Thursday, March 28, 2024
27.7 C
Jayapura

Masyarakat Dogobak dan Bokondini Sepakat Berdamai

Perwakilan masyarakat Bokondini saat menyerahkan uang yang dikumpul kepada perwakilan masyarakat Dogobak, disaksikan Bupati Kabupaten Mamberamo Tengah, Ricky Ham Pagawak, SH., M.Si., Wabup Yonas Kenelak,S.Sos dan  Kapolres Tolikara, AKBP. Leonard di halaman Mapolres Mamteng, Rabu (21/8) lalu.  ( FOTO : Humas Pemkab Mamteng for Cepos)

KOBAKMA-Masyarakat Dogobak Kabupaten Mamberamo Tengah dan Bokondini Kabupaten Tolikara yang terlibat bentrok jelang pelaksanaan konferennsi GIDI di perbatasan 16 November 2018 lalu hingga menyebabkan korban jiwa, akhirnya sepakat berdamai.

Proses perdamaian antara kedua kelompok masyarakat yang bertikai tersebut dilaksanakan di kantor Mapolres Mamberamo Tengah di Kobakma, Kabupaten Mamberamo Tengah, Rabu (21/8) lalu. 

Perdamaian itu sendiri difasilitasi Polres Mamberamo tengah, Polres Tolikara dan pihak gereja GIDI Wilayah Bogo.

Selain dihadiri masyarakat Dogobak dan Bokondini, hadir dalam perdamaian itu, Bupati Mamberamo Tengah, Ricky Ham Pagawak, SH., M.Si., Wakil Bupati Yonas Kenelak, Ketua DPRD Berius Kogoya, Forkopimda dan para gembala GIDI dari wilayah Bogo, maupun panitia konferensi.

Proses perdamaian kedua kubu dipandu langsung Wakapolres  Mamberamo Tengah, Kompol Kores Waisimon dan Kapolres Tolikara, AKBP. Leonard.

Setelah melalui proses dialog dalam suasana kekeluargaan, akhirnya kedua kelompok masyarakat itu sepakat untuk berdamai. Mereka sepakat untuk menyerahkan sepenuhnya masalah ini kepada Tuhan dan tidak menuntut pembayaran uang kepala layaknya perdamaian yang biasa dilakukan di Pegunungan Tengah Papua. 

Sebagai tanda perdamaian, dilakukan pengumpulan uang dari masing-masing kubu dan seluruh orang yang hadir maupun penyerahan babi dan pemberian uang transport dari bupati. Setelah uang terkumpul, dilakukan pertukaran dari kubu Bokondi kepada pihak Dogobak yang diterima perwakilan masing-masing.

Baca Juga :  Tak Ada Penambahan Personel Jelang Pleno Terakhir

Bupati Mamberamo Tengah, Ricky Ham Pagawak mengatakan kebiasaan orang Lani yang perang itu tidak bisa diselesaikan dalam sekejap. Namun karena Injil ada di sini dan menerangi pegunungan, khususnya di Wilayah Bogo, maka Injil memberikan terang sehingga perdamainan bisa terjadi.

Bupati Ham Pagawak memberikan apresiasi kepada masyarakat Tolikara dan Mamberamo Tengah yang mempunyai hati sehingga masalah yang memakan waktu delapan bulan dapat diselesaikan. Tanpa ada pembayaran kepala seperti kebiasaan di daerah Pegunungan Tengah.

“Kami juga berterima kasih kepada pihak kepolisian dari Polres Tolikara yang hampir tiga malam berada di Kobakma untuk membantu menyelesaikan masalah ini maupun sudah menjaga dan mengamankan menjelang konferensi maupun hingga konferensi selesai,” ujarnya.

Menurutnya, kedua kubu sudah sepakat bahwa ketiga korban ini diserahkan kepada Tuhan. Maka masyarakat harus membuktikan bahwa harus saling merangkul kembali dan saling melayani. Sebab ini hubungan kekerabatan antara anak dan om.

“Jangan kita bilang sudah serahkan pada Tuhan, tetapi tidak melaksanakannya. Sebagaimana yang masyarakat laksanakan dengan menjalin kembali hubungan yang sudah tidak berjalan selama delapan bulan,”katanya. 

Baca Juga :  Negara Gagal Memastikan Perlindungan Terhadap Hak Hidup OAP

“Dengan perdamaian ini, maka masyarakat baik Bokondini maupun Dogobak bisa berjalan bebas, beraktivitas seperti biasanya tanpa rasa takut,” tambahnya.

Kapolres Tolikara AKBP Leonard mengakui dengan perdamaian yang sudah dilaksanakan kedua kelompok masyarakat ini, maka masyarakat akan kembali hidup berdampingan.

“Mereka sudah sepakat berdamai, maka masyarakat, baik Bokondini dan Dogobak bisa kembali beraktivitas seperti berkebun tanpa ada rasa takut,polisi juga siap mendampingi masyarakat,” katanya.

Dia berharap, perdamaian yang sudah dilaksanakan, hendaknya terus dijaga, termasuk keamanan di tempat masing-masing.”Masyarakat harus jalin hubungan dengan baik, setiap ada persoalan, hendaknya diserahkan kepada pihak kepolisian, sehingga kami akan menyelesaikannya,” imbuhnya.

Bahkan menurutnya, masyarakat baik dari Bokondini maupun Dogobak, sudah bisa saling mengunjugi tanpa rasa was-was, seperti yang dilakukan sebelum terjadi  peristiwa tersebut

Di tempat yang sama Ketua Wilayah Bogo Pdt. Gad Yikwa mengatakan, perdamaian yang terjadi antara masyarakat Dogobak dan Bokondini tidak lepas dari campur tangan Tuhan.”Selama delapan bulan, kami bergumul pada Tuhan, dan akhirnya Tuhan jawab dengan terwujudnya perdamain pada hari ini,” ucapnya.(Humas/reis/nat)

Perwakilan masyarakat Bokondini saat menyerahkan uang yang dikumpul kepada perwakilan masyarakat Dogobak, disaksikan Bupati Kabupaten Mamberamo Tengah, Ricky Ham Pagawak, SH., M.Si., Wabup Yonas Kenelak,S.Sos dan  Kapolres Tolikara, AKBP. Leonard di halaman Mapolres Mamteng, Rabu (21/8) lalu.  ( FOTO : Humas Pemkab Mamteng for Cepos)

KOBAKMA-Masyarakat Dogobak Kabupaten Mamberamo Tengah dan Bokondini Kabupaten Tolikara yang terlibat bentrok jelang pelaksanaan konferennsi GIDI di perbatasan 16 November 2018 lalu hingga menyebabkan korban jiwa, akhirnya sepakat berdamai.

Proses perdamaian antara kedua kelompok masyarakat yang bertikai tersebut dilaksanakan di kantor Mapolres Mamberamo Tengah di Kobakma, Kabupaten Mamberamo Tengah, Rabu (21/8) lalu. 

Perdamaian itu sendiri difasilitasi Polres Mamberamo tengah, Polres Tolikara dan pihak gereja GIDI Wilayah Bogo.

Selain dihadiri masyarakat Dogobak dan Bokondini, hadir dalam perdamaian itu, Bupati Mamberamo Tengah, Ricky Ham Pagawak, SH., M.Si., Wakil Bupati Yonas Kenelak, Ketua DPRD Berius Kogoya, Forkopimda dan para gembala GIDI dari wilayah Bogo, maupun panitia konferensi.

Proses perdamaian kedua kubu dipandu langsung Wakapolres  Mamberamo Tengah, Kompol Kores Waisimon dan Kapolres Tolikara, AKBP. Leonard.

Setelah melalui proses dialog dalam suasana kekeluargaan, akhirnya kedua kelompok masyarakat itu sepakat untuk berdamai. Mereka sepakat untuk menyerahkan sepenuhnya masalah ini kepada Tuhan dan tidak menuntut pembayaran uang kepala layaknya perdamaian yang biasa dilakukan di Pegunungan Tengah Papua. 

Sebagai tanda perdamaian, dilakukan pengumpulan uang dari masing-masing kubu dan seluruh orang yang hadir maupun penyerahan babi dan pemberian uang transport dari bupati. Setelah uang terkumpul, dilakukan pertukaran dari kubu Bokondi kepada pihak Dogobak yang diterima perwakilan masing-masing.

Baca Juga :  Agendakan Rapat Forkopimda setelah Rapat PON

Bupati Mamberamo Tengah, Ricky Ham Pagawak mengatakan kebiasaan orang Lani yang perang itu tidak bisa diselesaikan dalam sekejap. Namun karena Injil ada di sini dan menerangi pegunungan, khususnya di Wilayah Bogo, maka Injil memberikan terang sehingga perdamainan bisa terjadi.

Bupati Ham Pagawak memberikan apresiasi kepada masyarakat Tolikara dan Mamberamo Tengah yang mempunyai hati sehingga masalah yang memakan waktu delapan bulan dapat diselesaikan. Tanpa ada pembayaran kepala seperti kebiasaan di daerah Pegunungan Tengah.

“Kami juga berterima kasih kepada pihak kepolisian dari Polres Tolikara yang hampir tiga malam berada di Kobakma untuk membantu menyelesaikan masalah ini maupun sudah menjaga dan mengamankan menjelang konferensi maupun hingga konferensi selesai,” ujarnya.

Menurutnya, kedua kubu sudah sepakat bahwa ketiga korban ini diserahkan kepada Tuhan. Maka masyarakat harus membuktikan bahwa harus saling merangkul kembali dan saling melayani. Sebab ini hubungan kekerabatan antara anak dan om.

“Jangan kita bilang sudah serahkan pada Tuhan, tetapi tidak melaksanakannya. Sebagaimana yang masyarakat laksanakan dengan menjalin kembali hubungan yang sudah tidak berjalan selama delapan bulan,”katanya. 

Baca Juga :  PSSI Resmi Hentikan Liga 2

“Dengan perdamaian ini, maka masyarakat baik Bokondini maupun Dogobak bisa berjalan bebas, beraktivitas seperti biasanya tanpa rasa takut,” tambahnya.

Kapolres Tolikara AKBP Leonard mengakui dengan perdamaian yang sudah dilaksanakan kedua kelompok masyarakat ini, maka masyarakat akan kembali hidup berdampingan.

“Mereka sudah sepakat berdamai, maka masyarakat, baik Bokondini dan Dogobak bisa kembali beraktivitas seperti berkebun tanpa ada rasa takut,polisi juga siap mendampingi masyarakat,” katanya.

Dia berharap, perdamaian yang sudah dilaksanakan, hendaknya terus dijaga, termasuk keamanan di tempat masing-masing.”Masyarakat harus jalin hubungan dengan baik, setiap ada persoalan, hendaknya diserahkan kepada pihak kepolisian, sehingga kami akan menyelesaikannya,” imbuhnya.

Bahkan menurutnya, masyarakat baik dari Bokondini maupun Dogobak, sudah bisa saling mengunjugi tanpa rasa was-was, seperti yang dilakukan sebelum terjadi  peristiwa tersebut

Di tempat yang sama Ketua Wilayah Bogo Pdt. Gad Yikwa mengatakan, perdamaian yang terjadi antara masyarakat Dogobak dan Bokondini tidak lepas dari campur tangan Tuhan.”Selama delapan bulan, kami bergumul pada Tuhan, dan akhirnya Tuhan jawab dengan terwujudnya perdamain pada hari ini,” ucapnya.(Humas/reis/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya