Monday, April 28, 2025
29.7 C
Jayapura

Budaya Patriarki Kerap Merendahkan Perempuan

   Sambungnya, berbicara kualitas pendidikan dalam konteks perempuan di masa sekarang dibanding dulu. Maka salah satu faktornya adalah sistem pendidikan yang membingungkan anak-anak, terlalu banyak perubahan yang terjadi.

   Dalam catatan Usilina, sejak 20 tahun terakhir, kita sudah enam kali mengalami perubahan kurikulum. Ini kemudian membingungkan anak-anak dan guru yang tidak selalu siap untuk menyesuaikan diri dengan perubahan kurikulum tersebut.

   Akibatnya, anak-anak dipaksa untuk mengikuti kurikulum yang ditetapkan. Selain itu, akses digital bisa membuat mereka belajar atas apa yang mereka ingin ketahui.

   Secara terpisah, Kepala Dinas Kominfo Papua, Jeri Agus Yudianto mengatakan makna Hari Kartini bagi kita di Papua adalah merupakan simbol perjuangan perempuan atau kesetaraan gender.

Baca Juga :  Mantan Kadis PU Papua Ditahan KPK

  “Ini pun juga secara konkret terwadahi di beberapa bidang kerja, baik itu di eksekutif, legeslatif maupun lembaga lainnya. Adanya kuota wajib bagi perempuan juga mengandung makna pendidikan tanpa batasan untuk semua lapisan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia,” ungkapnya.

   “Kartini adalah simbol agen perubahan, harapannya perempuan perempuan Papua muncul sebagai agen perubahan dalam segala bidang pada saat ini atau masa yang akan datang,” sambungnya.

  Kata Jeri, Pemprov dalam peringatan Hari Kartini guna mengenang perjuangan RA Kartini menerbitkan Instruksi Gubernur Nomor : 01/Instruksi Gub/2025 tanggal 11 April 2025,  kepada semua Forkopimda, pimpinan pemerintahan/non pemerintahan serta BUMN/BUMD  untuk mengenakan baju adat pada 22 April 2025. (fia/tri)

Baca Juga :  Moment 1 Desember Dirayakan Belasan Napi dari Dalam Lapas

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

   Sambungnya, berbicara kualitas pendidikan dalam konteks perempuan di masa sekarang dibanding dulu. Maka salah satu faktornya adalah sistem pendidikan yang membingungkan anak-anak, terlalu banyak perubahan yang terjadi.

   Dalam catatan Usilina, sejak 20 tahun terakhir, kita sudah enam kali mengalami perubahan kurikulum. Ini kemudian membingungkan anak-anak dan guru yang tidak selalu siap untuk menyesuaikan diri dengan perubahan kurikulum tersebut.

   Akibatnya, anak-anak dipaksa untuk mengikuti kurikulum yang ditetapkan. Selain itu, akses digital bisa membuat mereka belajar atas apa yang mereka ingin ketahui.

   Secara terpisah, Kepala Dinas Kominfo Papua, Jeri Agus Yudianto mengatakan makna Hari Kartini bagi kita di Papua adalah merupakan simbol perjuangan perempuan atau kesetaraan gender.

Baca Juga :  Penikmat Dana Korupsi Covid-19, Dimungkinkan Jadi Tersangka

  “Ini pun juga secara konkret terwadahi di beberapa bidang kerja, baik itu di eksekutif, legeslatif maupun lembaga lainnya. Adanya kuota wajib bagi perempuan juga mengandung makna pendidikan tanpa batasan untuk semua lapisan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia,” ungkapnya.

   “Kartini adalah simbol agen perubahan, harapannya perempuan perempuan Papua muncul sebagai agen perubahan dalam segala bidang pada saat ini atau masa yang akan datang,” sambungnya.

  Kata Jeri, Pemprov dalam peringatan Hari Kartini guna mengenang perjuangan RA Kartini menerbitkan Instruksi Gubernur Nomor : 01/Instruksi Gub/2025 tanggal 11 April 2025,  kepada semua Forkopimda, pimpinan pemerintahan/non pemerintahan serta BUMN/BUMD  untuk mengenakan baju adat pada 22 April 2025. (fia/tri)

Baca Juga :  Permintaan Jajanan Tradisional dan Kue Kering Meningkat Jelang Lebaran

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Berita Terbaru

Artikel Lainnya