Saturday, February 1, 2025
26.7 C
Jayapura

Ketergantungan Masyarakat Adat Terhadap Hutan Terancam Akibat Perubahan Iklim

Melihat Kajian Analisis  Dampak Perubahan Iklim di Kampung Yenggu Lama Distrik Nimboran

Dampak perubahan  iklim diyakini dapat merugikan masyarakat dalam hal mempertahankan sumber daya alam yang berkelanjutan. Yayasan Pelestarian Alam (Yapal) Papua mencoba menganalisi. Apa hasilnya?

Laporan: Yohana-Rhepang Muaif

Kampung Yenggu Lama, Distrik Nimboran, Kabupaten Jayapura, merupakan bagian dari wilayah Komunitas Adat Yano Akrua yang menjaga Hutan Adat Ku Defeng Akrua seluas 2.226 hektar.

Hutan ini ditetapkan sebagai hutan adat oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2022. Namun, wilayah hutan adat ini juga termasuk dalam Hak Guna Usaha (HGU) PT. Permata Nusa Mandiri seluas 10.370 hektar sejak 2018. Hingga Agustus 2024, HGU tersebut masih tercatat aktif menurut ATR/BPN, dengan pembukaan lahan yang terus berlangsung di area sekitar hutan adat.

Baca Juga :  Batasi Anak Main Gadget  dan Dampingi Untuk Penguatan Psikologi 

Dampaknya jelas, bahwa perubahan iklim  salah satu pemicunya adalah penggundulan hutan. Menurut (UNFCCC, 1992) terjadinya perubahan iklim adalah akibat dari aktivitas manusia, baik secara langsung dan tidak langsung yang mengubah keseluruhan sistem iklim secara global.

Komposisi sistem iklim yang berubah mencakup atmosfer, hidrosfer, geosfer dan interaksi diantaranya deforestasi dan degradasi hutan sampai saat ini masih menjadi penyebab utama laju perubahan iklim selain dari faktor penggunaan energi fosil.

Badan Pengurus YAPAL, Fientje Jarangga mengatakan hutan membantu penyerapan unsur karbondioksida yang ada di atmosfer dan mendaurnya dengan proses alami sehingga suhu bumi yang stabil dapat dipertahankan dan tidak mengalami perubahan signifikan dalam rentang waktu pendek.

Baca Juga :  Macet, Masyarakat  Harus Sabar

(IPCC, 2019 p.17) menyebutkan bahwa perubahan iklim akan mengakibatkan tekanan tambahanpadalahan, risikokehilanganmatapencaharian,hilangnya keanekaragamanhayati, perubahan sistem pangan, kesehatan manusia dan ekosistem di bumi serta berdampak pada infrastruktur.

(The World Bank, 2010) menyebut mereka yang termasuk dalam kelompok rentan adalah yang masih bergantung penuh dan secara langsung dengan mata pencaharian terkait iklim seperti pertanian, hasil hutan dan perikanan. Selain kehilangan mata pencaharian, mereka yang terdampak juga akan kehilangan sumber – sumber pangan.

Dengan demikian menurut Fientje  salah satu kelompok paling rentan yang akan mengalami krisis kehilangan mata pencaharian dan kekurangan pangan karena perubahan iklim adalah masyarakat adat.

Melihat Kajian Analisis  Dampak Perubahan Iklim di Kampung Yenggu Lama Distrik Nimboran

Dampak perubahan  iklim diyakini dapat merugikan masyarakat dalam hal mempertahankan sumber daya alam yang berkelanjutan. Yayasan Pelestarian Alam (Yapal) Papua mencoba menganalisi. Apa hasilnya?

Laporan: Yohana-Rhepang Muaif

Kampung Yenggu Lama, Distrik Nimboran, Kabupaten Jayapura, merupakan bagian dari wilayah Komunitas Adat Yano Akrua yang menjaga Hutan Adat Ku Defeng Akrua seluas 2.226 hektar.

Hutan ini ditetapkan sebagai hutan adat oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2022. Namun, wilayah hutan adat ini juga termasuk dalam Hak Guna Usaha (HGU) PT. Permata Nusa Mandiri seluas 10.370 hektar sejak 2018. Hingga Agustus 2024, HGU tersebut masih tercatat aktif menurut ATR/BPN, dengan pembukaan lahan yang terus berlangsung di area sekitar hutan adat.

Baca Juga :  Enam Bulan Kedepan Diperkirakan Terjadi Cuaca Ekstrem

Dampaknya jelas, bahwa perubahan iklim  salah satu pemicunya adalah penggundulan hutan. Menurut (UNFCCC, 1992) terjadinya perubahan iklim adalah akibat dari aktivitas manusia, baik secara langsung dan tidak langsung yang mengubah keseluruhan sistem iklim secara global.

Komposisi sistem iklim yang berubah mencakup atmosfer, hidrosfer, geosfer dan interaksi diantaranya deforestasi dan degradasi hutan sampai saat ini masih menjadi penyebab utama laju perubahan iklim selain dari faktor penggunaan energi fosil.

Badan Pengurus YAPAL, Fientje Jarangga mengatakan hutan membantu penyerapan unsur karbondioksida yang ada di atmosfer dan mendaurnya dengan proses alami sehingga suhu bumi yang stabil dapat dipertahankan dan tidak mengalami perubahan signifikan dalam rentang waktu pendek.

Baca Juga :  Pastikan Stok Kebutuhan Aman, Diharapkan Harga Tetap Stabil

(IPCC, 2019 p.17) menyebutkan bahwa perubahan iklim akan mengakibatkan tekanan tambahanpadalahan, risikokehilanganmatapencaharian,hilangnya keanekaragamanhayati, perubahan sistem pangan, kesehatan manusia dan ekosistem di bumi serta berdampak pada infrastruktur.

(The World Bank, 2010) menyebut mereka yang termasuk dalam kelompok rentan adalah yang masih bergantung penuh dan secara langsung dengan mata pencaharian terkait iklim seperti pertanian, hasil hutan dan perikanan. Selain kehilangan mata pencaharian, mereka yang terdampak juga akan kehilangan sumber – sumber pangan.

Dengan demikian menurut Fientje  salah satu kelompok paling rentan yang akan mengalami krisis kehilangan mata pencaharian dan kekurangan pangan karena perubahan iklim adalah masyarakat adat.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya