Sunday, February 2, 2025
25.7 C
Jayapura

Ketergantungan Masyarakat Adat Terhadap Hutan Terancam Akibat Perubahan Iklim

Kegiatan ini diharapkan menjadi dasar program lanjutan yang memperkuat ketahanan ekologis, sosial, dan ekonomi masyarakat adat di Kampung Yenggu Lama termasuk mendorong kolaborasi para pihak di masa depan

Yayasan Pelestarian Alam (Yapal) Papua melakukan analisis dampak iklim, guna menjdi  langkah awal untuk mendukung masyarakat adat Yano Akrua dalam menghadapi perubahan iklim melalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan pemberdayaan ketahanan pangan berbasis kearifan lokal.

Penelitian tersebut sudah dilakukan sejak tahun 2024 lalu, dan kampung Yenggu Lama, Distrik Nimboran, Kabupaten Jayapura, menjadi fokus penting karena masyarakat adat Yano Akrua memiliki hubungan erat dengan Hutan Adat Ku Defeng Akrua, yang telah ditetapkan sebagai hutan adat oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2022.

Baca Juga :  Masih Ada Keterbatasan, Namun Bisa Deteksi Dini Kasus Jantung dan Pasang Ring

Namun, tantangan seperti tumpang tindih perizinan HGU dan pembukaan lahan mengancam keberlanjutan ekosistem serta kehidupan masyarakat adat. Kajian yang dilakukan oleh Yapal ini bertujuan untuk menghasilkan data berbasis indikator SDGs, meningkatkan kesadaran akan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, serta mempromosikan diversifikasi pangan lokal, pelestarian budaya adat, dan pengembangan ekonomi melalui praktik berkelanjutan dan ekowisata berbasis komunitas.

Fientje menjelaskan bahwa dengan penelitian yang dilakukan tujuannya dapat menganalisis kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan di Kampung Yenggu Lama, berdasarkan indikator pembangunan berkelanjutan pada tujuan tanpa kemiskinan, tanpa kelaparan, pendidikan, kesetaraan gender, akses air bersih, energi bersih dan terjangkau, kesenjangan sosial, penanganan perubahan iklim, ekosistem daratan, dan kemitraan.

Baca Juga :  Pelni Lengkapi Seluruh Kapalnya Dengan MES

Itu termasuk mengetahui pemahaman masyarakat kampung Yenggu Lama mengenai perubahan iklim dan dampaknya terhadap kehidupan mereka serta upaya adaptasi & mitigasinya, termasuk penerapan praktik-praktik kearifan lokal.

“Dan mengetahui pemanfaatan keanekaragaman pangan lokal dan peluang diversifikasi mata pencaharian berdasar potensi sumber daya alam di kampung Yenggu Lama,” katanya kepada Cenderawasih Pos, Kamis (30/1).

“Kami berharap laporan ini dapat menjadi dasar yang kokoh untuk program lanjutan, penelitian, dan upaya strategis lainnya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat adat, melestarikan keanekaragaman hayati, dan memperkuat ketahanan terhadap perubahan iklim, demi generasi mendatang,” bebernya.

Kegiatan ini diharapkan menjadi dasar program lanjutan yang memperkuat ketahanan ekologis, sosial, dan ekonomi masyarakat adat di Kampung Yenggu Lama termasuk mendorong kolaborasi para pihak di masa depan

Yayasan Pelestarian Alam (Yapal) Papua melakukan analisis dampak iklim, guna menjdi  langkah awal untuk mendukung masyarakat adat Yano Akrua dalam menghadapi perubahan iklim melalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan pemberdayaan ketahanan pangan berbasis kearifan lokal.

Penelitian tersebut sudah dilakukan sejak tahun 2024 lalu, dan kampung Yenggu Lama, Distrik Nimboran, Kabupaten Jayapura, menjadi fokus penting karena masyarakat adat Yano Akrua memiliki hubungan erat dengan Hutan Adat Ku Defeng Akrua, yang telah ditetapkan sebagai hutan adat oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2022.

Baca Juga :  Raup Ratusan Juta, Gelar Beragam Festival

Namun, tantangan seperti tumpang tindih perizinan HGU dan pembukaan lahan mengancam keberlanjutan ekosistem serta kehidupan masyarakat adat. Kajian yang dilakukan oleh Yapal ini bertujuan untuk menghasilkan data berbasis indikator SDGs, meningkatkan kesadaran akan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, serta mempromosikan diversifikasi pangan lokal, pelestarian budaya adat, dan pengembangan ekonomi melalui praktik berkelanjutan dan ekowisata berbasis komunitas.

Fientje menjelaskan bahwa dengan penelitian yang dilakukan tujuannya dapat menganalisis kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan di Kampung Yenggu Lama, berdasarkan indikator pembangunan berkelanjutan pada tujuan tanpa kemiskinan, tanpa kelaparan, pendidikan, kesetaraan gender, akses air bersih, energi bersih dan terjangkau, kesenjangan sosial, penanganan perubahan iklim, ekosistem daratan, dan kemitraan.

Baca Juga :  Aksi dan Agenda Memeriahkan HUT RI Bisa Dilakukan dengan Berbagai Cara

Itu termasuk mengetahui pemahaman masyarakat kampung Yenggu Lama mengenai perubahan iklim dan dampaknya terhadap kehidupan mereka serta upaya adaptasi & mitigasinya, termasuk penerapan praktik-praktik kearifan lokal.

“Dan mengetahui pemanfaatan keanekaragaman pangan lokal dan peluang diversifikasi mata pencaharian berdasar potensi sumber daya alam di kampung Yenggu Lama,” katanya kepada Cenderawasih Pos, Kamis (30/1).

“Kami berharap laporan ini dapat menjadi dasar yang kokoh untuk program lanjutan, penelitian, dan upaya strategis lainnya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat adat, melestarikan keanekaragaman hayati, dan memperkuat ketahanan terhadap perubahan iklim, demi generasi mendatang,” bebernya.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya

/