Friday, March 29, 2024
26.7 C
Jayapura

Gubernur: Hentikan Aksi yang Mengganggu Kamtibmas!

Lukas Enembe, SIP., MH. ( FOTO : Gratianus Silas/Cepos)

DPRP Serukan Untuk Menahan Diri

JAYAPURA- Terkait dengan aksi mahasiswa eksodus di Expo Waena, Distrik Heram,  Kota Jayapura, Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP., MH., cepat mengambil sikap.

Orang nomor satu di Provinsi Papua ini meminta dengan tegas agar para mahasiswa tersebut menghentikan semua kegiatannya yang mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat di Papua.

“Saya minta mahasiswa Papua yang pulang di seluruh Papua (eksodus) untuk hentikan semua kegiatan yang bersifat kejahatan. Pasalnya, hal itu mengganggu keamanan dan ketertiban di masyarakat di Papua,” tegas Gubernur  Lukas Enembe di Gedung Negara, Senin (23/9) kemarin.

Menurut Gubernur Enembe, undangan bagi mahasiswa eksodus di seluruh Papua telah disampaikan. Undangan tersebut tidak lain untuk mendengar aspirasi dari para mahasiswa. Namun, nyatanya undangan yang disampaikan malah ditolak dan kemudian melakukan aksi demonstrasi di Kota Jayapura.

“Saudara (mahasiswa eksodus, red) tidak mau terima undangan Gubernur, dan sekarang melakukan aksi seperti ini, maka tidak akan diampuni. Kalian bisa kembali ke tempat studi untuk sekolah jikalau daerah studi kalian dianggap aman. Nanti pemerintah akan siapkan transportasi untuk kembali ke kota studi masing-masing,” tegasnya.

Bukannya sebaliknya, sambung Gubernur Enembe, malah kembali ke Papua untuk kemudian mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat Papua dengan jargon-jargon tertentu. Hal ini yang tidak diharapkan terjadi.

“Saya minta kepada mahasiswa Papua (eksodus, red) untuk hentikan semua kegiatan yang bersifat mengganggu stabilitas keamanan bagi masyarakat. Kalau mau kembali ke tempat studi, kami fasilitasi untuk kembali ke tempat studi masing-masing,” sambungnya.

Baca Juga :  17 Orang Saksi Diperiksa, Dua Anggota TNI Dirujuk

Gubernur Enembe juga meminta mahasiswa lainnya yang studi di Papua untuk tidak terpengaruh dengan aksi mahasiswa eksodus di berbagai daerah di Papua. Begitu pula imbauan ini disampaikan bagi masyarakat pada umumnya. Baik masyarakat Papua maupun non Papua, untuk tidak terpancing dengan keadaan. Sebaliknya, diharapkan dapat menyikapinya dengan tenang, serta melakukan aktivitas seperti biasa.

“Jangan terprovokasi dengan keadaan ini. Pasti aparat keamanan akan bertindak tegas kalau aksi mengganggu aktivitas masyarakat. Termasuk pembakaran maupun pemalangan jalan. Itulah sebabnya, saya minta, aksi ini dihentikan, sehingga semua aktivitas berjalan normal,” tambahnya.

“Jangan dengan kekerasan menyampaikan pendapat, terlebih kala hal ini berdampak pada gangguan stabilitas keamanan di Papua,” pungkasnya. 

Sementara itu, DPR Papua ikut merespon kejadian keributan di Expo Waena, Distrik Heram dan Kabupaten Jayawijaya. Untuk keributan di Expo Waena, korban yang tercatat ada empat orang. Tiga di antaranya adalah masyarakat sipil dan satu lainnya anggota TNI. 

Ketua DPR Papua, DR Yunus Wonda mengaku prihatin dengan kondisi ini dan meminta semua pihak untuk menahan diri. Ia berpendapat bahwa peristiwa kemarin tidak harus terjadi jika  hanya ingin menyampaikan sesuatu. Apalagi akhirnya dampaknya ada korban jiwa baik dari mahasiswa maupun anggota TNI. 

 “Ini yang selalu kami tekankan agar jangan lagi ada korban. Saya minta masyarakat baik Papua dan non Papua sama-sama menahan diri. Biarkan Polisi yang menangani. Jangan ambil tindakan yang menimbulkan kerusuhan. Kami menyesalkan karena akhirnya ada yang jadi korban,” ujar Yunus Wonda kepada Cenderawasih Pos, Senin (23/9). 

Baca Juga :  PON Bukan Tujuan Terakhir

Tak hanya itu, ia juga meminta agar aparat bisa ikut menahan diri dan tidak membuang peluru dengan mudah serta tidak frontal. Sebab pasti ada korban. Ini juga berlaku pada mahasiswa untuk  tidak memaksakan diri. 

 “Saya sangat menyesal apalagi hal serupa juga terjadi di Wamena. Harusnya kita bisa menghargai satu sama lain hingga tanpa harus ada nyawa yang hilang. Jika harta benda itu bisa diganti namun kalau nyawa itu tak bisa diganti. Bagaimana dengan anak istri mereka, bagaimana dengan orang tua mereka,” beber Yunus. 

Ia meminta para pihak melakukan pendekatan yang bijak dan tidak terpancing agar situasi buruk tak terjadi. “Kami turut berduka dari semua korban dan kami prihatin,” ucapnya. 

Disinggung soal aksi Aliansi Mahasiswa Papua yang ingin membuka Posko di Uncen untuk menyikapi sidang umum PBB hari ini (Senin (23/9), Yunus mengaku tidak melihat kejadian ini terlalu jauh ke sana. 

 “Toh setiap tahun sidang PBB ini terus dilakukan dan itu agenda internasional jadi saya tidak mau terlalu mengomentari itu,” jelasnya. 

Di sini Yunus juga menganggap perlu diungkap mengapa dari aksi protes selama ini ada tempat yang tak ada kaitannya justru ikut dibakar. “Ini yang kami juga heran. Apa kaitannya aksi demo dengan membakar kantor MRP. Lalu hari ini membakar kantor bupati. Ini  kasusnya lain yang terbakar lain, sehingga intelejen harus peka. Siapa yang bermain di balik semua ini,” pungkasnya. (gr/ade/nat)

Lukas Enembe, SIP., MH. ( FOTO : Gratianus Silas/Cepos)

DPRP Serukan Untuk Menahan Diri

JAYAPURA- Terkait dengan aksi mahasiswa eksodus di Expo Waena, Distrik Heram,  Kota Jayapura, Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP., MH., cepat mengambil sikap.

Orang nomor satu di Provinsi Papua ini meminta dengan tegas agar para mahasiswa tersebut menghentikan semua kegiatannya yang mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat di Papua.

“Saya minta mahasiswa Papua yang pulang di seluruh Papua (eksodus) untuk hentikan semua kegiatan yang bersifat kejahatan. Pasalnya, hal itu mengganggu keamanan dan ketertiban di masyarakat di Papua,” tegas Gubernur  Lukas Enembe di Gedung Negara, Senin (23/9) kemarin.

Menurut Gubernur Enembe, undangan bagi mahasiswa eksodus di seluruh Papua telah disampaikan. Undangan tersebut tidak lain untuk mendengar aspirasi dari para mahasiswa. Namun, nyatanya undangan yang disampaikan malah ditolak dan kemudian melakukan aksi demonstrasi di Kota Jayapura.

“Saudara (mahasiswa eksodus, red) tidak mau terima undangan Gubernur, dan sekarang melakukan aksi seperti ini, maka tidak akan diampuni. Kalian bisa kembali ke tempat studi untuk sekolah jikalau daerah studi kalian dianggap aman. Nanti pemerintah akan siapkan transportasi untuk kembali ke kota studi masing-masing,” tegasnya.

Bukannya sebaliknya, sambung Gubernur Enembe, malah kembali ke Papua untuk kemudian mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat Papua dengan jargon-jargon tertentu. Hal ini yang tidak diharapkan terjadi.

“Saya minta kepada mahasiswa Papua (eksodus, red) untuk hentikan semua kegiatan yang bersifat mengganggu stabilitas keamanan bagi masyarakat. Kalau mau kembali ke tempat studi, kami fasilitasi untuk kembali ke tempat studi masing-masing,” sambungnya.

Baca Juga :  PON Bukan Tujuan Terakhir

Gubernur Enembe juga meminta mahasiswa lainnya yang studi di Papua untuk tidak terpengaruh dengan aksi mahasiswa eksodus di berbagai daerah di Papua. Begitu pula imbauan ini disampaikan bagi masyarakat pada umumnya. Baik masyarakat Papua maupun non Papua, untuk tidak terpancing dengan keadaan. Sebaliknya, diharapkan dapat menyikapinya dengan tenang, serta melakukan aktivitas seperti biasa.

“Jangan terprovokasi dengan keadaan ini. Pasti aparat keamanan akan bertindak tegas kalau aksi mengganggu aktivitas masyarakat. Termasuk pembakaran maupun pemalangan jalan. Itulah sebabnya, saya minta, aksi ini dihentikan, sehingga semua aktivitas berjalan normal,” tambahnya.

“Jangan dengan kekerasan menyampaikan pendapat, terlebih kala hal ini berdampak pada gangguan stabilitas keamanan di Papua,” pungkasnya. 

Sementara itu, DPR Papua ikut merespon kejadian keributan di Expo Waena, Distrik Heram dan Kabupaten Jayawijaya. Untuk keributan di Expo Waena, korban yang tercatat ada empat orang. Tiga di antaranya adalah masyarakat sipil dan satu lainnya anggota TNI. 

Ketua DPR Papua, DR Yunus Wonda mengaku prihatin dengan kondisi ini dan meminta semua pihak untuk menahan diri. Ia berpendapat bahwa peristiwa kemarin tidak harus terjadi jika  hanya ingin menyampaikan sesuatu. Apalagi akhirnya dampaknya ada korban jiwa baik dari mahasiswa maupun anggota TNI. 

 “Ini yang selalu kami tekankan agar jangan lagi ada korban. Saya minta masyarakat baik Papua dan non Papua sama-sama menahan diri. Biarkan Polisi yang menangani. Jangan ambil tindakan yang menimbulkan kerusuhan. Kami menyesalkan karena akhirnya ada yang jadi korban,” ujar Yunus Wonda kepada Cenderawasih Pos, Senin (23/9). 

Baca Juga :  Dorong Pencairan Dana Otsus Tahap Dua

Tak hanya itu, ia juga meminta agar aparat bisa ikut menahan diri dan tidak membuang peluru dengan mudah serta tidak frontal. Sebab pasti ada korban. Ini juga berlaku pada mahasiswa untuk  tidak memaksakan diri. 

 “Saya sangat menyesal apalagi hal serupa juga terjadi di Wamena. Harusnya kita bisa menghargai satu sama lain hingga tanpa harus ada nyawa yang hilang. Jika harta benda itu bisa diganti namun kalau nyawa itu tak bisa diganti. Bagaimana dengan anak istri mereka, bagaimana dengan orang tua mereka,” beber Yunus. 

Ia meminta para pihak melakukan pendekatan yang bijak dan tidak terpancing agar situasi buruk tak terjadi. “Kami turut berduka dari semua korban dan kami prihatin,” ucapnya. 

Disinggung soal aksi Aliansi Mahasiswa Papua yang ingin membuka Posko di Uncen untuk menyikapi sidang umum PBB hari ini (Senin (23/9), Yunus mengaku tidak melihat kejadian ini terlalu jauh ke sana. 

 “Toh setiap tahun sidang PBB ini terus dilakukan dan itu agenda internasional jadi saya tidak mau terlalu mengomentari itu,” jelasnya. 

Di sini Yunus juga menganggap perlu diungkap mengapa dari aksi protes selama ini ada tempat yang tak ada kaitannya justru ikut dibakar. “Ini yang kami juga heran. Apa kaitannya aksi demo dengan membakar kantor MRP. Lalu hari ini membakar kantor bupati. Ini  kasusnya lain yang terbakar lain, sehingga intelejen harus peka. Siapa yang bermain di balik semua ini,” pungkasnya. (gr/ade/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya