Friday, March 29, 2024
26.7 C
Jayapura

Banyak Bahasa Daerah di Papua Telah Punah

Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP, MH., saat mengikuti Seminar Sehari Kamus Bahasa Lani – Indonesia di Hotel Aston Jayapura, Sabtu (20/4).( FOTO : Gratianus Silas/Cepos)

GUBERNUR: Saya bersyukur masih terdapat anak-anak daerah di Papua yang memiliki niat kuat untuk melestarikan bahasa daerahnya. 

JAYAPURA- Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP, MH., mengakui bahwa dari beragam suku di tanah Papua, mulai dari wilayah adat Mamta, Lapago, Meepago, Animha, Saireri, Domberai, hingga Bomberai, terdapat pula banyak bahasa daerah.

Namun sayangnya, menurut Gubernur Enembe banyak bahasa daerah yang sudah jarang digunakan hingga akhirnya punah. 

 “Tentunya dari beragam suku di tanah Papua, mulai dari wilayah adat Mamta, Lapago, Meepago, Animha, Saireri, Domberai, hingga Bomberai, kita punya banyak bahasa daerah. Kalau kita ikuti, seharusnya banyak bahasa daerah untuk komunikasi. Namun, kemudian terlihat pula bahwa banyak pula bahasa daerah yang tidak sering digunakan,” ungkap Gubernur Enembe saat membuka Seminar Sehari Kamus Bahasa Lani – Indonesia di Hotel Aston Jayapura, Sabtu (20/4). 

 “Kita merasa sedih karena banyak bahasa yang hilang, termasuk bahasa daerah kita. Padahal, kita dikenal kaya akan suku, budaya, dan bahasa, namun nyatanya, diketahui bahwa sudah terdapat beberapa bahasa daerah kita yang punah,” sambungnya.

Dengan kondisi memprihatikan terkait keberlangsungan bahasa daerah inilah, Gubernur Enembe bersyukur terdapat anak-anak daerah yang memiliki niat yang kuat untuk melestarikan bahasa daerah. Salah satunya dengan dibuatnya kamus Bahasa Lani – Indonesia.

Baca Juga :  Negara Harus Beri Keadilan Kepada Korban!

“Saya apresiasi karena kita punya kesempatan untuk membahas Kamus Bahasa Lani – Indonesia di sini. Kita pun merasa bersyukur dan bangga bahwa terdapat anak-anak daerah kita yang punya niat kuat untuk lestarikan bahasa daerah kita. Ini baik adanya sebab bahasa itu menunjukkan identitas kita, sekaligus pula dapat menyatukan kita,” tegasnya.

Hanya saja, menurut Gubernur Enembe, kamus Bahasa Lani – Indoneisa yang dibuat itu belum sepenuhnya sempurna. Untuk itu, perlu diberi masukan kepada para penyusun untuk melengkapi kamus tersebut, yang mana nantinya akan resmi dicetak dan disebarluaskan.

“Kamus ini perlu disempurnakan lagi tata bahasanya, maupun makna-makna kata. Termasuk juga nama-nama hewan dan tumbuhan yang belum termasuk di dalamnya, sehingga perlu disempurkan agar kamus inipun dapat bermanfaat bagi orang banyak,” jelasnya.

Dikatakan, setelah disempurnakan barulah di waktu yang akan datang dibahas lagi dalam seminar. “Nanti kita akan atur waktu untuk ini dibicarakan dan diseminarkan. Juga, ini tidak bisa pembahasannya hanya berlangsung satu hari, melainkan butuh waktu 2 -3 hari hingga satu minggu merumuskan bahasa-bahasa daerah ini, termasuk di antaranya logat/aksen,” tambahnya.

Baca Juga :  Dua Balita Meninggal di Lokasi Pengungsian

Sementara itu, Penulis Kamus Bahasa Lani – Indonesia, Mis Kogoya, ST.,  dalam bukunya menyebutkan bahwa dirinya ingin generasi penerus suku Lani ke depannya tidak kehilangan identitasnya. 

“Orang lain merasa bahasa daerah (bahasa Lani) tidak penting atau bahasa yang kuno. Namun, bagi saya itu kekuatan tersendiri. Saya tidak akan pernah lupa bangsaku, bahasaku, budayaku, dan adat istiadatku. Sebab, itulah identitas saya yang sebenarnya,” tulis Mis Kogoya, di dalam bukunya.

Mis Kogoya sendiri mengaku bahwa ketika menggunakan Bahasa Lani, dirinya merasa puas. Terlebih saat berkomunikasi dengan sesama orang suku Lani. Sebab, bahasa Lani merupakan bahasa ibu suku Lani, sehingga bisa lebih menyatukan, mendekatkan, dan memperkuat identitas sebagai orang suku Lani.

“Mari, mulai dari sekarang kita selamatkan kembali semua jati diri kita yang telah punah atau hilang akibat pengaruh budaya global yang mempengaruhi kehidupan sosial kita,” pungkasnya. (gr/nat)

Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP, MH., saat mengikuti Seminar Sehari Kamus Bahasa Lani – Indonesia di Hotel Aston Jayapura, Sabtu (20/4).( FOTO : Gratianus Silas/Cepos)

GUBERNUR: Saya bersyukur masih terdapat anak-anak daerah di Papua yang memiliki niat kuat untuk melestarikan bahasa daerahnya. 

JAYAPURA- Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP, MH., mengakui bahwa dari beragam suku di tanah Papua, mulai dari wilayah adat Mamta, Lapago, Meepago, Animha, Saireri, Domberai, hingga Bomberai, terdapat pula banyak bahasa daerah.

Namun sayangnya, menurut Gubernur Enembe banyak bahasa daerah yang sudah jarang digunakan hingga akhirnya punah. 

 “Tentunya dari beragam suku di tanah Papua, mulai dari wilayah adat Mamta, Lapago, Meepago, Animha, Saireri, Domberai, hingga Bomberai, kita punya banyak bahasa daerah. Kalau kita ikuti, seharusnya banyak bahasa daerah untuk komunikasi. Namun, kemudian terlihat pula bahwa banyak pula bahasa daerah yang tidak sering digunakan,” ungkap Gubernur Enembe saat membuka Seminar Sehari Kamus Bahasa Lani – Indonesia di Hotel Aston Jayapura, Sabtu (20/4). 

 “Kita merasa sedih karena banyak bahasa yang hilang, termasuk bahasa daerah kita. Padahal, kita dikenal kaya akan suku, budaya, dan bahasa, namun nyatanya, diketahui bahwa sudah terdapat beberapa bahasa daerah kita yang punah,” sambungnya.

Dengan kondisi memprihatikan terkait keberlangsungan bahasa daerah inilah, Gubernur Enembe bersyukur terdapat anak-anak daerah yang memiliki niat yang kuat untuk melestarikan bahasa daerah. Salah satunya dengan dibuatnya kamus Bahasa Lani – Indonesia.

Baca Juga :  PN Jayapura Eksekusi Hotel Mutiara

“Saya apresiasi karena kita punya kesempatan untuk membahas Kamus Bahasa Lani – Indonesia di sini. Kita pun merasa bersyukur dan bangga bahwa terdapat anak-anak daerah kita yang punya niat kuat untuk lestarikan bahasa daerah kita. Ini baik adanya sebab bahasa itu menunjukkan identitas kita, sekaligus pula dapat menyatukan kita,” tegasnya.

Hanya saja, menurut Gubernur Enembe, kamus Bahasa Lani – Indoneisa yang dibuat itu belum sepenuhnya sempurna. Untuk itu, perlu diberi masukan kepada para penyusun untuk melengkapi kamus tersebut, yang mana nantinya akan resmi dicetak dan disebarluaskan.

“Kamus ini perlu disempurnakan lagi tata bahasanya, maupun makna-makna kata. Termasuk juga nama-nama hewan dan tumbuhan yang belum termasuk di dalamnya, sehingga perlu disempurkan agar kamus inipun dapat bermanfaat bagi orang banyak,” jelasnya.

Dikatakan, setelah disempurnakan barulah di waktu yang akan datang dibahas lagi dalam seminar. “Nanti kita akan atur waktu untuk ini dibicarakan dan diseminarkan. Juga, ini tidak bisa pembahasannya hanya berlangsung satu hari, melainkan butuh waktu 2 -3 hari hingga satu minggu merumuskan bahasa-bahasa daerah ini, termasuk di antaranya logat/aksen,” tambahnya.

Baca Juga :  Negara Harus Beri Keadilan Kepada Korban!

Sementara itu, Penulis Kamus Bahasa Lani – Indonesia, Mis Kogoya, ST.,  dalam bukunya menyebutkan bahwa dirinya ingin generasi penerus suku Lani ke depannya tidak kehilangan identitasnya. 

“Orang lain merasa bahasa daerah (bahasa Lani) tidak penting atau bahasa yang kuno. Namun, bagi saya itu kekuatan tersendiri. Saya tidak akan pernah lupa bangsaku, bahasaku, budayaku, dan adat istiadatku. Sebab, itulah identitas saya yang sebenarnya,” tulis Mis Kogoya, di dalam bukunya.

Mis Kogoya sendiri mengaku bahwa ketika menggunakan Bahasa Lani, dirinya merasa puas. Terlebih saat berkomunikasi dengan sesama orang suku Lani. Sebab, bahasa Lani merupakan bahasa ibu suku Lani, sehingga bisa lebih menyatukan, mendekatkan, dan memperkuat identitas sebagai orang suku Lani.

“Mari, mulai dari sekarang kita selamatkan kembali semua jati diri kita yang telah punah atau hilang akibat pengaruh budaya global yang mempengaruhi kehidupan sosial kita,” pungkasnya. (gr/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya