Friday, November 22, 2024
34.7 C
Jayapura

Paulus Waterpauw Muncul dan Angkat Bicara Soal Pilkada

Ia menyayangkan proses pencarian partai yang dikatakan kurang sehat. Jika sedari awal dilakukan dengan cara tak sehat maka sulit memberikan tauladan bagi yang lain terlebih generasi muda. Purnawirawan Polisi  berpangkat Komjend ini menganalisa bahwa Pemilu tahun 2024 ini erat kaitannya dengan apa yang akan ditinggalkan pada generasi millenial atau gen Z. Pasalnya menurut Paulus   Waterpauw, jika salah di ujungnya tentu berimplikasi pada generasi saat ini.

“Tahun 2024 adalah tinggal landasnya generasi beby boomers yang meninggalkan generasi millenial dan gen Z itu tidak boleh salah memberikan contoh dan tauladan. Siapapun dia harus menjadi teladan  jadi tidak bisa mengambil keputusan seenaknya. Ada mekanisme proses dan aturan yang harus dijalankan semua pihak,” singgungnya.

Baca Juga :  Ada Deal-deal Dibalik Keterlambatan Pleno KPU ?

Mantan Pj Gubernur Papua Barat ini juga menanggapi bahwa tak elok mengambil keputusan dengan cara menekan untuk memenangkan diri sendiri. Dan terkait ini ia melihat rakyat juga sangat paham.

“Kalau orang Jawa mengatakan ora elok, tidak bagus, tidak santun, tidak benar dan merusak citra dan pandangan termasuk tatanan kehidupan berpolitik. Saya memang bukan orang politik tapi saya paham politik yang santun. Kalau ada yang memberikan perlawanan nanti dikesankan tidak loyal, tidak bisa begitu. Kalau dapat rekomendasi dengan baik dan santun ya selamat melanjutkan perjuangan di Tanah Papua,” paparnya.

Papua kata Waterpauw tidak bisa dilihat sama seperti daerah lain karena sangat tertinggal karenanya ia memiliki pandangan  bahwa untuk membenahi Papua harus membenahi pemimpin dan penyelenggara negaranya.

Baca Juga :  Minta Polisi Jelaskan Alasan Penangkapan

“Belajarlah dengan 10 tahun terakhir bahwa Papua sangat tertinggal dan itu membuat kita malu. Itu karena penyelenggaranya tidak paham etika kehidupan dan jadi pemimpin tidak bisa suka – suka apalagi mengintimidasi orang, itu pamali menurut orang tua saya. Papua memerlukan pemimpin yang paham, tidak boleh gagal paham,” tambahnya.

Ia menyayangkan proses pencarian partai yang dikatakan kurang sehat. Jika sedari awal dilakukan dengan cara tak sehat maka sulit memberikan tauladan bagi yang lain terlebih generasi muda. Purnawirawan Polisi  berpangkat Komjend ini menganalisa bahwa Pemilu tahun 2024 ini erat kaitannya dengan apa yang akan ditinggalkan pada generasi millenial atau gen Z. Pasalnya menurut Paulus   Waterpauw, jika salah di ujungnya tentu berimplikasi pada generasi saat ini.

“Tahun 2024 adalah tinggal landasnya generasi beby boomers yang meninggalkan generasi millenial dan gen Z itu tidak boleh salah memberikan contoh dan tauladan. Siapapun dia harus menjadi teladan  jadi tidak bisa mengambil keputusan seenaknya. Ada mekanisme proses dan aturan yang harus dijalankan semua pihak,” singgungnya.

Baca Juga :  Presiden Duduk Merendah di Hadapan Perajut Noken

Mantan Pj Gubernur Papua Barat ini juga menanggapi bahwa tak elok mengambil keputusan dengan cara menekan untuk memenangkan diri sendiri. Dan terkait ini ia melihat rakyat juga sangat paham.

“Kalau orang Jawa mengatakan ora elok, tidak bagus, tidak santun, tidak benar dan merusak citra dan pandangan termasuk tatanan kehidupan berpolitik. Saya memang bukan orang politik tapi saya paham politik yang santun. Kalau ada yang memberikan perlawanan nanti dikesankan tidak loyal, tidak bisa begitu. Kalau dapat rekomendasi dengan baik dan santun ya selamat melanjutkan perjuangan di Tanah Papua,” paparnya.

Papua kata Waterpauw tidak bisa dilihat sama seperti daerah lain karena sangat tertinggal karenanya ia memiliki pandangan  bahwa untuk membenahi Papua harus membenahi pemimpin dan penyelenggara negaranya.

Baca Juga :  Solusi Efektif Pembelajaran di Tengah Kekayaan Budaya dan Tantangan Geografis

“Belajarlah dengan 10 tahun terakhir bahwa Papua sangat tertinggal dan itu membuat kita malu. Itu karena penyelenggaranya tidak paham etika kehidupan dan jadi pemimpin tidak bisa suka – suka apalagi mengintimidasi orang, itu pamali menurut orang tua saya. Papua memerlukan pemimpin yang paham, tidak boleh gagal paham,” tambahnya.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya