JAYAPURA-Dalam rangka mendukung program pertumbuhan ekonomi hijau di Provinsi Papua, khususnya di Kabupaten Keerom, kerja sama Pemerintah Kerajaan Inggris dan Pemerintah Republik Indonesia dibawah koordinasi Kementerian Desa PDTT RI menetapkan Kabupaten Keerom sebagai salah satu tempat komoditas kakao unggul.
Upaya ini merupakan program dari Green Economy Growth (GEG) dari Inggris sejak tahun 2018 silam yang diperuntukan bagi Papua dan Papua Barat.
Program ini ditandai dengan penyerahan bibit kakao secara simbolis yang dilakukan di Kampung Skanto, Distrik Skanto, Kabupaten Keerom, Minggu (20/3) kemarin.
Selain Kampung Skanto, Kampung Jaifuri, Naramben, Wulukubun, Wiantre, Intaimelyan, Traimelyan dan Gudang Garam juga akan menjadi wilayah penerapan program tersebut.
Direktur Penyerasian Pembangunan Daerah Khusus Kemendes PDTT RI, Dwi Rudi Hartoyo mengatakan bahwa ini adalah program Green Economy Growth (GEG) dalam rangka menciptakan ekonomi hijau di kampung.
“Keerom ini baru pertama kali, dan tahun ini program untuk Kabupaten Keerom adalah dalam bentuk batuan kakao. Bantuan ini diharapkan menjadi semacam komoditas unggulan yang bisa diciptakan oleh daerah dan utamanya nanti dalam pergerakan ekonomi di daerah Keerom,” ungkap Rudi Hartoyo.
“Green Economy Growth ini adalah program kerjasama antara pemerintah Inggris melalui UK Climate Change Unit (UKCCU) dan pemerintah Indonesia yang diteruskan kepada Kemendes, jadi UKCCU kerja sama antara Kemendes untuk menjalankan Green Economy Growth Papua-Papua Barat. Dan lokasi kegiatan ini tidak keluar dari Papua dan Papua Barat,” sambungnya.
Menurut Rudi Hartoyo, tidak hanya memberikan bibit kakao unggulan, namun juga akan terus memberikan pendampingan secara bertahap, bahkan hingga sampai pada tahap pemasaran. “Harapannya kegiatan ini bisa berjalan lancar, dan kami akan terus monitoring program ini,” ujarnya.
Sementara itu, Bupati Keerom, Piter Gusbager, S.Hut., MUP., memberikan apresiasi kepada Kemendes PDTT yang sudah menunjuk Kabupaten Keerom sebagai salah satu daerah penerapan program Green Economy Growth.
Bupati Piter Gusbager menyebutkan bahwa penunjukan Keerom tidak lepas dari kunjungan Menteri Desa PDTT ke Kabupaten Keerom di sela-sela perhelatan PON XX 2021 silam.
Orang nomor satu di Kabupaten Keerom itu berharap, program Green Economy Growth melalui komoditas kakao bisa kembali menghidupkan kakao di Kabupaten Keerom. Sebab menurutnya, kakao bukanlah barang baru bagi para petani di Keerom.
“Sejarah kakao di Keerom panjang ceritanya, sampai hari ini kakao sedikit lesu karena ada hama yang membuat buah menjadi batu dan itu yang membuat komoditi kakao di Keerom sedikit menurun. Tapi bukan berarti kita lalu putus asa. Kita akan mensiasati dengan program ini, kakao adalah harapan masa depan, kakao telah memberikan kita penghasilan selama ini,” tuturnya.
“Dan bibit ini sedikit lebih kuat terhadap hama, dan tugas kita untuk menyiapkan lahan. Ini juga tugas instansi teknis, para penyuluh dan para relawan kakao. Tugas mereka harus memastikan kakao yang dibagi hari ini tidak mengalami gangguan hama. Kalau itu bisa dilakukan kita keluar dari masalah hama,” sambungnya.
Selain itu, untuk menjadikan kakao sebagai komoditas, Bupati Piter Gusbager juga menuturkan bahwa para petani nantinya harus diberdayakan, dimampukan dalam pengetahuan dalam buah kakao.
“Tugas kita pemerintah daerah bagaimana berkolaborasi mendampingi program ini. Kita berharap kakao tidak mati dan komoditas lain tidak mati, berjalan beriringan jadi kita tidak satu komoditas saja. Harta orang keerom itu lahan. Kelola lahan itu untuk kemakmuran kita,” katanya.
“Mungkin hari ini Kakao, mungkin tahun depan ada program lain. dan jangan hanya menanam, tapi dirawat, dan penyuluh harus mendampingi masyarakat, kita akan berikan SK Bupati bagi penyuluh terbaik untuk mendampingi program ini. Dan kampung yang ditetapkan harus mendukung program ini dan semoga ini tidak hanya formalitas tapi memberikan hasil bagi masyarakat. Kita juga akan memberikan pendampingan dan pelatihan bagi petani kakao dan mesin pasca olahan termasuk pengering biji kakao,” pungkasnya. (eri/nat)