Friday, April 19, 2024
31.7 C
Jayapura

Masa Tanggap Darurat Resmi Ditutup


BANTUAN KEMENSOS: Seorang petugas Tagana sedangmenyiapkan sepatu bantuan Kemensos RI yang akan diberikan kepada salah seorang bocah korban banjir bandang di tempat pengungsian Posko Stadion Barnabas Youwe (SBY) Sentani, Kabupaten Jayapura, Jumat (29/3).Yewen/Cepos

Posko Induk dan Posko Pengungsi Tetap Ada

SENTANI-Pemerintah Kabupaten Jayapura secara resmi menutup masa tanggap darurat yang sebelumnya diberlakukan selama 14 hari pasca banjir bandang yang menimpa Kabupaten Jayapura, Sabtu (16/3) lalu. 

“Masa tanggap darurat yang sebelumnya diberlakukan selama 14 hari,  hari ini (kemarin, red) dinyatakan resmi ditutup,” ungkap Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE., M.Si., dalam jumpa persnya di posko utama Gunung Merah, Sentani, Jumat (29/3).

Dikatakan, meskipun masa tanggap darurat bencana banjir bandang di Kabupaten Jayapura resmi ditutup,  namun  bukan berarti penanganan terhadap para korban banjir bandang itu juga dihentikan. 

Pemkab Jayapura bersama stakeholder terkait akan terus memantau perkembangan warga yang berada di posko pengungsian.
Tidak hanya itu, dengan berakhirnya masa tanggap darurat bencana banjir bandang selanjutnya akan beralih ke masa transisi darurat atau pemulihan terhadap sejumlah kondisi yang terjadi pasca musibah tersebut.
Menurutnya keputusan pemerintah untuk tidak memperpanjang masa tanggap darurat ini sesuai dengan hasil keputusan bersama baik pemerintah maupun beberapa stakeholder terkait dalam rapat yang sudah digelar Kamis (28/3). “Masa tanggap darurat selama empat belas hari resmi ditutup, sebab telah melewati batas waktu idealnya,” jelasnya. 

Pasca berakhirnya tanggap darurat ini, pemerintah akan mengurangi aktivitas di posko-posko pengungsian serta mengurangi jumlah posko yang disiagakan selama masa tanggap darurat. Sesuai kesepakatan itu jumlah posko akan dikurangi menjadi tiga dari  jumlah sebelumnya enam posko.  

Pengurangan jumlah posko ini atas dasar pertimbangan banyaknya warga yang selama ini tinggal diposko  pengungsian kini sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing.

Dia menambahkan selama masa transisi atau pemulihan ini pemerintah juga akan terus melakukan pendataan terhadap rumah-rumah penduduk baik yang mengalami rusak ringan,  maupun rusak berat.  Ini untuk memudahkan pemerintah mendirikan bangunan rumah sementara bagi warga korban bencana tersebut.

Baca Juga :  Intensifkan Patroli di Jembatan Youtefa

“Memasuki masa transisi ini semua proses tetap berjalan  lancar. Posko Induk tetap  ada, hanya intensitas aktivitasnya yang dikurangi. Serta keberadaannya juga bisa dipertimbangkan mengingat posko induk ini berada di kawasan perkantoran. Bisa jadi, Posko Induk akan pindah ke GOR Toware atau ke Stadion Bas Youwe atau juga ke tempat lain,”  pungkasnya. 

Secara terpisah, Ketua Tim Penanganan Banjir Bandang Kabupaten Jayapura yang juga Kapolres Jayapura, AKBP Victor Dean Mackbon mengakui bahwa posko induk dan posko pengungsian tetap ada dan masing berlangsung.

“Posko induk dan posko pengungsi tetap ada dan berlangsung sampai dengan semuanya normal,” ungkapnya saat dihubungi Cenderawasih Pos, Jumat (29/3).

Menurut Victor, warga khususnya korban banjir bandang jangan terlalu mudah percaya dengan isu-isu yang tidak bertanggung jawab, khususnya  terkait dengan adanya penutupan posko induk maupun posko pengungsian.

“Masyarakat tidak boleh mendengar isu-isu terkait posko ditutup dan lain sebagainya. Posko tetap akan dibuka dalam menangani banjir bandang sampai selesai,” tegas mantan Kapolres Mimika ini.

Pihaknya tetap akan bekerja terus dalam melakukan pendataan terhadap perumahan yang rusak, sampai dengan proses renovasi dan pembangunan kembali oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

“Pada prinsipnya posko tetap ada dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat, pasca banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Jayapura,” ujarnya. 

Sejalan dengan berakhirnya masa tanggap darurat bencana, Kodam XVII/Cenderawasih memutuskan untuk menghentikan pencarian puluhan korban yang masih hilang. Mulai hari ini (30/3) pasukan pencari bakal ditarik. 

”Benar, pencarian sudah kita hentikan,” tegas Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Infanteri Muhammad Aidi. Berdasar data terakhir yang diperoleh Jawa Pos (Grup Cenderawasih Pos), jumlah korban yang dilaporkan hilang sebanyak 82 jiwa. Selama masa tanggap darurat berlangsung, sebanyak 112 korban meninggal berhasil dievakuasi.

Baca Juga :  Angkasa Pura dan Maskapai Sambut Positif

Meski pencarian dihentikan, Aidi menyebutkan bahwa instansinya tidak menutup diri. Apabila masyarakat menemukan korban, diminta melapor agar bisa dikirim prajurit untuk membantu evakuasi. 

Lebih lanjut, dia menuturkan, penarikan pasukan tidak mengakhiri peran instansinya. Kodam XVII/Cenderawasih tetap menempatkan petugas untuk membantu masyarakat yang masih berada di lokasi pengungsian. ”Pelayanan tetap dilaksanakan,” imbuhnya. 

Pelayanan yang dia maksud, antara lain, distribusi bantuan serta pelayanan kesehatan. ”Hanya beberapa personel saja nanti yang melayani pengungsi,” tambah dia. Sebab, jumlah pengungsi perlahan mulai berkurang. 

Kondisi saat ini, masih kata Aidi, ditambah dengan selesainya masa tanggap darurat, memang harus disikapi dengan cermat. Dia menilai tidak efektif apabila pasukan yang ada tidak ditarik. Sebab, mereka tidak perlu lagi membuka jalan atau mencari korban hilang. Fokus mereka selanjutnya adalah memberikan pelayanan kepada pengungsi.

Sebagian besar pengungsi bukan korban banjir bandang dan longsor. Mereka yang masih bertahan di pengungsian merupakan korban luapan air Danau Sentani. Semuanya belum bisa kembali ke rumah lantaran air masih merendam pinggiran danau tersebut. Di samping itu, pengungsi yang bertahan adalah korban banjir bandang dengan kerusakan rumah kategori berat. Mereka harus tinggal di pengungsian sampai ada rumah pengganti.

Setelah masa tanggap darurat berakhir, kini masuk masa transisi darurat. Dalam tahapan tersebut, Kodam XVII/Cendrawasih fokus membantu distribusi logistik untuk pengungsi. Mereka juga siap apabila diminta bantuan ketika tahapan pemulihan pascabencana mulai berjalan. ”Sepanjang masyarakat butuh, TNI siap membantu,” tegas Aidi. 

Dalam kondisi normal pun, sambung dia, prajurit dari Kodam XVII/Cendrwasih kerap membantu masyarakat Papua. Apalagi, saat kondisi darurat pasca bencana. (roy/bet/nat/JPG)


BANTUAN KEMENSOS: Seorang petugas Tagana sedangmenyiapkan sepatu bantuan Kemensos RI yang akan diberikan kepada salah seorang bocah korban banjir bandang di tempat pengungsian Posko Stadion Barnabas Youwe (SBY) Sentani, Kabupaten Jayapura, Jumat (29/3).Yewen/Cepos

Posko Induk dan Posko Pengungsi Tetap Ada

SENTANI-Pemerintah Kabupaten Jayapura secara resmi menutup masa tanggap darurat yang sebelumnya diberlakukan selama 14 hari pasca banjir bandang yang menimpa Kabupaten Jayapura, Sabtu (16/3) lalu. 

“Masa tanggap darurat yang sebelumnya diberlakukan selama 14 hari,  hari ini (kemarin, red) dinyatakan resmi ditutup,” ungkap Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw, SE., M.Si., dalam jumpa persnya di posko utama Gunung Merah, Sentani, Jumat (29/3).

Dikatakan, meskipun masa tanggap darurat bencana banjir bandang di Kabupaten Jayapura resmi ditutup,  namun  bukan berarti penanganan terhadap para korban banjir bandang itu juga dihentikan. 

Pemkab Jayapura bersama stakeholder terkait akan terus memantau perkembangan warga yang berada di posko pengungsian.
Tidak hanya itu, dengan berakhirnya masa tanggap darurat bencana banjir bandang selanjutnya akan beralih ke masa transisi darurat atau pemulihan terhadap sejumlah kondisi yang terjadi pasca musibah tersebut.
Menurutnya keputusan pemerintah untuk tidak memperpanjang masa tanggap darurat ini sesuai dengan hasil keputusan bersama baik pemerintah maupun beberapa stakeholder terkait dalam rapat yang sudah digelar Kamis (28/3). “Masa tanggap darurat selama empat belas hari resmi ditutup, sebab telah melewati batas waktu idealnya,” jelasnya. 

Pasca berakhirnya tanggap darurat ini, pemerintah akan mengurangi aktivitas di posko-posko pengungsian serta mengurangi jumlah posko yang disiagakan selama masa tanggap darurat. Sesuai kesepakatan itu jumlah posko akan dikurangi menjadi tiga dari  jumlah sebelumnya enam posko.  

Pengurangan jumlah posko ini atas dasar pertimbangan banyaknya warga yang selama ini tinggal diposko  pengungsian kini sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing.

Dia menambahkan selama masa transisi atau pemulihan ini pemerintah juga akan terus melakukan pendataan terhadap rumah-rumah penduduk baik yang mengalami rusak ringan,  maupun rusak berat.  Ini untuk memudahkan pemerintah mendirikan bangunan rumah sementara bagi warga korban bencana tersebut.

Baca Juga :  Intensifkan Patroli di Jembatan Youtefa

“Memasuki masa transisi ini semua proses tetap berjalan  lancar. Posko Induk tetap  ada, hanya intensitas aktivitasnya yang dikurangi. Serta keberadaannya juga bisa dipertimbangkan mengingat posko induk ini berada di kawasan perkantoran. Bisa jadi, Posko Induk akan pindah ke GOR Toware atau ke Stadion Bas Youwe atau juga ke tempat lain,”  pungkasnya. 

Secara terpisah, Ketua Tim Penanganan Banjir Bandang Kabupaten Jayapura yang juga Kapolres Jayapura, AKBP Victor Dean Mackbon mengakui bahwa posko induk dan posko pengungsian tetap ada dan masing berlangsung.

“Posko induk dan posko pengungsi tetap ada dan berlangsung sampai dengan semuanya normal,” ungkapnya saat dihubungi Cenderawasih Pos, Jumat (29/3).

Menurut Victor, warga khususnya korban banjir bandang jangan terlalu mudah percaya dengan isu-isu yang tidak bertanggung jawab, khususnya  terkait dengan adanya penutupan posko induk maupun posko pengungsian.

“Masyarakat tidak boleh mendengar isu-isu terkait posko ditutup dan lain sebagainya. Posko tetap akan dibuka dalam menangani banjir bandang sampai selesai,” tegas mantan Kapolres Mimika ini.

Pihaknya tetap akan bekerja terus dalam melakukan pendataan terhadap perumahan yang rusak, sampai dengan proses renovasi dan pembangunan kembali oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

“Pada prinsipnya posko tetap ada dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat, pasca banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Jayapura,” ujarnya. 

Sejalan dengan berakhirnya masa tanggap darurat bencana, Kodam XVII/Cenderawasih memutuskan untuk menghentikan pencarian puluhan korban yang masih hilang. Mulai hari ini (30/3) pasukan pencari bakal ditarik. 

”Benar, pencarian sudah kita hentikan,” tegas Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Infanteri Muhammad Aidi. Berdasar data terakhir yang diperoleh Jawa Pos (Grup Cenderawasih Pos), jumlah korban yang dilaporkan hilang sebanyak 82 jiwa. Selama masa tanggap darurat berlangsung, sebanyak 112 korban meninggal berhasil dievakuasi.

Baca Juga :  Kantor KPU Yahukimo Terbakar, ini Kata Bupati

Meski pencarian dihentikan, Aidi menyebutkan bahwa instansinya tidak menutup diri. Apabila masyarakat menemukan korban, diminta melapor agar bisa dikirim prajurit untuk membantu evakuasi. 

Lebih lanjut, dia menuturkan, penarikan pasukan tidak mengakhiri peran instansinya. Kodam XVII/Cenderawasih tetap menempatkan petugas untuk membantu masyarakat yang masih berada di lokasi pengungsian. ”Pelayanan tetap dilaksanakan,” imbuhnya. 

Pelayanan yang dia maksud, antara lain, distribusi bantuan serta pelayanan kesehatan. ”Hanya beberapa personel saja nanti yang melayani pengungsi,” tambah dia. Sebab, jumlah pengungsi perlahan mulai berkurang. 

Kondisi saat ini, masih kata Aidi, ditambah dengan selesainya masa tanggap darurat, memang harus disikapi dengan cermat. Dia menilai tidak efektif apabila pasukan yang ada tidak ditarik. Sebab, mereka tidak perlu lagi membuka jalan atau mencari korban hilang. Fokus mereka selanjutnya adalah memberikan pelayanan kepada pengungsi.

Sebagian besar pengungsi bukan korban banjir bandang dan longsor. Mereka yang masih bertahan di pengungsian merupakan korban luapan air Danau Sentani. Semuanya belum bisa kembali ke rumah lantaran air masih merendam pinggiran danau tersebut. Di samping itu, pengungsi yang bertahan adalah korban banjir bandang dengan kerusakan rumah kategori berat. Mereka harus tinggal di pengungsian sampai ada rumah pengganti.

Setelah masa tanggap darurat berakhir, kini masuk masa transisi darurat. Dalam tahapan tersebut, Kodam XVII/Cendrawasih fokus membantu distribusi logistik untuk pengungsi. Mereka juga siap apabila diminta bantuan ketika tahapan pemulihan pascabencana mulai berjalan. ”Sepanjang masyarakat butuh, TNI siap membantu,” tegas Aidi. 

Dalam kondisi normal pun, sambung dia, prajurit dari Kodam XVII/Cendrwasih kerap membantu masyarakat Papua. Apalagi, saat kondisi darurat pasca bencana. (roy/bet/nat/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya