Narkoba dan Lampu Sein Motor

Tidak hanya lesan robotik, beberapa alutsista lain juga turut dipamerkan oleh Dislitbangad. Kendaraan tempur dan kendaraan taktis berjejer rapi saat Jawa Pos dibawa keliling laboratorium Dislitbangad.

Di antara kendaraan-kendaraan itu, ada kendaraan taktis Maung yang sudah diproduksi massal oleh Pindad. Kemudian, ada juga kendaraan yang ditenagai oleh listrik. Sepeda motor buatan PT Pindad serta bus listrik buatan PT Mobil Anak Bangsa alias MAB.

Kendaraan listrik itu memang belum resmi menjadi bagian alutsista TNI-AD. Namun, sudah dikenalkan kepada para prajurit Angkatan Darat.

Brigjen Terry langsung mencoba sepeda motor listrik buatan Pindad. Tongkrongan motor berkelir putih biru itu serupa supermoto. Sangat memungkinkan untuk dimodifikasi menjadi motor trail yang bisa dipakai oleh para babinsa di beberapa daerah. Juga cocok dijadikan kendaraan patroli karena tidak bersuara sama sekali.

Motor listrik yang pernah muncul dalam perhelatan World Superbike 2021 di Sirkuit Mandalika, Nusa Tenggara Barat, itu berkekuatan 5 kilowatt. Baterai yang disematkan berjenis lithium.

Sementara waktu pengisian baterai dari nol sampai penuh berkisar tiga hingga empat jam. Pindad mengklaim motor listrik tersebut bisa digeber sampai kecepatan 120 kilometer per jam dan sanggup menempuh jarak 100 kilometer setiap kali baterainya diisi penuh.

Kepala Laboratorium Dislitbangad Kolonel Arh Sapta Rendra menyampaikan bahwa teknologi mobil listrik mulai dilirik oleh instansi tempat dia bertugas. Menurut dia, teknologi tersebut memacu para prajurit di Dislitbangad untuk melakukan penelitian dan pengembangan terkait kendaraan listrik. ”Pindad sudah punya motor listrik. Dan saat ini kami sedang mendalami itu,” jelas Rendra.

Menurut dia, perkembangan teknologi tidak bisa dilawan. Karena itu, para prajurit TNI-AD yang berdinas di Dislitbangad harus mampu mengikuti dan mengimbangi perkembangan teknologi.

Mereka dituntut untuk selalu update dan cepat mengerti serta memahami perubahan teknologi alutsista. ”Demi mewujudkan litbang yang elite dan membanggakan,” katanya. (*/c6/ttg/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya