Saturday, April 27, 2024
30.7 C
Jayapura

Kenius Kogoya Raih Gelar Doktor dengan Predikat Cum Laude

JAYAPURA – Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Papua, Kenius Kogoya berhasil meraih gelar Doktor bidang Antropologi pada Progam Doktor Ilmu Sosial, Universitas Cenderawasih (Uncen) dengan predikat Cum Laude.

Dalam disertasinya, Kenius menegaskan bahwa Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua yang diselenggarakan pada 2-15 Oktober 2021 di Bumi Cenderawasih, Papua membawa dampak positif di berbagai sektor kehidupan masyarakat Papua.

PON XX berhasil menjadi stimulus tumbuhnya Nasionalisme Orang Asli Papua (OAP) kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Iven olahraga terakbar di tanah air itu merangsang dan membuat rasa cinta tanah air OAP semakin besar.

“Orang Asli Papua (OAP) juga semakin toleran, terbuka dan membuat mereka menjaga tali persaudaraan, persatuan dan kebersamaan. Semangat kebangsaan dan cinta tanah air pada OAP tumbuh,” ungkap Kenius Kogoya saat memaparkan disertasinya berjudul Nasonalisme, Kebudayaan, Dan Olahraga: Studi Dampak Penyelenggaraan PON Pada Orang Asli Papua, pada Sidang Ujian Terbuka (Promosi) Doktor dalam Bidang Kajian Utama Uncen, Senin pagi, 24 Oktober 2022 di auditorium Uncen, Jayapura.

Disertasi tersebut dipertahankan pada Sidang Ujian Terbuka (Promosi) Doktor dalam Bidang Kajian Utama Antropologi terhadap Pertanyaan Kritis dan Klarifikasi Tim Penguji, Promotor dan Ko-Promotor yang dihadiri Rektor Uncen, Dr. Ir. Apolo Safanpo, ST, MT. Prof Dr Pawennari Hijjang., MA Dr. Akhmad M.Hum, Dr.Tri Setyo Guntoro., M.Kes., AIFO, Prof. Dr. H. Zainuddin Amali, SE., M.Si., Prof Dr. Drs. Akbar Silo., MS, Prof.Dr Saharuddin Ita., M.Kes., AIFO, Marlina Flassy, S.Sos., M.Hum, Ph.D, Dr.Fredrik Sokoy, S.Sos., M.Si dan Dr. Gerdha K.I Numbery, S.Sos., M.Si.

Kenius menjelaskan bahwa penyelenggaraan PON XX di Papua memberikan kontribusi dalam membentuk rasa nasionalisme OAP. kontribusi tersebut tergambar dari munculnya kesediaan membela negara, rasa bangga pada bangsa, setia pada tanah air, dan mengakui kesatuan wilayah Indonesia.

Baca Juga :  Uskup Jayapura: Kekerasan Tak Selesaikan Masalah

Disertasi ini membuktikan bahwa adanya iven olahraga telah mengikis rasa nasionalisme ganda OAP. Dengan ditetapkannya Papua sebagai tuan rumah PON ke-XX tahun 2021, OAP merasa dihargai, diperhatikan, dan dipercaya oleh negara.

PON menstimulasi rasa nasionalisme yang dibuktikan dengan lahir dan tumbuhnya kesediaan OAP untuk membela dan melindungi negara. Kesediaan membela dan melindungi negara ini muncul dari adanya kepercayaan pemerintah pusat dengan menetapkan Papua sebagai tuan rumah PON XX sebagaimana tertuang dalam SK Menpora nomor 0110 tahun 2014 tentang Penetapan Pemerintah Provinsi Papua sebagai Tuan Rumah Pelaksanaan PON XX Tahun 2020.

Dipercayanya Papua sebagai tuan rumah PON, kata Kenius, memberikan arti yang signifikan bagi OAP. Dengan adanya kepercayaan ini OAP memiliki motivasi untuk membela negara dalam bentuk berkontribusi dalam event PON maupun menjadi perwakilan negara sebagai atlet pelatih ataupun official dalam event atau ajang olahraga nasional dan internasional.

“Jiwa patriotisme lahir dari kesediaan membela negara yang merupakan bentuk kecintaan pada tanah air. Kesediaan bela negara nampak dari kesediaan OAP untuk terlibat dan berkontribusi dalam PON. Hal ini menunjukkan sikap rela berkorban. Salah satu faktor pendorong individu utuk bersedia berpartisipasi dalam pembangunan negaranya adalah nasionalisme,” jelasnya.

Dia menegaskan bahwa penyelenggaraan PON XX di Papua telah memberikan kontribusi dalam perubahan kebudayaan OAP yang tercermin dari pandangan hidup, kebiasaan beraktivitas, dan infrastruktur yang berubah dan OAP merasakan perubahan tersebut sangat signifikan.

“PON XX membuat Orang Asli Papua sadar potensi dan tumbuh kultur kompetitif, kemudian berkembang pandangan dan sikap positif pada olahraga. OAP juga memandang olahraga sebagai identitas atau harga diri OAP. PON juga memacu pertumbuhan ekonomi dan berkembangnya pemanfaatan teknologi dan komunikasi. PON juga menjadi ajang bagi OAP adat serta budayanya,” jelas Kenius.

Dalam disertasinya, Kenius menyampaikan rekomendasi dan implikasi teroritis yakni even olahraga dapat menjadi media untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan juga kultur kompetitif yang positif. Dan media untuk mempromosikan Papua dan budayanya.

Baca Juga :  Dicurigai Sebagai Aparat, Lima Sipil Tewas Ditembak dan Dibacok

Oleh karena even olahraga perlu diselenggarakan lebih sering di Papua agar masyarakat di Papua, terutama generasi muda, dapat fokus kepada hal positif (berprestasi dalam olahraga) sehingga pemikiran dan tindakan negatif seperti keinginan untuk memisahkan diri dari NKRI dapat terkikis.

“Pemerintah perlu mempertimbangkan penyelenggara iven olahraga secara berjenjang. Kemudian infrastruktur yang ada akibat penyelenggaraan PON ke-XX Papua perlu untuk dijaga bersama, sebagai modal berharga untuk memajukan Provinsi Papua terutama dalam bidang olahraga,” tandas Kenius Kogoya.

Sementara itu, Menpora Prof. Dr. H. Zainuddin Amali, SE., M.Si., yang juga selaku penguji eksternal dan juga selaku guru besar Universitas Negeri Semarang itu menyebutkan jika olahraga memang sudah menjadi satu hal bagi orang asli Papua dan juga sebagaimana yang akan menjadikan Papua sebagai Provinsi Olahraga.

“Saya kira hasil penelitian ini bahwa masyarakat Papua ini passionnya olahraga menjadi harga diri, martabat orang Papua. Apalagi Papua sudah miliki fasilitas olahraga pasca PON yang tidak dimiliki Provinsi lain,” ujar Menpora.

Kemudian Rektor Uncen, Dr. Ir. Apolo Safanpo, ST., MT., memberikan apresiasi kepada Menpora yang turut hadir sebagai penguji eksternal.

“Atas nama Uncen kami ucapkan terima kasih Menpora, ini merupakan motivasi dan pendorong semangat bagi kami untuk laksanakan olahraga prestasi dengan presiden menetapkan Papua sebagai Provinsi olahraga, dan kami Uncen siap menjadi garda terdepan dalam pengembangan SDM olahraga di Papua,”

“Sebagaimana disampaikan Pak Kenius bahwa sebagai mana PON baru saja dilaksanakan dan mendapatkan tanggapan yang baik dan apresiasi dari masyarakat, Sehingga hal itu perlu dilakukan kajian dampak pelaksanaannya dalam bidang olahraga itu sendiri,” tutupnya. (eri/wen)

JAYAPURA – Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Papua, Kenius Kogoya berhasil meraih gelar Doktor bidang Antropologi pada Progam Doktor Ilmu Sosial, Universitas Cenderawasih (Uncen) dengan predikat Cum Laude.

Dalam disertasinya, Kenius menegaskan bahwa Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua yang diselenggarakan pada 2-15 Oktober 2021 di Bumi Cenderawasih, Papua membawa dampak positif di berbagai sektor kehidupan masyarakat Papua.

PON XX berhasil menjadi stimulus tumbuhnya Nasionalisme Orang Asli Papua (OAP) kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Iven olahraga terakbar di tanah air itu merangsang dan membuat rasa cinta tanah air OAP semakin besar.

“Orang Asli Papua (OAP) juga semakin toleran, terbuka dan membuat mereka menjaga tali persaudaraan, persatuan dan kebersamaan. Semangat kebangsaan dan cinta tanah air pada OAP tumbuh,” ungkap Kenius Kogoya saat memaparkan disertasinya berjudul Nasonalisme, Kebudayaan, Dan Olahraga: Studi Dampak Penyelenggaraan PON Pada Orang Asli Papua, pada Sidang Ujian Terbuka (Promosi) Doktor dalam Bidang Kajian Utama Uncen, Senin pagi, 24 Oktober 2022 di auditorium Uncen, Jayapura.

Disertasi tersebut dipertahankan pada Sidang Ujian Terbuka (Promosi) Doktor dalam Bidang Kajian Utama Antropologi terhadap Pertanyaan Kritis dan Klarifikasi Tim Penguji, Promotor dan Ko-Promotor yang dihadiri Rektor Uncen, Dr. Ir. Apolo Safanpo, ST, MT. Prof Dr Pawennari Hijjang., MA Dr. Akhmad M.Hum, Dr.Tri Setyo Guntoro., M.Kes., AIFO, Prof. Dr. H. Zainuddin Amali, SE., M.Si., Prof Dr. Drs. Akbar Silo., MS, Prof.Dr Saharuddin Ita., M.Kes., AIFO, Marlina Flassy, S.Sos., M.Hum, Ph.D, Dr.Fredrik Sokoy, S.Sos., M.Si dan Dr. Gerdha K.I Numbery, S.Sos., M.Si.

Kenius menjelaskan bahwa penyelenggaraan PON XX di Papua memberikan kontribusi dalam membentuk rasa nasionalisme OAP. kontribusi tersebut tergambar dari munculnya kesediaan membela negara, rasa bangga pada bangsa, setia pada tanah air, dan mengakui kesatuan wilayah Indonesia.

Baca Juga :  Sekda Aloysius Giyai Sidak di Dua OPD

Disertasi ini membuktikan bahwa adanya iven olahraga telah mengikis rasa nasionalisme ganda OAP. Dengan ditetapkannya Papua sebagai tuan rumah PON ke-XX tahun 2021, OAP merasa dihargai, diperhatikan, dan dipercaya oleh negara.

PON menstimulasi rasa nasionalisme yang dibuktikan dengan lahir dan tumbuhnya kesediaan OAP untuk membela dan melindungi negara. Kesediaan membela dan melindungi negara ini muncul dari adanya kepercayaan pemerintah pusat dengan menetapkan Papua sebagai tuan rumah PON XX sebagaimana tertuang dalam SK Menpora nomor 0110 tahun 2014 tentang Penetapan Pemerintah Provinsi Papua sebagai Tuan Rumah Pelaksanaan PON XX Tahun 2020.

Dipercayanya Papua sebagai tuan rumah PON, kata Kenius, memberikan arti yang signifikan bagi OAP. Dengan adanya kepercayaan ini OAP memiliki motivasi untuk membela negara dalam bentuk berkontribusi dalam event PON maupun menjadi perwakilan negara sebagai atlet pelatih ataupun official dalam event atau ajang olahraga nasional dan internasional.

“Jiwa patriotisme lahir dari kesediaan membela negara yang merupakan bentuk kecintaan pada tanah air. Kesediaan bela negara nampak dari kesediaan OAP untuk terlibat dan berkontribusi dalam PON. Hal ini menunjukkan sikap rela berkorban. Salah satu faktor pendorong individu utuk bersedia berpartisipasi dalam pembangunan negaranya adalah nasionalisme,” jelasnya.

Dia menegaskan bahwa penyelenggaraan PON XX di Papua telah memberikan kontribusi dalam perubahan kebudayaan OAP yang tercermin dari pandangan hidup, kebiasaan beraktivitas, dan infrastruktur yang berubah dan OAP merasakan perubahan tersebut sangat signifikan.

“PON XX membuat Orang Asli Papua sadar potensi dan tumbuh kultur kompetitif, kemudian berkembang pandangan dan sikap positif pada olahraga. OAP juga memandang olahraga sebagai identitas atau harga diri OAP. PON juga memacu pertumbuhan ekonomi dan berkembangnya pemanfaatan teknologi dan komunikasi. PON juga menjadi ajang bagi OAP adat serta budayanya,” jelas Kenius.

Dalam disertasinya, Kenius menyampaikan rekomendasi dan implikasi teroritis yakni even olahraga dapat menjadi media untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan juga kultur kompetitif yang positif. Dan media untuk mempromosikan Papua dan budayanya.

Baca Juga :  Uskup Jayapura: Kekerasan Tak Selesaikan Masalah

Oleh karena even olahraga perlu diselenggarakan lebih sering di Papua agar masyarakat di Papua, terutama generasi muda, dapat fokus kepada hal positif (berprestasi dalam olahraga) sehingga pemikiran dan tindakan negatif seperti keinginan untuk memisahkan diri dari NKRI dapat terkikis.

“Pemerintah perlu mempertimbangkan penyelenggara iven olahraga secara berjenjang. Kemudian infrastruktur yang ada akibat penyelenggaraan PON ke-XX Papua perlu untuk dijaga bersama, sebagai modal berharga untuk memajukan Provinsi Papua terutama dalam bidang olahraga,” tandas Kenius Kogoya.

Sementara itu, Menpora Prof. Dr. H. Zainuddin Amali, SE., M.Si., yang juga selaku penguji eksternal dan juga selaku guru besar Universitas Negeri Semarang itu menyebutkan jika olahraga memang sudah menjadi satu hal bagi orang asli Papua dan juga sebagaimana yang akan menjadikan Papua sebagai Provinsi Olahraga.

“Saya kira hasil penelitian ini bahwa masyarakat Papua ini passionnya olahraga menjadi harga diri, martabat orang Papua. Apalagi Papua sudah miliki fasilitas olahraga pasca PON yang tidak dimiliki Provinsi lain,” ujar Menpora.

Kemudian Rektor Uncen, Dr. Ir. Apolo Safanpo, ST., MT., memberikan apresiasi kepada Menpora yang turut hadir sebagai penguji eksternal.

“Atas nama Uncen kami ucapkan terima kasih Menpora, ini merupakan motivasi dan pendorong semangat bagi kami untuk laksanakan olahraga prestasi dengan presiden menetapkan Papua sebagai Provinsi olahraga, dan kami Uncen siap menjadi garda terdepan dalam pengembangan SDM olahraga di Papua,”

“Sebagaimana disampaikan Pak Kenius bahwa sebagai mana PON baru saja dilaksanakan dan mendapatkan tanggapan yang baik dan apresiasi dari masyarakat, Sehingga hal itu perlu dilakukan kajian dampak pelaksanaannya dalam bidang olahraga itu sendiri,” tutupnya. (eri/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya