Sunday, December 22, 2024
26.7 C
Jayapura

Minta Pemda Tidak Kucurkan Dana PSU

Pendukung dan simpatisan YY saat melakukan orasi di seputaran kediaman YY, Kamis (25/3). Dalam orasinya pendukung YY meminta pemerintah daerah tidak mengucurkan dana untuk PSU. ( FOTO: Polres Boven Digoel for Cepos)

Massa Yusak-Yakob Gelar Demo Damai

JAYAPURA-Sekira 100-an orang pendukung Pendukung dan simpatisan  pasangan Yusak Yaluwo, SH, M.Si-Yakob Weremba, S.PAK, yang didiskualifikasi oleh Mahkamah Konstitusi  menggelar aksi demo damai di kediaman Yusak Yaluwo,  Tanah Merah, Kabupaten Boven Digoel, Kamis (25/3).

Dalam orasinya pendukung Yusak-Yakob meminta pemerintah daerah untuk tidak mengucurkan dana terkait Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada Boven Digoel.

“Mereka meminta untuk tunjuk karateker sampai Pemilu tahun 2024,” ungkap Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol AM Kamal kepada wartawan di Mapolda Papua, Kamis (25/3)

Lanjut Kamal, Kapolres Boven Digoel, Dandim dan personel yang melakukan pengamanan masih ada di lokasi mendampingi warga yang menyampaikan orasi.

Ia berharap apa yang menjadi putusan MK dikawal agar situasi Kamtibmas kondusif. Karena putusan MK itu adalah final proses demokrasi yang sedang berjalan.

“Kami mengimbau seluruh pihak untuk bersama-sama menjaga situasi Kamtibmas baik di Kabupaten Boven Digoel, Nabire dan Kabupaten Yalimo, tiga daerah yang di tetapkan di lakukan PSU, dua daerah Boven Digoel dan Nabire dilakukan PSU total dan Yalimo hanya dua distrik yang satu distrik dilakukan PSU total dan di Satu Distrik lainnya hanya 28 TPS,” ucap Kamal.

Orasi yang dilakukan pendukung YY bukan kali pertama. Sebelumnya juga sempat terjadi penolakan dari pendukung YY yang merasa kecewa dan mereka melakukan aktivitas dengan membakar ban serta kayu balok di depan kediaman Paslon 04 sambil berteriak menolak pelaksanaan PSU, Selasa (23/3) lalu.

Setelah dilakukan negosiasi dan diberikan pengertian kepada massa. Massa tersebut mengikuti arahan anggota dan personil langsung melakukan pemadaman terhadap ban yang di bakar tersebut.

Baca Juga :  Demo Minta PJ Gubernur Papua Pegunungan Turun, Ricuh

“Untuk menjaga situasi agar tetap aman dan kondusif, sebanyak 400 personel gabunganTNI-Polri disiagakan terdiri dari Polres Boven Digoel, Brimob BKO dari Makasar maupun TNI-Polri yang ada di Merauke,” ucap Kamal.

Dengan adanya personel yang disiapkan, Kamal berharap situasi di Boven Digoel pasca putusan MK  tetap kondusif. Proses demokrasi sedang berjalan dan MK memberikan waktu sekitar 90 hari untuk melaksanakan PSU tanpa YY.

“Apa yang menjadi putusan MK ini dimengerti dan dipahami, sehingga proses demokrasi kedepan akan berjalan aman dan kondusif,” pungkasnya.

Secara terpisah   Kapolres Boven AKBP  Syamsurijal, melalui Kabag Ops Polres Boven Digoel, Kompol Riyanto, SH, dikonfirmasi membenarkan aksi demo damai tersebut.

Menurut  Riyanto aksi  yang digelar  pendukung dan simpatisan pasangan Yusak Yaluwo-Yakob Waremba tersebut  resmi mendapat  surat pemberitahuan dari kepolisian. Pihaknya juga  sudah mengantisipasi dan tidak mau kecolongan seperti  pada aksi sebelumnya  yang berujung  rumah pribadi dari Bupati Boven Digoel Chaerul Anwar dibakar oleh pendemo saat itu.

Untuk itu, dalam   mengamankan aksi demo ini pihaknya  menurunkan  personel gabungan  yang terdiri  dari TNI dan Polri. Diakuinya jumlah personel yang mengamankan  lebih banyak dari jumlah peserta aksi demo.

Adapun pasca pembacaan putusan MK terkait gugatan yang diajukan dalam PHPU untuk tiga kabupaten di Papua yakni Kabupaten Bovendigul, Kabupaten Nabire dan Kabupaten Yalimo kondisi situasi terkini di tiga kabupaten tersebut masih aman dan bisa kembali namun belum tentu kondisi serupa akan terlihat beberapa waktu ke depan. Disini salah satu akademisi Uncen, Marinus Yaung berpendapat  bahwa banyak hal yang  perlu dipersiapkan.

Baca Juga :  Lukas Enembe Kembali Masuk Rutan KPK

“Putusan MK harus dijalankan dengan waktu 90 hari dan ini tugas berat. Yang paling berat adalah Nabire dan Boven Digoel. Sebab harus diulang dari awal lagi dengan 10 tahapan pemungutan suara dan menurut saya KPPS juga harus diganti,” kata Marinus Yaung melalui ponselnya, Kamis (25/3).

Ia berharap semua KPPS untuk kasus Nabire  juga diganti dan mengangkat yang baru yang  tak memiliki kepentingan. “Untuk Nabire saya pikir perlu pengawalan untuk memastikan bahwa tak ada lagi sistem noken yang ada pada setiap TPS. Sistem noken di Nabire maupun Yalimo  harusnya sudah tidak dilakukan sesuai putusan MK beberapa waktu lalu,” tambah Yaung.

Kemudian pengamanan yang dibangun sebaiknya diminta untuk tidak lagi melakukan mobilisasi massa. Sedangkan untuk Boven Digoel karena Yusak Yaluwo sudah dieliminir, beberapa waktu ke depan diprediksi Boven Digoel akan memanas. Disini peran KPU Provinsi Papua untuk menyampaikan kondisi hingga ke tingkat bawah. “Jadi KPPS ini kalau bisa diganti sebagian besar. Sebab di Boven Digoel  dan Yalimo penyelengara ini sudah jadi tim sukses juga. Saya berharap MK memberi sanksi tegas agar ada terobosan hukum bagi penyelenggaran yang gagal seperti Pilkada Boven Digoel dan Nabire,” tegasnya.

Yaung menyayangkan, sebab dalam pencoblosan pertama ternyata justru  menghambur – hamburkan uang negara dan ini menjadi sebuah proses demokrasi yang ujung – ujungnya gagal. “Kalau terobosan hukum itu dilakukan maka ada warning sebelumnya. Sebab siapapun yang ingin jadi anggota KPU jangan sampai ia seperti ini, terulang lagi dan kembali dari awal lagi. Ini pemborosan keuangan negara dan harus ada sanksi hukumnya,” pungkasnya. (fia/ulo/ade/nat)

Pendukung dan simpatisan YY saat melakukan orasi di seputaran kediaman YY, Kamis (25/3). Dalam orasinya pendukung YY meminta pemerintah daerah tidak mengucurkan dana untuk PSU. ( FOTO: Polres Boven Digoel for Cepos)

Massa Yusak-Yakob Gelar Demo Damai

JAYAPURA-Sekira 100-an orang pendukung Pendukung dan simpatisan  pasangan Yusak Yaluwo, SH, M.Si-Yakob Weremba, S.PAK, yang didiskualifikasi oleh Mahkamah Konstitusi  menggelar aksi demo damai di kediaman Yusak Yaluwo,  Tanah Merah, Kabupaten Boven Digoel, Kamis (25/3).

Dalam orasinya pendukung Yusak-Yakob meminta pemerintah daerah untuk tidak mengucurkan dana terkait Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada Boven Digoel.

“Mereka meminta untuk tunjuk karateker sampai Pemilu tahun 2024,” ungkap Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol AM Kamal kepada wartawan di Mapolda Papua, Kamis (25/3)

Lanjut Kamal, Kapolres Boven Digoel, Dandim dan personel yang melakukan pengamanan masih ada di lokasi mendampingi warga yang menyampaikan orasi.

Ia berharap apa yang menjadi putusan MK dikawal agar situasi Kamtibmas kondusif. Karena putusan MK itu adalah final proses demokrasi yang sedang berjalan.

“Kami mengimbau seluruh pihak untuk bersama-sama menjaga situasi Kamtibmas baik di Kabupaten Boven Digoel, Nabire dan Kabupaten Yalimo, tiga daerah yang di tetapkan di lakukan PSU, dua daerah Boven Digoel dan Nabire dilakukan PSU total dan Yalimo hanya dua distrik yang satu distrik dilakukan PSU total dan di Satu Distrik lainnya hanya 28 TPS,” ucap Kamal.

Orasi yang dilakukan pendukung YY bukan kali pertama. Sebelumnya juga sempat terjadi penolakan dari pendukung YY yang merasa kecewa dan mereka melakukan aktivitas dengan membakar ban serta kayu balok di depan kediaman Paslon 04 sambil berteriak menolak pelaksanaan PSU, Selasa (23/3) lalu.

Setelah dilakukan negosiasi dan diberikan pengertian kepada massa. Massa tersebut mengikuti arahan anggota dan personil langsung melakukan pemadaman terhadap ban yang di bakar tersebut.

Baca Juga :  Miris Wajah Pendidikan di Era Otsus Jilid II 

“Untuk menjaga situasi agar tetap aman dan kondusif, sebanyak 400 personel gabunganTNI-Polri disiagakan terdiri dari Polres Boven Digoel, Brimob BKO dari Makasar maupun TNI-Polri yang ada di Merauke,” ucap Kamal.

Dengan adanya personel yang disiapkan, Kamal berharap situasi di Boven Digoel pasca putusan MK  tetap kondusif. Proses demokrasi sedang berjalan dan MK memberikan waktu sekitar 90 hari untuk melaksanakan PSU tanpa YY.

“Apa yang menjadi putusan MK ini dimengerti dan dipahami, sehingga proses demokrasi kedepan akan berjalan aman dan kondusif,” pungkasnya.

Secara terpisah   Kapolres Boven AKBP  Syamsurijal, melalui Kabag Ops Polres Boven Digoel, Kompol Riyanto, SH, dikonfirmasi membenarkan aksi demo damai tersebut.

Menurut  Riyanto aksi  yang digelar  pendukung dan simpatisan pasangan Yusak Yaluwo-Yakob Waremba tersebut  resmi mendapat  surat pemberitahuan dari kepolisian. Pihaknya juga  sudah mengantisipasi dan tidak mau kecolongan seperti  pada aksi sebelumnya  yang berujung  rumah pribadi dari Bupati Boven Digoel Chaerul Anwar dibakar oleh pendemo saat itu.

Untuk itu, dalam   mengamankan aksi demo ini pihaknya  menurunkan  personel gabungan  yang terdiri  dari TNI dan Polri. Diakuinya jumlah personel yang mengamankan  lebih banyak dari jumlah peserta aksi demo.

Adapun pasca pembacaan putusan MK terkait gugatan yang diajukan dalam PHPU untuk tiga kabupaten di Papua yakni Kabupaten Bovendigul, Kabupaten Nabire dan Kabupaten Yalimo kondisi situasi terkini di tiga kabupaten tersebut masih aman dan bisa kembali namun belum tentu kondisi serupa akan terlihat beberapa waktu ke depan. Disini salah satu akademisi Uncen, Marinus Yaung berpendapat  bahwa banyak hal yang  perlu dipersiapkan.

Baca Juga :  Pemain Persipura Segera Dikumpulkan

“Putusan MK harus dijalankan dengan waktu 90 hari dan ini tugas berat. Yang paling berat adalah Nabire dan Boven Digoel. Sebab harus diulang dari awal lagi dengan 10 tahapan pemungutan suara dan menurut saya KPPS juga harus diganti,” kata Marinus Yaung melalui ponselnya, Kamis (25/3).

Ia berharap semua KPPS untuk kasus Nabire  juga diganti dan mengangkat yang baru yang  tak memiliki kepentingan. “Untuk Nabire saya pikir perlu pengawalan untuk memastikan bahwa tak ada lagi sistem noken yang ada pada setiap TPS. Sistem noken di Nabire maupun Yalimo  harusnya sudah tidak dilakukan sesuai putusan MK beberapa waktu lalu,” tambah Yaung.

Kemudian pengamanan yang dibangun sebaiknya diminta untuk tidak lagi melakukan mobilisasi massa. Sedangkan untuk Boven Digoel karena Yusak Yaluwo sudah dieliminir, beberapa waktu ke depan diprediksi Boven Digoel akan memanas. Disini peran KPU Provinsi Papua untuk menyampaikan kondisi hingga ke tingkat bawah. “Jadi KPPS ini kalau bisa diganti sebagian besar. Sebab di Boven Digoel  dan Yalimo penyelengara ini sudah jadi tim sukses juga. Saya berharap MK memberi sanksi tegas agar ada terobosan hukum bagi penyelenggaran yang gagal seperti Pilkada Boven Digoel dan Nabire,” tegasnya.

Yaung menyayangkan, sebab dalam pencoblosan pertama ternyata justru  menghambur – hamburkan uang negara dan ini menjadi sebuah proses demokrasi yang ujung – ujungnya gagal. “Kalau terobosan hukum itu dilakukan maka ada warning sebelumnya. Sebab siapapun yang ingin jadi anggota KPU jangan sampai ia seperti ini, terulang lagi dan kembali dari awal lagi. Ini pemborosan keuangan negara dan harus ada sanksi hukumnya,” pungkasnya. (fia/ulo/ade/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya