Saturday, April 27, 2024
28.7 C
Jayapura

Pengungsi Nduga Alami Kekurangan Gizi

Wilson Nirigi seorang balita yang sakit akibat kekurangan gizi, Rabu (20/9) lalu. istimewa

JAYAPURA – Diduga ditemukan kasus Malnutrisi di Kampung Sekom, Dsitrik Muliama, Kabupaten Jayawijaya. Dimana pasiennya adalah ibu (Kiralina Gwijangge) dan anak (Wilson Nirigi, 2 tahun) yang merupakan pengunsi asal Kabupaten Nduga yang tinggal di kampung tersebut sejak tahun 2018 silam.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Papua Komisi V, Namantus Gwijangge menyebut, kasus Malnutrisi tersebut sudah lama. Hanya saja, pasiennya baru diketahui pada Rabu (20/9).

“Informasi yang saya terima dari masyarakat, sebelumnya ada kejadian yang sama dan orangnya meninggal dunia. Kasus ibu dan anak ini baru diketahui setelah dari pihak Puskesmas melakukan penanganan medis,” terang Namantus saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos, Kamis (21/9).

Menurut Namantus, kasus Malnutrisi yang menimpa ibu dan anak ini dimana mereka tinggal di honai dan selama ini sebatas diantarkan makanan. Sementara suami yang bersangkutan berada di Kabupaten Nduga.

Baca Juga :  PJ Bupati  Mulai Persiapkan  Proses PAW Ketua dan 5 Anggota DPRD Jayawijaya

“Harusnya petugas kesehatan dari Kabupaten Nduga maksimal melakukan pelayanan di wilayah dimana ada masyarakat mereka. Terutama warga yang berada di lokasi pengungsian, bukan hanya Dinas Kesehatan Kabupaten Nduga, namun Dinas Kesehatan Provinsi Papua Pegunungan juga harus turun tangan jangan diam. Karena ini menyangkut kemanusiaan,” pintanya.

Untuk pasien tersebut kata Namantus, sudah mendapatkan penanganan medis dari Puskemas Nduga. Hanya saja, dari informasi yang didapatnya. Pihak keluarga tidak setuju jika pasien tersebut di bawa ke rumah sakit.

“Selama ini mereka berobat menggunakan obat alam, hanya saja kondisi kesehatannya tidak ada perubahan dan makin buruk,” terangnya.

Membawahi Dapil Nduga, Namantus mengaku jika dirinya sudah melakukan koordinasi dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nduga. Selanjutnya, Kepala Dinas sudah perintahkan bawahannya untuk segera menjemput pasien tersebut kemudian dirujuk ke RSUD Wamena.

Dikatakan Namantus, sejak tahun 2018 hingga sekarang. 11 Distrik di Kabupaten Nduga masih mengungsi di beberapa daerah diantaranya Kabupaten Lanny Jaya, Jayawijaya dan Kota Kenyam. Dengan jumlah mereka ribuan.

Baca Juga :  Bandara Sentani-Jayapura Buka Posko Natal  dan Tahun Baru 2024

“Di lokasi pengungsian, banyak diantara mereka yang meninggal dunia akibat sakit, gizi buruk dan kelaparan. Terdiri dari anak anak dan Lansia,” terangnya.

Menurut Namantus, agar tak banyak kasus kematian di lokasi pengungsian. Diperlukan komitmen semua pihak untuk melakukan pengembalian terhadap warga Nduga yang saat ini mengungsi di beberapa wilayah.

“Sejak tahun 2018 higga saat ini, banyak pengungsi Nduga yang meninggal dunia di lokasi pengungsian. Sehingga itu, semua pihak harus melakukan kesepakatan dan berpikir cara mengembalikan warga yang mengungsi. Jangan biarkan mereka ini di ambang ketidakpastian,” ungkapnya.

Selain itu, Namantus juga meminta pemerintah tak boleh egois atau melepas tangan dalam penanganan pengungsi.

“Jangan sampai akibat keegoisan pemerintah menyebabkan warga Papua meninggal dunia di lokasi pengungsian,” tegasnya. (fia/wen)

Wilson Nirigi seorang balita yang sakit akibat kekurangan gizi, Rabu (20/9) lalu. istimewa

JAYAPURA – Diduga ditemukan kasus Malnutrisi di Kampung Sekom, Dsitrik Muliama, Kabupaten Jayawijaya. Dimana pasiennya adalah ibu (Kiralina Gwijangge) dan anak (Wilson Nirigi, 2 tahun) yang merupakan pengunsi asal Kabupaten Nduga yang tinggal di kampung tersebut sejak tahun 2018 silam.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Papua Komisi V, Namantus Gwijangge menyebut, kasus Malnutrisi tersebut sudah lama. Hanya saja, pasiennya baru diketahui pada Rabu (20/9).

“Informasi yang saya terima dari masyarakat, sebelumnya ada kejadian yang sama dan orangnya meninggal dunia. Kasus ibu dan anak ini baru diketahui setelah dari pihak Puskesmas melakukan penanganan medis,” terang Namantus saat dikonfirmasi Cenderawasih Pos, Kamis (21/9).

Menurut Namantus, kasus Malnutrisi yang menimpa ibu dan anak ini dimana mereka tinggal di honai dan selama ini sebatas diantarkan makanan. Sementara suami yang bersangkutan berada di Kabupaten Nduga.

Baca Juga :  Ditembak Tentara PNG, Nelayan Indonesia Tewas

“Harusnya petugas kesehatan dari Kabupaten Nduga maksimal melakukan pelayanan di wilayah dimana ada masyarakat mereka. Terutama warga yang berada di lokasi pengungsian, bukan hanya Dinas Kesehatan Kabupaten Nduga, namun Dinas Kesehatan Provinsi Papua Pegunungan juga harus turun tangan jangan diam. Karena ini menyangkut kemanusiaan,” pintanya.

Untuk pasien tersebut kata Namantus, sudah mendapatkan penanganan medis dari Puskemas Nduga. Hanya saja, dari informasi yang didapatnya. Pihak keluarga tidak setuju jika pasien tersebut di bawa ke rumah sakit.

“Selama ini mereka berobat menggunakan obat alam, hanya saja kondisi kesehatannya tidak ada perubahan dan makin buruk,” terangnya.

Membawahi Dapil Nduga, Namantus mengaku jika dirinya sudah melakukan koordinasi dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Nduga. Selanjutnya, Kepala Dinas sudah perintahkan bawahannya untuk segera menjemput pasien tersebut kemudian dirujuk ke RSUD Wamena.

Dikatakan Namantus, sejak tahun 2018 hingga sekarang. 11 Distrik di Kabupaten Nduga masih mengungsi di beberapa daerah diantaranya Kabupaten Lanny Jaya, Jayawijaya dan Kota Kenyam. Dengan jumlah mereka ribuan.

Baca Juga :  Wagub Apresiasi Pengabdian Hery Dosinaen

“Di lokasi pengungsian, banyak diantara mereka yang meninggal dunia akibat sakit, gizi buruk dan kelaparan. Terdiri dari anak anak dan Lansia,” terangnya.

Menurut Namantus, agar tak banyak kasus kematian di lokasi pengungsian. Diperlukan komitmen semua pihak untuk melakukan pengembalian terhadap warga Nduga yang saat ini mengungsi di beberapa wilayah.

“Sejak tahun 2018 higga saat ini, banyak pengungsi Nduga yang meninggal dunia di lokasi pengungsian. Sehingga itu, semua pihak harus melakukan kesepakatan dan berpikir cara mengembalikan warga yang mengungsi. Jangan biarkan mereka ini di ambang ketidakpastian,” ungkapnya.

Selain itu, Namantus juga meminta pemerintah tak boleh egois atau melepas tangan dalam penanganan pengungsi.

“Jangan sampai akibat keegoisan pemerintah menyebabkan warga Papua meninggal dunia di lokasi pengungsian,” tegasnya. (fia/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya