Thursday, April 25, 2024
32.7 C
Jayapura

Masih Butuh Status Darurat

CARI JENAZAH: Sam seekor anjing Labrador dari Direktorat  Polisi Satwa Baharkam Polri saat menjalankan tugasnya mencari jenazah korban banjir bandang di Jalan Kemiri, Sentani, Kabupaten Jayapura, Sabtu (23/3) lalu. ( foto : Robert Mboik/Cepos)

Hari ini, 20 Jenazah Dikubur Massal

JAYAPURA-Masa tanggap darurat bencana di Jayapura, Papua selesai akhir pekan ini. Seluruh instansi yang terlibat dalam penanggulangan bencana di sana bakal mengevaluasi semua aspek yang sudah dan perlu dilakukan ke depan. Termasuk di antaranya tahapan penanganan bencana. Apakah masa tanggap tanggap darurat diperpanjang atau malah dihentikan untuk masuk tahap berikutnya. 

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan, sampai kemarin (26/3) pihaknya masih memantau perkembangan di lokasi bencana. Apabila merujuk pengungsi serta korban hilang, bukan tidak mungkin tanggap darurat diperpanjang oleh pemerintah setempat. ”Melihat jumlah pengungsi terus bertambah, masih ada korban hilang,” terang dia. 

Dengan kondisi tersebut, Sutopo menyampaikan, status darurat masih dibutuhkan. ”Bisa melanjutkan masa tanggap darurat atau ke transisi darurat,” imbuhnya. Gubernur Papua, bupati Jayapura, dan wali kota Jayapura bakal membahas itu bersama-sama. Sebab, mereka yang punya kewenangan untuk menentukan masa tanggap darurat selesai atau dinilai masih dibutuhkan. 

Yang pasti, Sutopo menyampaikan bahwa perubahan yang tampak di lapangan menunjukan pengurangan jumlah pengungsi pasca banjir tidak sama dengan jumlah pengungsi akibat luapan air Danau Sentani. ”Jumlah pengungsi akibat banjir bandang sudah turun. Namun terjadi peningkatan jumlah pengungsi akibat meluapnya air Danau Sentani,” ungkap dia menjelaskan. 

Senada dengan Sutopo, Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/Cendrawasih Kolonel Infanteri Muhammad Aidi menyampaikan bahwa jumlah pengungsi akibat banjir memang sudah mulai berkurang. ”Ada yang sudah pulang ke rumah,” imbuhnya. Namun demikian, masih banyak pula pengungsi bertahan di lokasi-lokasi pengungsian. Mereka belum bisa meninggalkan pengungsian lantaran kerusakan rumah fatal. 

Demikian pula dengan para pengungsi akibat luapan air Danau Sentani. Menurut Aidi, mereka belum bisa kembali ke rumah masing-masing lantaran air belum surut. Rumah mereka masih terendam luapan air tersebut. ”Karena masyarakat bangun rumah di sekitar danau. Sebelumnya danau itu belum pernah meluap,” imbuhnya. Tidak heran, saat ini jumlah pengungsi akibat luapan air Danau Sentani lebih banyak ketimbang pengungsi banjir bandang. 

Baca Juga :  Belum Ditemukan Pasien Virus Korona

Angka pengungsi itu, lanjut Aidi, memang patut jadi perhatian. Namun, dia menegaskan pelayanan terhadap para pengungsi jauh lebih penting. Perwira menengah TNI AD dengan tiga kembang dipundak itu menyebutkan bahwa penanganan pengungsi sejauh ini sangat baik. Sebab, petugas gabungan turut mendapat bantuan dari masyarakat. Baik bantuan perorangan maupun bantuan yang disampaikan secara kolektif. 

Ke depan, Aidi mengakui, seluruh petugas di lokasi bencana perlu mengevaluasi penanggulangan bencana. Khususnya terkait status masa tanggap darurat. Apakah diperpanjang atau dilanjutkan ke tahap berikutnya. Pembahasan tersebut, lanjut Aidi, akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Mengingat batas masa tanggap darurat bencana yang ditentukan oleh pemerintah daerah setempat akan segera berakhir. 

Namun demikian, sebelum pembahasan itu dilakukan petugas yang bekerja di lapangan tetap fokus. Disamping membantu para pengungsi, mereka juga masih berusaha mencari korban hilang yang jumlahnya mencapai 82 orang. ”Apakah tertimbun material, atau ada di antara korban meninggal yang belum teridentifikasi, atau mudah-mudahan selamat dan berada di suatu tempat,” ucap dia. 

Sementara itu, sebanyak 20 jenezah korban banjir bandang di Sentani, Kabupaten Jayapura, hingga Selasa (26/3) kemarin masih berada di kamar jenazah RS Bhayangkara Polda Papua.

Rencananya 20 jenazah yang belum teridentifikasi tersebut akan dikubur secara massal, Rabu (27/3) hari ini.

Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol AM Kamal mengatakan, 20 jenazah yang identitasnya belum diketahui tersebut, akan dimakamkan secara massal di Kampung Harapan tepatnya di belakang gereja dekat SMAN 3 Sentani. “Pemakaman akan dilakukan pada pukul 13.00 WIT,” ungkap Kamal dalam konferensi pers di Media Center RS Bhayangkara, Selasa (26/3). 

Baca Juga :  Di Doyo, Densus 88 Amankan Terduga Teroris

Hingga saat ini, pencarian terhadap korban banjir bandang menurut Kamal masih terus dilakukan oleh tim gabungan. Pencarian baru akan dihentikan apabila ada perintah dari pemerintah daerah dalam hal Pemkab Jayapura untuk menghentikan pencarian maka pihaknya akan menarik semua tim gabungan dalam pencarian korban banjir di Sentani.

Adapun 20 jenazah yang akan dikubur secara massal besok, Kamal menyebutkan jenazah tersebut terdiri dari 10 jenazah orang dewasa yang terdiri dari 7 laki-laki dan 3 perempuan. Sementara 10 jenazah lainnya merupakan jenazah anak-anak yang terdiri dari 8 laki-laki dan 2 perempuan. 

Mengenai pengungsi, Kamal menyebutkan bahwa sudah ada sebagian pengungsi yang oulang ke rumah mereka. Namun masih banyak juga yang memilih untuk bertahan di Posko pengungsian.

“Untuk sampai sat ini kami belum rekap kembali data terakhir jumlah para pengungsi namun pada intinya masih banyak juga yang memilih bertahan di posko,” tuturnya.

Terkait pemakaman secara massal, Kabid Dokkes Polda Papua, Kombes Pol dr. Ramon Aninam menambahkan bahwa masing-masing jenazah sudah dilakukan pengambilan DNA. Hal ini dilakukan agar suatu saat jika ada masyarakat yang ingin mencari keluarganya dari 20 jenazah tersebut, tim DVI sudah mengantongi identitas jenazah tersebut.

“Namun jika dikemudian hari ada persolan bahwa kami di tim DVI tidak punya hak \namun pemerintah yang bertangung jawab penuh, bahkan samapi saat ini tim DVI tetap berusaha namun dengan pertunjuk pemerintah untuk dikubur masal maka kami tidak bisa menolak perintah tersebut,”tutupnya.(kim/nat/JPG)

CARI JENAZAH: Sam seekor anjing Labrador dari Direktorat  Polisi Satwa Baharkam Polri saat menjalankan tugasnya mencari jenazah korban banjir bandang di Jalan Kemiri, Sentani, Kabupaten Jayapura, Sabtu (23/3) lalu. ( foto : Robert Mboik/Cepos)

Hari ini, 20 Jenazah Dikubur Massal

JAYAPURA-Masa tanggap darurat bencana di Jayapura, Papua selesai akhir pekan ini. Seluruh instansi yang terlibat dalam penanggulangan bencana di sana bakal mengevaluasi semua aspek yang sudah dan perlu dilakukan ke depan. Termasuk di antaranya tahapan penanganan bencana. Apakah masa tanggap tanggap darurat diperpanjang atau malah dihentikan untuk masuk tahap berikutnya. 

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan, sampai kemarin (26/3) pihaknya masih memantau perkembangan di lokasi bencana. Apabila merujuk pengungsi serta korban hilang, bukan tidak mungkin tanggap darurat diperpanjang oleh pemerintah setempat. ”Melihat jumlah pengungsi terus bertambah, masih ada korban hilang,” terang dia. 

Dengan kondisi tersebut, Sutopo menyampaikan, status darurat masih dibutuhkan. ”Bisa melanjutkan masa tanggap darurat atau ke transisi darurat,” imbuhnya. Gubernur Papua, bupati Jayapura, dan wali kota Jayapura bakal membahas itu bersama-sama. Sebab, mereka yang punya kewenangan untuk menentukan masa tanggap darurat selesai atau dinilai masih dibutuhkan. 

Yang pasti, Sutopo menyampaikan bahwa perubahan yang tampak di lapangan menunjukan pengurangan jumlah pengungsi pasca banjir tidak sama dengan jumlah pengungsi akibat luapan air Danau Sentani. ”Jumlah pengungsi akibat banjir bandang sudah turun. Namun terjadi peningkatan jumlah pengungsi akibat meluapnya air Danau Sentani,” ungkap dia menjelaskan. 

Senada dengan Sutopo, Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/Cendrawasih Kolonel Infanteri Muhammad Aidi menyampaikan bahwa jumlah pengungsi akibat banjir memang sudah mulai berkurang. ”Ada yang sudah pulang ke rumah,” imbuhnya. Namun demikian, masih banyak pula pengungsi bertahan di lokasi-lokasi pengungsian. Mereka belum bisa meninggalkan pengungsian lantaran kerusakan rumah fatal. 

Demikian pula dengan para pengungsi akibat luapan air Danau Sentani. Menurut Aidi, mereka belum bisa kembali ke rumah masing-masing lantaran air belum surut. Rumah mereka masih terendam luapan air tersebut. ”Karena masyarakat bangun rumah di sekitar danau. Sebelumnya danau itu belum pernah meluap,” imbuhnya. Tidak heran, saat ini jumlah pengungsi akibat luapan air Danau Sentani lebih banyak ketimbang pengungsi banjir bandang. 

Baca Juga :  Kenaikan BBM Akan berpengaruh Terhadap Semua Sektor

Angka pengungsi itu, lanjut Aidi, memang patut jadi perhatian. Namun, dia menegaskan pelayanan terhadap para pengungsi jauh lebih penting. Perwira menengah TNI AD dengan tiga kembang dipundak itu menyebutkan bahwa penanganan pengungsi sejauh ini sangat baik. Sebab, petugas gabungan turut mendapat bantuan dari masyarakat. Baik bantuan perorangan maupun bantuan yang disampaikan secara kolektif. 

Ke depan, Aidi mengakui, seluruh petugas di lokasi bencana perlu mengevaluasi penanggulangan bencana. Khususnya terkait status masa tanggap darurat. Apakah diperpanjang atau dilanjutkan ke tahap berikutnya. Pembahasan tersebut, lanjut Aidi, akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Mengingat batas masa tanggap darurat bencana yang ditentukan oleh pemerintah daerah setempat akan segera berakhir. 

Namun demikian, sebelum pembahasan itu dilakukan petugas yang bekerja di lapangan tetap fokus. Disamping membantu para pengungsi, mereka juga masih berusaha mencari korban hilang yang jumlahnya mencapai 82 orang. ”Apakah tertimbun material, atau ada di antara korban meninggal yang belum teridentifikasi, atau mudah-mudahan selamat dan berada di suatu tempat,” ucap dia. 

Sementara itu, sebanyak 20 jenezah korban banjir bandang di Sentani, Kabupaten Jayapura, hingga Selasa (26/3) kemarin masih berada di kamar jenazah RS Bhayangkara Polda Papua.

Rencananya 20 jenazah yang belum teridentifikasi tersebut akan dikubur secara massal, Rabu (27/3) hari ini.

Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol AM Kamal mengatakan, 20 jenazah yang identitasnya belum diketahui tersebut, akan dimakamkan secara massal di Kampung Harapan tepatnya di belakang gereja dekat SMAN 3 Sentani. “Pemakaman akan dilakukan pada pukul 13.00 WIT,” ungkap Kamal dalam konferensi pers di Media Center RS Bhayangkara, Selasa (26/3). 

Baca Juga :  Hebat, Dua Puteri Papua Menjadi Pilot Garuda

Hingga saat ini, pencarian terhadap korban banjir bandang menurut Kamal masih terus dilakukan oleh tim gabungan. Pencarian baru akan dihentikan apabila ada perintah dari pemerintah daerah dalam hal Pemkab Jayapura untuk menghentikan pencarian maka pihaknya akan menarik semua tim gabungan dalam pencarian korban banjir di Sentani.

Adapun 20 jenazah yang akan dikubur secara massal besok, Kamal menyebutkan jenazah tersebut terdiri dari 10 jenazah orang dewasa yang terdiri dari 7 laki-laki dan 3 perempuan. Sementara 10 jenazah lainnya merupakan jenazah anak-anak yang terdiri dari 8 laki-laki dan 2 perempuan. 

Mengenai pengungsi, Kamal menyebutkan bahwa sudah ada sebagian pengungsi yang oulang ke rumah mereka. Namun masih banyak juga yang memilih untuk bertahan di Posko pengungsian.

“Untuk sampai sat ini kami belum rekap kembali data terakhir jumlah para pengungsi namun pada intinya masih banyak juga yang memilih bertahan di posko,” tuturnya.

Terkait pemakaman secara massal, Kabid Dokkes Polda Papua, Kombes Pol dr. Ramon Aninam menambahkan bahwa masing-masing jenazah sudah dilakukan pengambilan DNA. Hal ini dilakukan agar suatu saat jika ada masyarakat yang ingin mencari keluarganya dari 20 jenazah tersebut, tim DVI sudah mengantongi identitas jenazah tersebut.

“Namun jika dikemudian hari ada persolan bahwa kami di tim DVI tidak punya hak \namun pemerintah yang bertangung jawab penuh, bahkan samapi saat ini tim DVI tetap berusaha namun dengan pertunjuk pemerintah untuk dikubur masal maka kami tidak bisa menolak perintah tersebut,”tutupnya.(kim/nat/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya