“Inilah bentuk added value yang nembedakan dukungan ini dari program reguler karena tidak hanya fokus pada penyediaan makanan bergizi, tetapi juga pada peningkatan kualitas sarana, SDM dan manajemen pelaksanaan program,” ungkapnya.
Sementara itu, Plh Kepala Unicef Perwakilan Papua – Papua Barat, Pria Santri Beringin menyampaika, permasalahan gizi di Indonesia, khususnya di wilayah timur seperti Papua, masih menjadi tantangan besar dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 menunjukkan prevalensi stunting di Papua berada pada angka 24.7%, di atas rata-rata nasional, sementara prevalensi wasting mencapai 10.6%. “Angka ini menandakan bahwa satu dari tiga anak balita di Papua mengalami stunting, dan satu dari sembilan anak mengalami wasting,” ungkap Santri.
Ia menerangkan, masalah gizi dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap pangan bergizi, pola makan yang didominasi sumber karbohidrat sederhana, serta terbatasnya konsumsi protein hewani, buah, dan sayur.
Di sisi lain, rendahnya pengetahuan gizi di masyarakat dan minimnya edukasi gizi di sekolah semakin memperburuk situasi. Sebagai salah satu strategi intervensi gizi spesifik, Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dirancang untuk memastikan kelompok rentan terutama anak balita, dan ibu hamil mendapatkan asupan gizi yang memadai.