Friday, March 29, 2024
25.7 C
Jayapura

Gubernur Tunda Pemakaman Massal

Lukas Enembe, SIP., MH ( FOTO : Elfira/Cepos)

JAYAPURA-Rencana pemakaman massal terhadap korban banjir bandang di Sentani, Kabupaten Jayapura yang belum teridentifikasi sebanyak 40 orang yang sedianya dilaksanajan, Rabu (20/3) kemarin, ditunda.

Penundaan pemakaman massal tersebut disampaikan Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP., MH., kepada wartawan di Gedung Negara Provinsi Papua, Rabu (20/3).

“Kita sebenarnya mau pemakaman 40 jenazah yang belum ada identitasnya, namun setelah kami lakukan rapat dengan Kapolda dan Panglima. Kita masih beri kesempatan lagi kepada pihak keluarga untuk datang melihat jenazah tersebut di Rumah Sakit Bhayangkara, sehingga tidak menjadi masalah ke depannya,” ucap Gubernur Enembe.

Gubernur Enembe meminta masyarakat terutama korban banjir bandang Sentani untuk datang melihat jenazah tersebut di Rumah Sakit Bhayangkara dan jika ditemukan ada jenazah  keluarga mereka, maka dipersilakan membawanya untuk dimakamkan. “Jika tidak ada nama atau identitas lainnya dari jenazah tersebut maka kita akan makamkan secara massal di Kampung Harapan,” ungkapnya.

Usai memberikan keterangan persnya, Gubernur Enembe bersama jajaran Pemprov Papua berkunjung ke enam posko pengungsian yang ada di Sentani, Kabupaten Jayapura. Dimana, sebelumnya, Pemprov Papua menetapkan banjir bandang di Kabupaten Jayapura dengan status bencana darurat Provinsi.

Terkait dengan bencana alam banjir bandang di Kabupaten Jayapura, Pemerintah Provinsi Papua memberikan bantuan sebanyak Rp 5 miliar. Selain itu, bantuan dari para bupati sebanyak Rp 500 juta. Gubernur Enembe tak ingin bantuan tersebut diserahkan kepada sembarang orang. Artinya ada mekanisme yang jelas dalam pemberian bantuan.

“Untuk bantuan ini saya akan lakukan pertemuan dengan bupati, sehingga kedepan uang ini digunakan dengan baik. Sasarannya harus orang yang kena musibah, sesuai dengan mekanisme sehingga penanganan selama pengungsian tanggap darurat bisa ditangani lewat dana ini,” paparnya.

Baca Juga :  Hasil Rekapitulasi Tak Bisa Dijadikan Objek Sengketa di MK

Sementara itu, Kapolda Papua, Irjen Pol. Martuani Sormin menyebutkan pelaksanaan pemakaman massal masih perlu berbagai pertimbangan dan prosedur yang harus dipenuhi. “Beri kesempatan kepada Tim DVI Polda Papua dalam melaksanakan tugasnya untuk mengidentifikasi jenazah, dimana proses identifikasi jenazah saat ini masih berlangsung,” jelasnya saat rapat Forkopinda Papua di Gedung Negara Papua, Selasa (19/3) malam.

“Hal ini sangat penting karena kita harus mempertimbangkan berbagai hal antara lain tentang ahli waris, apalagi masa tanggap darurat belum selesai. Tim DVI akan berusaha keras mengidentifikasi korban agar dapat menjamin ahli waris akan mendapatkan haknya sesuai ketentuan peraturan yang berlaku,” sambungnya.

Bila dikemudian hari ada ahli waris yang menuntut maka pihak Polda Papua yang bertanggung jawab, apalagi hingga sekarang jumlah korban yang ditemukan masih terus bertambah. Untuk itu Kapolda meminta untuk memberikan mereka waktu dalam melaksanakan tugas.

Hal yang sama juga dikatakan Pangdam XVII/Cenderawasih,  Mayjen TNI Yosua Pandit Sembiring. Menurutnya untuk urusan percepatan pelaksanaan pemakaman massal bukan suatu esensi yang harus dikejar-kejar, sebab masih banyak persoalan lain yang jauh lebih penting yang harus dikerjakan. 

Diantaranya pencarian dan evakuasi korban, pelayanan pengungsi, relokasi pengungsi setelah masa tanggap darurat selesai dan lain-lain yang berpotensi menimbulkan persoalan sosial, normalisasi infrastruktur khususnya jalan utama kabupaten yang sangat vital dalam lalulintas warga. “Hal-hal itulah yang harusnya dipikirkan oleh Pemda dan tokoh Adat serta tokoh Agama,” terangnya.

Baca Juga :  Keindahan dan Kesuburan Berpadu dengan Industri Pariwisata

Hal lain yang menjadi faktor kesulitan tim DVI dalam melaksanakan identifikasi adalah bahwa sebagian besar korban khususnya warga orang asli papua yang tidak tercatat dalam data kependudukan pemerintah dan tidak ada data sidik jari. Terutama korban yang ditemukan di lereng gunung Cycloop di areal pemukiman yang selama ini tidak terdata dalam pemerintahan dan mayoritas adalah warga OAP.

Sementara tokoh agama yang disampaikan Pdt. Dorman Wanikbo justru mendesak pemakaman massal segera dilaksanakan. 

Terkait dengan korban meninggal dunia, hingga Rabu (20/3) pukul 19.00 WIT, jumlah korban meninggal dunia yang ditemukan sebanyak 102 orang. Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. AM Kamal menyebutkan, dari hasil pencarian yang dilakukan kemarin, tim gabungan kembali menemukan 4 jenazah.

“Dua jenazah ditemukan di Kampung Komba dan Kemiri oleh K9, sementara 2 jenazah lainnya di Danau Sentani ditemukan anggota Polair Polda Papua,” jelas AM Kamal kepada wartawan, Rabu (20/3).

Pihaknya mengakui kehadiran K9 sangat berkontribusi dalam pencarian para korban di Kabupaten Jayapura juga didukung oleh semangat yang luarbiasa dari semua tim gabungan. “Sementara untuk jenazah yang dievakuasi ke RS Bhayangkara totalnya 86 jenazah. Dari jumlah tersebut, 52 jenazah telah teridentifikasi dan 34 lainnya masih berada di RS Bhayangkara,” tuturnya.

Kamal menambahkan, 34 jenazah yang masih berada di RS Bhayangkara akan terus dilakukan identifikasi. Pihaknya mengimbau masyarakat apabila merasa kehilangan anggota keluarganya dalam bencana banjir bandang di Sentani, bisa mengecek ke RS Bhayangkara. (fia/kim/bet/nat)

Lukas Enembe, SIP., MH ( FOTO : Elfira/Cepos)

JAYAPURA-Rencana pemakaman massal terhadap korban banjir bandang di Sentani, Kabupaten Jayapura yang belum teridentifikasi sebanyak 40 orang yang sedianya dilaksanajan, Rabu (20/3) kemarin, ditunda.

Penundaan pemakaman massal tersebut disampaikan Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP., MH., kepada wartawan di Gedung Negara Provinsi Papua, Rabu (20/3).

“Kita sebenarnya mau pemakaman 40 jenazah yang belum ada identitasnya, namun setelah kami lakukan rapat dengan Kapolda dan Panglima. Kita masih beri kesempatan lagi kepada pihak keluarga untuk datang melihat jenazah tersebut di Rumah Sakit Bhayangkara, sehingga tidak menjadi masalah ke depannya,” ucap Gubernur Enembe.

Gubernur Enembe meminta masyarakat terutama korban banjir bandang Sentani untuk datang melihat jenazah tersebut di Rumah Sakit Bhayangkara dan jika ditemukan ada jenazah  keluarga mereka, maka dipersilakan membawanya untuk dimakamkan. “Jika tidak ada nama atau identitas lainnya dari jenazah tersebut maka kita akan makamkan secara massal di Kampung Harapan,” ungkapnya.

Usai memberikan keterangan persnya, Gubernur Enembe bersama jajaran Pemprov Papua berkunjung ke enam posko pengungsian yang ada di Sentani, Kabupaten Jayapura. Dimana, sebelumnya, Pemprov Papua menetapkan banjir bandang di Kabupaten Jayapura dengan status bencana darurat Provinsi.

Terkait dengan bencana alam banjir bandang di Kabupaten Jayapura, Pemerintah Provinsi Papua memberikan bantuan sebanyak Rp 5 miliar. Selain itu, bantuan dari para bupati sebanyak Rp 500 juta. Gubernur Enembe tak ingin bantuan tersebut diserahkan kepada sembarang orang. Artinya ada mekanisme yang jelas dalam pemberian bantuan.

“Untuk bantuan ini saya akan lakukan pertemuan dengan bupati, sehingga kedepan uang ini digunakan dengan baik. Sasarannya harus orang yang kena musibah, sesuai dengan mekanisme sehingga penanganan selama pengungsian tanggap darurat bisa ditangani lewat dana ini,” paparnya.

Baca Juga :  Demo Lagi, Warga Minta Polisi Tegas

Sementara itu, Kapolda Papua, Irjen Pol. Martuani Sormin menyebutkan pelaksanaan pemakaman massal masih perlu berbagai pertimbangan dan prosedur yang harus dipenuhi. “Beri kesempatan kepada Tim DVI Polda Papua dalam melaksanakan tugasnya untuk mengidentifikasi jenazah, dimana proses identifikasi jenazah saat ini masih berlangsung,” jelasnya saat rapat Forkopinda Papua di Gedung Negara Papua, Selasa (19/3) malam.

“Hal ini sangat penting karena kita harus mempertimbangkan berbagai hal antara lain tentang ahli waris, apalagi masa tanggap darurat belum selesai. Tim DVI akan berusaha keras mengidentifikasi korban agar dapat menjamin ahli waris akan mendapatkan haknya sesuai ketentuan peraturan yang berlaku,” sambungnya.

Bila dikemudian hari ada ahli waris yang menuntut maka pihak Polda Papua yang bertanggung jawab, apalagi hingga sekarang jumlah korban yang ditemukan masih terus bertambah. Untuk itu Kapolda meminta untuk memberikan mereka waktu dalam melaksanakan tugas.

Hal yang sama juga dikatakan Pangdam XVII/Cenderawasih,  Mayjen TNI Yosua Pandit Sembiring. Menurutnya untuk urusan percepatan pelaksanaan pemakaman massal bukan suatu esensi yang harus dikejar-kejar, sebab masih banyak persoalan lain yang jauh lebih penting yang harus dikerjakan. 

Diantaranya pencarian dan evakuasi korban, pelayanan pengungsi, relokasi pengungsi setelah masa tanggap darurat selesai dan lain-lain yang berpotensi menimbulkan persoalan sosial, normalisasi infrastruktur khususnya jalan utama kabupaten yang sangat vital dalam lalulintas warga. “Hal-hal itulah yang harusnya dipikirkan oleh Pemda dan tokoh Adat serta tokoh Agama,” terangnya.

Baca Juga :  Keindahan dan Kesuburan Berpadu dengan Industri Pariwisata

Hal lain yang menjadi faktor kesulitan tim DVI dalam melaksanakan identifikasi adalah bahwa sebagian besar korban khususnya warga orang asli papua yang tidak tercatat dalam data kependudukan pemerintah dan tidak ada data sidik jari. Terutama korban yang ditemukan di lereng gunung Cycloop di areal pemukiman yang selama ini tidak terdata dalam pemerintahan dan mayoritas adalah warga OAP.

Sementara tokoh agama yang disampaikan Pdt. Dorman Wanikbo justru mendesak pemakaman massal segera dilaksanakan. 

Terkait dengan korban meninggal dunia, hingga Rabu (20/3) pukul 19.00 WIT, jumlah korban meninggal dunia yang ditemukan sebanyak 102 orang. Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol. AM Kamal menyebutkan, dari hasil pencarian yang dilakukan kemarin, tim gabungan kembali menemukan 4 jenazah.

“Dua jenazah ditemukan di Kampung Komba dan Kemiri oleh K9, sementara 2 jenazah lainnya di Danau Sentani ditemukan anggota Polair Polda Papua,” jelas AM Kamal kepada wartawan, Rabu (20/3).

Pihaknya mengakui kehadiran K9 sangat berkontribusi dalam pencarian para korban di Kabupaten Jayapura juga didukung oleh semangat yang luarbiasa dari semua tim gabungan. “Sementara untuk jenazah yang dievakuasi ke RS Bhayangkara totalnya 86 jenazah. Dari jumlah tersebut, 52 jenazah telah teridentifikasi dan 34 lainnya masih berada di RS Bhayangkara,” tuturnya.

Kamal menambahkan, 34 jenazah yang masih berada di RS Bhayangkara akan terus dilakukan identifikasi. Pihaknya mengimbau masyarakat apabila merasa kehilangan anggota keluarganya dalam bencana banjir bandang di Sentani, bisa mengecek ke RS Bhayangkara. (fia/kim/bet/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya