Thursday, April 25, 2024
28.7 C
Jayapura

Mandenas Nilai Bebaskan Sandera Kerja yang Sangat Lama dan Tidak efektif

JAYAPURA-Anggota DPR RI Dapil Papua Yan Mandenas mengaku proses TNI-Polri dalam pembebasan sandera asal Selandi Baru itu seakan berjalan di tempat.

“Pembebasan dan negosiasi pembebasan sandra menurut saya ini waktu yang sudah terlalu lama, sehingga ini perlu menjadi catatan dan evaluasi total. Masa aparat kita sekian banyak namun tidak bisa melakukan negosiasi untuk pembebasan sandera yang sudah mau 2 bulan,” papar Mandenas saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos, Kamis (23/3)

Terlebih kata Mandenas, TNI-Polri harusnya bisa menggunakan berbagai macam pendekatan komunikasi agar bisa membebaskan sandera. “Menurut saya, proses pembebasan sandera merupakan kerja yang sangat lama dan tidak efektif,” tegasnya.

Terkait pembebasan Pilot Susi Air tersebut, Mandenas meminta perlunya komunikasi secara internal di TNI-Polri tetapi juga komunity intelejen. Sehingga pekerjaan mereka akan lebih terukur dan hasilnya akan lebih maksimal dan efektif dalam waktu yang tidak terlalu lama sudah bisa menyelesaikan persoalan ini.

Baca Juga :  Kota Jayapura Jadi Pilot Project Program Sarapan Sehat Indonesia Timur

“Jika kasus penyanderaan pilot dibiarkan berlarut larut, ini menunjukan titik lemah kita dalam mengendalikan berbagai macam kegiatan operasi yang dilakukan di Papua,” kata Mandenas.

Ia pun meminta TNI-Polri tidak jalan di tempat dalam kasus penanganan pembebasan penyanderaan pilot. Aparat harus menyelesaikan persoalan ini termasuk masalah penembakan yang masih terus terjadi di wilayah Papua juga teror kepada fasilitas umum, masyarakat, TNI-Polri termasuk teror kepada maskapai penerbangan.

“Yang jelas, dalam proses pembebasan sandera warga sipil tidak boleh dijadikan korban dari  kedua belah pihak yang bertikai yakni TNI-Polri dan KKB,” tegasnya.

Juga tidak boleh sampai terjadinya pengunsian, harusnya kita menjamin keamanan mereka termasuk menjamin mereka (warga sipil-red) hidup dan tinggal di tempat mereka dengan aman.

Baca Juga :  Setelah 49 Hari, Sarmi Kembali Bertambah Kasus

“Pola pengamanan operasi harus terukur dan tepat sasaran, terlebih kita punya kecanggihan teknologi untuk mendeteksi berbagai macam pergerakan dari setiap kelompok teror dan pelaku pelanggaran hukum,” kata Yan.

Diberitakan sebelumnya, KKB Pimpinan Egianus Kogoya membakar dan menyandera pilot Susi Air pada Selasa (7/2) lalu. Imbas dari kejadian tersebut, beberapa warga yang ada di Distrik Nduga melakukan pengunsian akibat operasi yang dilakukan TNI-Polri dalam rangka pembebasan sandera. (fia/wen)

JAYAPURA-Anggota DPR RI Dapil Papua Yan Mandenas mengaku proses TNI-Polri dalam pembebasan sandera asal Selandi Baru itu seakan berjalan di tempat.

“Pembebasan dan negosiasi pembebasan sandra menurut saya ini waktu yang sudah terlalu lama, sehingga ini perlu menjadi catatan dan evaluasi total. Masa aparat kita sekian banyak namun tidak bisa melakukan negosiasi untuk pembebasan sandera yang sudah mau 2 bulan,” papar Mandenas saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos, Kamis (23/3)

Terlebih kata Mandenas, TNI-Polri harusnya bisa menggunakan berbagai macam pendekatan komunikasi agar bisa membebaskan sandera. “Menurut saya, proses pembebasan sandera merupakan kerja yang sangat lama dan tidak efektif,” tegasnya.

Terkait pembebasan Pilot Susi Air tersebut, Mandenas meminta perlunya komunikasi secara internal di TNI-Polri tetapi juga komunity intelejen. Sehingga pekerjaan mereka akan lebih terukur dan hasilnya akan lebih maksimal dan efektif dalam waktu yang tidak terlalu lama sudah bisa menyelesaikan persoalan ini.

Baca Juga :  Kota Jayapura Jadi Pilot Project Program Sarapan Sehat Indonesia Timur

“Jika kasus penyanderaan pilot dibiarkan berlarut larut, ini menunjukan titik lemah kita dalam mengendalikan berbagai macam kegiatan operasi yang dilakukan di Papua,” kata Mandenas.

Ia pun meminta TNI-Polri tidak jalan di tempat dalam kasus penanganan pembebasan penyanderaan pilot. Aparat harus menyelesaikan persoalan ini termasuk masalah penembakan yang masih terus terjadi di wilayah Papua juga teror kepada fasilitas umum, masyarakat, TNI-Polri termasuk teror kepada maskapai penerbangan.

“Yang jelas, dalam proses pembebasan sandera warga sipil tidak boleh dijadikan korban dari  kedua belah pihak yang bertikai yakni TNI-Polri dan KKB,” tegasnya.

Juga tidak boleh sampai terjadinya pengunsian, harusnya kita menjamin keamanan mereka termasuk menjamin mereka (warga sipil-red) hidup dan tinggal di tempat mereka dengan aman.

Baca Juga :  Kota Jayapura Diberi Perhatian Khusus!

“Pola pengamanan operasi harus terukur dan tepat sasaran, terlebih kita punya kecanggihan teknologi untuk mendeteksi berbagai macam pergerakan dari setiap kelompok teror dan pelaku pelanggaran hukum,” kata Yan.

Diberitakan sebelumnya, KKB Pimpinan Egianus Kogoya membakar dan menyandera pilot Susi Air pada Selasa (7/2) lalu. Imbas dari kejadian tersebut, beberapa warga yang ada di Distrik Nduga melakukan pengunsian akibat operasi yang dilakukan TNI-Polri dalam rangka pembebasan sandera. (fia/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya