Saturday, April 20, 2024
24.7 C
Jayapura

Rawan Orang Tenggelam, Polisi Akan Pasang Tanda Merah

George Awi ( FOTO: Gamel/Cepos)

*George Awi: Ada Lokasi yang Sakral dan Perlu  Dihormati

JAYAPURA- Kapolsek Muara Tami, AKP. Jubelina Wally menyebut, adanya kelalain orang tua yang menyebabkan Ilham (12) warga Hamadi Pontong tewas akibat tenggelam usai terseret di muara kali Buaya, Minggu (21/6).

“Menurut kami adanya kelalaian orang tua di sini karena tak bisa mengawasi anaknya, selain itu juga pengunjung di Pantai Holtekamp Minggu kemarin memang sedang membludak,” ucap Jubelina kepada Cenderawasih Pos, Senin (22/6).

Diakuinya, di sekitaran muara Kali Buaya kerap terjadi orang tenggelam. Hal ini dikarenakan arus Kali Buaya yang deras dan berada di antara pertemuan air tawar dan air laut.

Seiring dengan kerap terjadinya orang tenggelam di Pantai Holtekamp, Jubelina berharap wali kota ataupun instansi tertentu perlu merencanakan adanya Polisi Pantai di lokasi keramaian. Hal ini, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

“Dengan begitu kita bisa mengawasi tempat-tempat rekreasi, terutama pada Sabtu dan Minggu. Kehadiran polisi laut untuk memberikan imbauan kepada para pengunjung serta meningkatkan patroli agar hal serupa tidak lagi terjadi,” ucapnya.

Pasca tenggelamnya seorang anak hingga meninggal dunia di lokasi Kali Buaya tepatnya di tempat pertemuan arus. Polsek Muara Tami akan memasang tanda merah sebagai tanda peringatan, agar masyarakat tidak lagi berada di tempat tersebut.

Baca Juga :  Netralitas ASN Faktor Penentu Kualitas Demokrasi

“Dalam waktu dekat kami akan memasang baliho tanda  peringatan untuk mengantisipasi jangan smapai terjadi hal serupa,” ucap Jubelina.

Sementara Kasubag Humas Polresta Jayapura Kota, AKP. Jahja Rumra mengingatkan warga yang ke lokasi rekreasi untuk lebih memperhatikan keluarga mereka. Hal ini agar menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

“Untuk jenazah Ilham sendiri sudah dimakamkan di Abe Pantai, Senin (22/6). Saya harap hal seperti ini tidak terjadi lagi,” pungkasnya. 

Secara terpisah, Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Port Numbay, George Awi mengatakan bahwa dari sejumlah lokasi yang ada di Jayapura, ada titik – titik yang disakralkan. 

Dari titik tersebut sudah sepantasnya untuk tetap dihormati dan tidak bertindak sembrono. Pasalnya jika melakukan tindakan atau perbuatan yang dianggap tidak sopan maka tak heran jika ada yang “ditegur” bahkan menjadi korban. 

 “Tempat – tempat itu ada, hanya kita tidak pernah tahu,” kata George Awi saat ditemui di kediamannya, Senin (22/6). Yang terpenting menurutnya adalah mawas diri dan tidak bertingkah seenaknya. 

George Awi mengaku kaget setelah mendengar informasi terkait ada lima anak yang terseret ombak dimana salah satunya akhirnya tewas di Pantai Holtekam. Selain kelalaian dari orang tua, menurutnya lokasi – lokasi pantai di Jayapura sudah sepatutnya dilengkapi dengan pihak yang bertugas menjaga dan mengamankan lokasi pantai.

Baca Juga :  Perempuan Papua Pertama Jadi Pilot Helikopter

Awi juga menyebut muara di Kali Buaya atau lokasi yang terhubung dengan Pantai Holtekamp ini juga  sakral karena menjadi pintu keluar masuk air. Tak hanya itu, ia menyebut sebuah kali di pinggir dermaga Abesau juga keramat karena ada moyang yang mendiami lokasi tersebut. “Lokasinya di samping gereja, kalinya kecil. Dulunya itu kali utama tapi setelah ada pasar, pemerintah kemudian membuat jalur baru yang langsung terhubung ke muara dermaga Abesau,” bebernya.

 Moyang yang dimaksud adalah jenis buaya. Dimana jika ia merasa terganggu biasanya ia muncul menunjukkan eksistensinya dan ini hanya bisa diketahui oleh  ondoafi. Ia akan menyampaikan protesnya ke ondoafi untuk selanjutnya diperhatikan. “Ada banyak titik dan  tidak semua tahu ini. Ada orang di luar ondoafi yang lebih paham soal ini dan dia yang biasa bercerita,” bebernya. 

Namun Ondoafi Warke ini sepakat jika lokasi – lokasi wisata  dilengkapi dengan papan peringatan dan petugas keamanan pantai.

 “Jadi ini juga jadi kelemahan pemerintah saya lihat.  Menetapkan lokasi A,B, C   sebagai lokasi wisata tapi tak ada yang menjelaskan soal bahaya atau peringatan ini itu. Harusnya ketika akan menetapkan satu lokasi wisata, itu berkomunikasi dengan masyarakat adat agar diberitahu apa yang perlu dijaga dan diwaspadai, bukan dibuka begitu saja dan orang adat tidak dilibatkan,” sindirnya.(fia/ade/nat)

George Awi ( FOTO: Gamel/Cepos)

*George Awi: Ada Lokasi yang Sakral dan Perlu  Dihormati

JAYAPURA- Kapolsek Muara Tami, AKP. Jubelina Wally menyebut, adanya kelalain orang tua yang menyebabkan Ilham (12) warga Hamadi Pontong tewas akibat tenggelam usai terseret di muara kali Buaya, Minggu (21/6).

“Menurut kami adanya kelalaian orang tua di sini karena tak bisa mengawasi anaknya, selain itu juga pengunjung di Pantai Holtekamp Minggu kemarin memang sedang membludak,” ucap Jubelina kepada Cenderawasih Pos, Senin (22/6).

Diakuinya, di sekitaran muara Kali Buaya kerap terjadi orang tenggelam. Hal ini dikarenakan arus Kali Buaya yang deras dan berada di antara pertemuan air tawar dan air laut.

Seiring dengan kerap terjadinya orang tenggelam di Pantai Holtekamp, Jubelina berharap wali kota ataupun instansi tertentu perlu merencanakan adanya Polisi Pantai di lokasi keramaian. Hal ini, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

“Dengan begitu kita bisa mengawasi tempat-tempat rekreasi, terutama pada Sabtu dan Minggu. Kehadiran polisi laut untuk memberikan imbauan kepada para pengunjung serta meningkatkan patroli agar hal serupa tidak lagi terjadi,” ucapnya.

Pasca tenggelamnya seorang anak hingga meninggal dunia di lokasi Kali Buaya tepatnya di tempat pertemuan arus. Polsek Muara Tami akan memasang tanda merah sebagai tanda peringatan, agar masyarakat tidak lagi berada di tempat tersebut.

Baca Juga :  Warga Mulai Terlihat Patuh

“Dalam waktu dekat kami akan memasang baliho tanda  peringatan untuk mengantisipasi jangan smapai terjadi hal serupa,” ucap Jubelina.

Sementara Kasubag Humas Polresta Jayapura Kota, AKP. Jahja Rumra mengingatkan warga yang ke lokasi rekreasi untuk lebih memperhatikan keluarga mereka. Hal ini agar menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

“Untuk jenazah Ilham sendiri sudah dimakamkan di Abe Pantai, Senin (22/6). Saya harap hal seperti ini tidak terjadi lagi,” pungkasnya. 

Secara terpisah, Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Port Numbay, George Awi mengatakan bahwa dari sejumlah lokasi yang ada di Jayapura, ada titik – titik yang disakralkan. 

Dari titik tersebut sudah sepantasnya untuk tetap dihormati dan tidak bertindak sembrono. Pasalnya jika melakukan tindakan atau perbuatan yang dianggap tidak sopan maka tak heran jika ada yang “ditegur” bahkan menjadi korban. 

 “Tempat – tempat itu ada, hanya kita tidak pernah tahu,” kata George Awi saat ditemui di kediamannya, Senin (22/6). Yang terpenting menurutnya adalah mawas diri dan tidak bertingkah seenaknya. 

George Awi mengaku kaget setelah mendengar informasi terkait ada lima anak yang terseret ombak dimana salah satunya akhirnya tewas di Pantai Holtekam. Selain kelalaian dari orang tua, menurutnya lokasi – lokasi pantai di Jayapura sudah sepatutnya dilengkapi dengan pihak yang bertugas menjaga dan mengamankan lokasi pantai.

Baca Juga :  Netralitas ASN Faktor Penentu Kualitas Demokrasi

Awi juga menyebut muara di Kali Buaya atau lokasi yang terhubung dengan Pantai Holtekamp ini juga  sakral karena menjadi pintu keluar masuk air. Tak hanya itu, ia menyebut sebuah kali di pinggir dermaga Abesau juga keramat karena ada moyang yang mendiami lokasi tersebut. “Lokasinya di samping gereja, kalinya kecil. Dulunya itu kali utama tapi setelah ada pasar, pemerintah kemudian membuat jalur baru yang langsung terhubung ke muara dermaga Abesau,” bebernya.

 Moyang yang dimaksud adalah jenis buaya. Dimana jika ia merasa terganggu biasanya ia muncul menunjukkan eksistensinya dan ini hanya bisa diketahui oleh  ondoafi. Ia akan menyampaikan protesnya ke ondoafi untuk selanjutnya diperhatikan. “Ada banyak titik dan  tidak semua tahu ini. Ada orang di luar ondoafi yang lebih paham soal ini dan dia yang biasa bercerita,” bebernya. 

Namun Ondoafi Warke ini sepakat jika lokasi – lokasi wisata  dilengkapi dengan papan peringatan dan petugas keamanan pantai.

 “Jadi ini juga jadi kelemahan pemerintah saya lihat.  Menetapkan lokasi A,B, C   sebagai lokasi wisata tapi tak ada yang menjelaskan soal bahaya atau peringatan ini itu. Harusnya ketika akan menetapkan satu lokasi wisata, itu berkomunikasi dengan masyarakat adat agar diberitahu apa yang perlu dijaga dan diwaspadai, bukan dibuka begitu saja dan orang adat tidak dilibatkan,” sindirnya.(fia/ade/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya