Friday, April 19, 2024
33.7 C
Jayapura

Komnas HAM Minta Gunakan Ahli Forensik Profesional

Komisioner Komnas HAM Chairul Anam

*Terkait Otopsi Jenazah pdt. Yeremia Zanambani

JAYAPURA – Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) meminta proses otopsi jenazah Pdt. Yeremia Zanambani menggunakan ahli forensik dari tenaga profesional. Tujuannya untuk menunjukkan upaya otopsi kepada keluarga dan masyarakat Papua berjalan secara independen.  

Anggota Komnas HAM RI Mohammad Choirul Anam mengatakan, kepolisian sebaiknya menggunakan tenaga forensik dari lembaga yang independen seperti Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) dalam otopsi jenazah Pdt Yeremia. 

“Pemda setempat juga harus menyediakan tenaga forensik dalam proses otopsi jenazah Pdt Yeremia. Tujuannya agar ada data pembanding dengan hasil forensik dari tim dokter yang disiapkan pihak kepolisian,” ucap Choirul saat dikonfirmasi, Senin (26/10).

Pdt Yeremia diketahui meninggal dunia akibat  ditembak di Kampung Bomba, Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya pada tanggal 19 September 2020. 

Baca Juga :  Situasi di Besum Berangsur Kondusif

Dari hasil temuan awal Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF),  diduga ada keterlibatan aparat dalam penembakan Pdt. Yeremia. 

“Kami menyarankan agar pihak kepolisian jangan menggunakan dokter forensik dari rumah sakit milik TNI-Polri. Lebih baik menggunakan tenaga professional, sehingga menunjukkan adanya upaya investigasi kasus penembakan Pdt. Yeremia berjalan secara independent,” kata Choirul.

Dikatakan, Komnas HAM RI secara langsung akan mendampingi pihak keluarga dalam proses otopsi jenazah Yeremia di Hitadipa. Pihaknya akan hadir saat proses otopsi jenazah Yeremia. Hal ini sesuai dengan permintaan keluarga almarhum bahwa otopsi bisa dilakukan dengan kehadiran Komnas HAM.

“Mudah-mudahan pelaku dalam kasus penembakan ini segera terungkap,” ucapnya.

Lanjutnya, Komnas HAM telah merampungkan hasil investigasi dalam kasus penembakan Yeremia di Hitadipa. Direncanakan hasil investigasi tersebut akan diserahkan secara langsung kepada Presiden Joko Widodo.

Baca Juga :  Langgar Jam Malam, Dijerat Undang-Undang Kesehatan

Sebelumnya Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw mengatakan,  pihaknya telah menyiapkan tenaga dokter forensik yang independen dari Sulawesi Selatan. 

“Rencananya kami akan melaksanakan otopsi dalam waktu dekat. Selain otopsi,  kami akan menggunakan tim untuk uji balistik peluru yang digunakan dalam penembakan Yeremia,” ucap Kapolda, Kamis (22/10) lalu.

Sementara itu, Deputi III Kemenkopolhukam Sugeng Purnomo mengatakan TGPF telah menyelesaikan tugas dan juga laporan pelaksanaannya di lapangan.

“Hasil otopsi adalah bagian pro yustisia yang merupakan kewenangan penyidik. Hanya saja saat pihak keluarga memberikan persetujuan otopsi, meminta ketika pelaksanaan autopsi salah satunya didampingi TGPF,” pungkasnya. (fia/nat)

Komisioner Komnas HAM Chairul Anam

*Terkait Otopsi Jenazah pdt. Yeremia Zanambani

JAYAPURA – Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) meminta proses otopsi jenazah Pdt. Yeremia Zanambani menggunakan ahli forensik dari tenaga profesional. Tujuannya untuk menunjukkan upaya otopsi kepada keluarga dan masyarakat Papua berjalan secara independen.  

Anggota Komnas HAM RI Mohammad Choirul Anam mengatakan, kepolisian sebaiknya menggunakan tenaga forensik dari lembaga yang independen seperti Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) dalam otopsi jenazah Pdt Yeremia. 

“Pemda setempat juga harus menyediakan tenaga forensik dalam proses otopsi jenazah Pdt Yeremia. Tujuannya agar ada data pembanding dengan hasil forensik dari tim dokter yang disiapkan pihak kepolisian,” ucap Choirul saat dikonfirmasi, Senin (26/10).

Pdt Yeremia diketahui meninggal dunia akibat  ditembak di Kampung Bomba, Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya pada tanggal 19 September 2020. 

Baca Juga :  KKB Anak Buah Nau Waker Ditangkap

Dari hasil temuan awal Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF),  diduga ada keterlibatan aparat dalam penembakan Pdt. Yeremia. 

“Kami menyarankan agar pihak kepolisian jangan menggunakan dokter forensik dari rumah sakit milik TNI-Polri. Lebih baik menggunakan tenaga professional, sehingga menunjukkan adanya upaya investigasi kasus penembakan Pdt. Yeremia berjalan secara independent,” kata Choirul.

Dikatakan, Komnas HAM RI secara langsung akan mendampingi pihak keluarga dalam proses otopsi jenazah Yeremia di Hitadipa. Pihaknya akan hadir saat proses otopsi jenazah Yeremia. Hal ini sesuai dengan permintaan keluarga almarhum bahwa otopsi bisa dilakukan dengan kehadiran Komnas HAM.

“Mudah-mudahan pelaku dalam kasus penembakan ini segera terungkap,” ucapnya.

Lanjutnya, Komnas HAM telah merampungkan hasil investigasi dalam kasus penembakan Yeremia di Hitadipa. Direncanakan hasil investigasi tersebut akan diserahkan secara langsung kepada Presiden Joko Widodo.

Baca Juga :  Negara Mau Berdialog dengan OPM yang Mana ?

Sebelumnya Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw mengatakan,  pihaknya telah menyiapkan tenaga dokter forensik yang independen dari Sulawesi Selatan. 

“Rencananya kami akan melaksanakan otopsi dalam waktu dekat. Selain otopsi,  kami akan menggunakan tim untuk uji balistik peluru yang digunakan dalam penembakan Yeremia,” ucap Kapolda, Kamis (22/10) lalu.

Sementara itu, Deputi III Kemenkopolhukam Sugeng Purnomo mengatakan TGPF telah menyelesaikan tugas dan juga laporan pelaksanaannya di lapangan.

“Hasil otopsi adalah bagian pro yustisia yang merupakan kewenangan penyidik. Hanya saja saat pihak keluarga memberikan persetujuan otopsi, meminta ketika pelaksanaan autopsi salah satunya didampingi TGPF,” pungkasnya. (fia/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya