Wednesday, April 24, 2024
33.7 C
Jayapura

Terkendala Biaya, 10 Mahasiswa Papua Belum ke Rusia

Tujuh dari 10 orang mahasiswa yang dinyatakan diterima kuliah di Rusia, memperlihatkan berkas mereka di Abepura, Senin (26/10). ( FOTO: Yewen/Cepos)

JAYAPURA- Pada tahun 2020 Pemerintah Rusia memberikan beasiswa kuota kepada Provinsi Papua sebanyak 10 orang mahasiswa untuk kuliah di negara yang berjuluk Beruang Merah.

Setiap tahap seleksi telah dilewati oleh 10 orang mahasiswa tersebut. Namun 10 orang mahasiswa ini belum berangkat ke Rusia, karena terkendala biaya administrasi seperti terjemahan dokumen dan lain-lain.

“Hasil pengumuman kelulusan 10 orang telah ditetapkan oleh Kedutaan Besar Federasi Rusia melalui Pekan Kebudayaan Rusia pada tanggal 5 Juni 2020,”ungkap Sokrates Wakum salah seorang dari 10 mahasiswa Papua yang dinyatakan lulus dan kuliah di Rusia, saat menggelar konferensi pers di Abepura, Senin (26/10).

Sokrates mengatakan, setelah pengumuman kelulusan, maka 10 orang mahasiswa melanjutkan proses pembayaran terjemahan dokumen pada tanggal 22 Juli sampai 24 juli 2020.

Namun 10 orang mahasiswa ini belum bayar biaya penerjemahan dokumen, sehingga 3 orang mahasiswa dari 10 orang mahasiswa telah mengalami penolakan status. Tetapi status tersebut telah diverifikasi ulang oleh alumni dan dinyatakan sebagai mahasiswa aktif yang mana statusnya masih distribusi.

Baca Juga :  Meski Pro Kontra, Otsus Tetap Perlu Dilanjutkan

Lebih lanjut Sokrates mengatakan, terlepas dari 3 status mahasiswa yang sedang dalam status distribusi ini. masih terdapat 4 orang mahasiswa yang sudah mendapatkan kampus, tetapi belum mengikuti kuliah secara online. Karena pihak kampus sedang menunggu dokumen terjemahan.

Sementara itu, 3 orang mahasiswa lainnya sudah mengikuti kuliah secara online, walaupun dokumennya belum diterjemahkan.

“Dengan demikian, status dari sepuluh mahasiswa ini belum final karena belum menyelesaikan terjemahan dokumen,” ujarnya.

Sokrates berharap Pemerintah Provinsi Papua, untuk segera menyelesaikan biaya administrasi secepatnya. Karena apabila biaya administrasi tidak diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan, maka status 10 mahasiswa aktif akan dicabut dan selanjutnya status mereka akan masuk dalam daftar blacklist yang artinya mahasiswa tidak dapat melamar lagi di tahun-tahun mendatang.

Baca Juga :  Menko Airlangga Optimis Ekonomi Tumbuh 7-8 Persen pada Kuartal II

“Ini kami sampaikan agar hak-hak kami mahasiswa penerima kuota beasiswa Rusia 2020 dapat diakses. Karena pendidikan adalah hak mutlak setiap individu yang harus diperhatikan oleh Pemerintah Papua. Dalam mewujudkan SDM orang asli Papua yang berkualitas sesuai dengan visi dan misi Pemprov Papua tahun ini, yakni SDM Unggul,” ucapnya.

Sementara itu, Pelin Bayage yang juga salah seorang dari 10 mahasiswa Papua yang lulus kuliah di Rusia, berharap Pemerintah Provinsi Papua bisa segera menyelesaikan biaya terjemahan dokumen yang ada. Sehingga pihaknya bisa segera melakukan kuliah di berbagai kampus yang ada di Rusia.

“Kami berharap Pemprov Papua bisa segera menyelesaikan biaya terjemahan dokumen, sehingga kami bisa segera kuliah di kampus yang ada di Rusia,” harapnya. (bet/nat)

Tujuh dari 10 orang mahasiswa yang dinyatakan diterima kuliah di Rusia, memperlihatkan berkas mereka di Abepura, Senin (26/10). ( FOTO: Yewen/Cepos)

JAYAPURA- Pada tahun 2020 Pemerintah Rusia memberikan beasiswa kuota kepada Provinsi Papua sebanyak 10 orang mahasiswa untuk kuliah di negara yang berjuluk Beruang Merah.

Setiap tahap seleksi telah dilewati oleh 10 orang mahasiswa tersebut. Namun 10 orang mahasiswa ini belum berangkat ke Rusia, karena terkendala biaya administrasi seperti terjemahan dokumen dan lain-lain.

“Hasil pengumuman kelulusan 10 orang telah ditetapkan oleh Kedutaan Besar Federasi Rusia melalui Pekan Kebudayaan Rusia pada tanggal 5 Juni 2020,”ungkap Sokrates Wakum salah seorang dari 10 mahasiswa Papua yang dinyatakan lulus dan kuliah di Rusia, saat menggelar konferensi pers di Abepura, Senin (26/10).

Sokrates mengatakan, setelah pengumuman kelulusan, maka 10 orang mahasiswa melanjutkan proses pembayaran terjemahan dokumen pada tanggal 22 Juli sampai 24 juli 2020.

Namun 10 orang mahasiswa ini belum bayar biaya penerjemahan dokumen, sehingga 3 orang mahasiswa dari 10 orang mahasiswa telah mengalami penolakan status. Tetapi status tersebut telah diverifikasi ulang oleh alumni dan dinyatakan sebagai mahasiswa aktif yang mana statusnya masih distribusi.

Baca Juga :  Kenalan di FB, ABG Diperkosa dan Hamil

Lebih lanjut Sokrates mengatakan, terlepas dari 3 status mahasiswa yang sedang dalam status distribusi ini. masih terdapat 4 orang mahasiswa yang sudah mendapatkan kampus, tetapi belum mengikuti kuliah secara online. Karena pihak kampus sedang menunggu dokumen terjemahan.

Sementara itu, 3 orang mahasiswa lainnya sudah mengikuti kuliah secara online, walaupun dokumennya belum diterjemahkan.

“Dengan demikian, status dari sepuluh mahasiswa ini belum final karena belum menyelesaikan terjemahan dokumen,” ujarnya.

Sokrates berharap Pemerintah Provinsi Papua, untuk segera menyelesaikan biaya administrasi secepatnya. Karena apabila biaya administrasi tidak diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan, maka status 10 mahasiswa aktif akan dicabut dan selanjutnya status mereka akan masuk dalam daftar blacklist yang artinya mahasiswa tidak dapat melamar lagi di tahun-tahun mendatang.

Baca Juga :  Bandara Sentani Siapkan Pelayanan Rapid Test Antigen

“Ini kami sampaikan agar hak-hak kami mahasiswa penerima kuota beasiswa Rusia 2020 dapat diakses. Karena pendidikan adalah hak mutlak setiap individu yang harus diperhatikan oleh Pemerintah Papua. Dalam mewujudkan SDM orang asli Papua yang berkualitas sesuai dengan visi dan misi Pemprov Papua tahun ini, yakni SDM Unggul,” ucapnya.

Sementara itu, Pelin Bayage yang juga salah seorang dari 10 mahasiswa Papua yang lulus kuliah di Rusia, berharap Pemerintah Provinsi Papua bisa segera menyelesaikan biaya terjemahan dokumen yang ada. Sehingga pihaknya bisa segera melakukan kuliah di berbagai kampus yang ada di Rusia.

“Kami berharap Pemprov Papua bisa segera menyelesaikan biaya terjemahan dokumen, sehingga kami bisa segera kuliah di kampus yang ada di Rusia,” harapnya. (bet/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya