Friday, March 29, 2024
25.7 C
Jayapura

Poksus Minta DPRP Segera Gelar Bamus Bahas Insiden Pegubin

JAYAPURA- Hingga kini sangat minim anggota DPR Papua yang berbicara soal kasus terbunuhnya satu tenaga kesehatan Gabriela Meilani di tangan TPN-OPM di Pegunungan Bintang. Padahal saat ketika menyangkut terdakwa Victor Yeimo yang menjadi aktor kerusuhan 29 – 30 Agustus 2019 banyak yang memilih pasang badan bahkan siap menjadi jaminan. Ya jaminan terhadap pelaku atau otak kerusuhan di Jayapura ketika itu. Meski demikian setelah ditunggu akhirnya ada juga anggota DPRP yang berbicara. Kali ini dari kelompok khusus DPRP.

 “Saya pikir perlu ada komunikasi dengan seluruh Forkopimda. Sebab ini bukan hanya persoalan Pegunungan Bintang semata tetapi juga persoalan Papua dan negara. Ini harus disikapi bijaksana dan tidak bisa terus menerus pekerja kemanusiaan diperlakukan seperti ini,” koar Yonas Nusi, salah satu anggota Poksus saat ditemui di Jayapura, Sabtu (18/9).  

Ia menyebut di Papua jika ada satu yang sakit maka semua harus merasakan. “Saya mau sampaikan tenaga medis, penginjil, guru, mereka bekerja tanpa  pamrih  dan jika mereka sudah merasa terancam maka dampaknya bisa luas. Kami di Komisi I minta segera DPR Lakukan bamus terkait kejadian – kejadian terkini saat ini,” pinta Yonas.

  Bamus bukan  digelar hanya ketika DPR  membutuhkan tetapi ketika ada masalah di tengah rakyat ia meminta pimpinan DPR segera melakukan bamus memberikan proteksi terhadap pekerja kemanusiaan yang lagi terdesak dan  membutuhkan perlindungan. “Ini sebenarnya sesuatu yang menampar kita sebagai pemimpin. Sekalipun kita disuguhi dengan PON namun persoalan ini juga tak bisa didiamkan. Para petugas kemanusiaan ini bekerja karena panggilan dengan banyaknya keterbatasan namun jika diperlakukan seperti ini saya pikir ini  hanya menumbuhkan rasa trauma dan membuat petugas kemanusiaan enggan untuk mengabdi di daerah – daerah rawan. Itu haruus jadi perhatian,” tegas Yonas. 

 Iapun memohon agar pimpinan DPRP jangan lagi banyak pertimbangan. Harus segera lakukan bamus dan eksekutif harus dihadirkan. Sebab ini bagian dari upaya untuk memproteksi para pekerja  kemanusiaan, yang bekerja tanpa pamrih. 

Yonas berpendapat bahwa jika Papua terus begini bagaimana Papua bisa menyamai provinsi lain. Seharusnya bila ada hal – hal yang mengganjal silakan lewat instrument yang disiapkan. “Kalau tenaga medis diganggu dan mereka memilih menarik diri saya pikir situasi di daerah akan semakin sulit. Mereka bekerja agar anak – anak serta generasi Papua sehat dan saya pastikan Tuhan tidak akan merestui apa yang mereka lakukan,” cecarnya.

Baca Juga :  MRP Kagum, DPRP Mau Duduk Bersama Bahas Perdasus

 Sementara Ketua DPR Papua, Johny Banua Rouw menyampaikan, petugas nakes adalah pahlawan kesehatan yang mau mengabdi di daerah yang tidak mudah dan seharusnya kejadian kemarin tidak terjadi kepada warga sipil terlebih pekerja kemanusiaan. 

“Pemerintah memiliki tugas menyiapkan tenaga kesehatan dan tugas pemerintah untuk menjaga dan mengamankan tenaga kesehatan. Harusnya meski berbeda pendapat tenaga kesehatan tidak boleh disentuh, ditempat manapun sebab jika mereka dicederai maka saya pikir dunia akan mengecam,” ucap Johny Banua saat ditemui di Holtekamp. 

 Ia meminta TNI-Polri memberikan jaminan keamanan. Johny juga memastikan jika DPRP tidak diam dan tidak menunggu. Sebab saat kejadian  dirinya masih memantau dan meminta datanya. “Saya juga berpikir bahwa pemerintah daerah perlu memberikan santunan kepada pihak keluarga korban. Sebab ia bekerja dengan kepedulian dan saat ini kembali dalam kondisi luka  termasuk ada yang meninggal. Pemda juga harus memberi perhatian atas pekerja yang meninggal di wilayahnya akibat konflik bersenjata. Sebab keamanan itu juga menjadi tanggungjawab pemerintah setempat,” pungkasnya. 

Sementara itu, anggota DPRP membesuk nakes korban penyerangan di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang yang kini mendapatkan perawatan medis di Rumah Sakit (RS) Marthen Indey, Kota Jayapura, Sabtu (18/9).

Kunjungan ini dipimpin anggota Komisi V DPRP, Tarius Mul, S.Sos., yang merupakan perwakilan rakyat dari Dapil V meliputi Pegunungan Bintang, Yalimo dan Yahukimo. Tarius Mul tak sendiri, dia didampingi anggota Komisi III DPRP Papua, H. Junaidi Rahim dan aggota Komisi II DPR Papua, Muhammad Darwis Massi, SE.

Dari pantauan Cenderawasih Pos, anggota DPRP yang membesuk langsung melihat kondisi korban yang merupakan tenaga medis berjumlah 4 orang dan 1 anggota TNI yang mendapatkan perawatan di RS. Marthen Indey. 

Tenaga medis yang dirawat ini terdiri dari 1 orang dokter, 1 orang mantri dan 2 orang bidan. Mereka dirawat di ruangan yang berbeda-beda. Satu mantri dirawat bersamaan dengan 1 orang anggota TNI, 2 orang bidang dirawat di satu ruangan, sedangkan dokter dirawat di satu ruangan secara terpisah.

Para korban tenaga kesehatan ini telah dioperasi oleh pihak dokter RS. Marthen Indey dan kondisi mereka mulai membaik. Pihak RS. Marthen Indey sendiri telah memastikan untuk tetap memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik agar kondisi korban bisa segera pulih.

Mewakili Komisi V DPR Papua, Tarius Mul menyatakan turut prihatin terhadap penyerangan yang dilakukan terhadap nakes di Kowirok, sehingga musibah ini merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karena itu, pihaknya dari Komisi V DPR Papua datang membesuk para nakes yang menjadi korban penyerangan di Kowirok yang dirawat di RS. Marthen Indey.“Kami berharap masalah yang sudah terjadi ini jangan terulang atau terjadi lagi,”ucapnya.

Baca Juga :  Kabupaten Mamberamo Tengah Raih Predikat WDP

Tarius menyampaikan kepada Pemda Kabupaten Pegunungan Bintang bersama setiap stakeholder yang lain agar tidak menyibukan diri dengan hal-hal yang lain. Tetapi fokus untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi di Kowirok. Sehingga ada jaminan keamanan bagi para nakes yang bertugas di Kabupaten Pegunungan Bintang.

Untuk keamanan kami lihat pihak TNI-Polri sudah mengambil langkah-langkah, sehingga kita saling mendukung agar keamanan di sana bisa dijaga dengan baik. Keamanan juga harus turun dan dipisahkan warga yang tinggal serta pelaku. Sehingga situasi keamanan di Kowirok dan Kabupaten Pegunungan Bintang secara umum bisa kembali kondusif,” ujarnya.

Politisi Partai Demokrat ini menjelaskan bahwa saat ini masalah sudah terjadi dan Dinas Kesehatan Kabupaten Pegunungan Bintang sudah menarik semua tenaga medis yang ada di seluruh Kabupaten Pegunungan Bintang.

Kami harapkan agar membedakan apapun yang terjadi. Kesehatan sangat penting untuk kita bersama, sehingga harus jaga mereka di sana. Yang berikut ini masalah sudah terjadi, sehingga kedepan tidak boleh lagi terjadi,” harap Tarius.

Sementara itu, anggota Komisi III DPR Papua, H. Junaidi Rahim mengatakan, perlu ada jaminan keamanan bagi para nakes dan masyarakat di Kowirok. Selama belum ada, maka nakes dan masyarakat tidak boleh ke sana dulu.

Junaidi menjelaskan, kasus penyerangan ini bukan saja baru terjadi di Kowirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, tetapi terjadi juga di daerah-daerah lain yang ada di Papua. Oleh karena itu, aparat keamanan TNI-Polri harus mampu menjamin keamanan bagi warga sipil, terutama para petugas medis dan petugas pendidikan yang melayani masyarakat di kampung-kampung.

“Kepada TNI-Polri untuk menangkap semua pelaku yang membuat rusuh di Kowirok tanpa terkecuali dan membuat posko-posko keamanan di semua objek vital dan menambah personel untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi warga masyarakat di Papua,” jelasnya.

Junaidi mengucapkan terima kasih kepada Dinas Kesehatan Pegunungan Bintang yang telah memberikan perhatian. Oleh karena itu, dirinya meminta kepada dinas harus konsen harus melihat sampai tenaga nakes ini sampai dalam kondisi yang sembuh.

“Kita akan lihat. Kalau di sana suasana belum aman, maka nakes tidak boleh pergi. Harus benar-benar menjamin keamanan kepada para  nakes dan masyarakat di sana,” ucapnya. (fia/ade/bet/nat/JPG)

JAYAPURA- Hingga kini sangat minim anggota DPR Papua yang berbicara soal kasus terbunuhnya satu tenaga kesehatan Gabriela Meilani di tangan TPN-OPM di Pegunungan Bintang. Padahal saat ketika menyangkut terdakwa Victor Yeimo yang menjadi aktor kerusuhan 29 – 30 Agustus 2019 banyak yang memilih pasang badan bahkan siap menjadi jaminan. Ya jaminan terhadap pelaku atau otak kerusuhan di Jayapura ketika itu. Meski demikian setelah ditunggu akhirnya ada juga anggota DPRP yang berbicara. Kali ini dari kelompok khusus DPRP.

 “Saya pikir perlu ada komunikasi dengan seluruh Forkopimda. Sebab ini bukan hanya persoalan Pegunungan Bintang semata tetapi juga persoalan Papua dan negara. Ini harus disikapi bijaksana dan tidak bisa terus menerus pekerja kemanusiaan diperlakukan seperti ini,” koar Yonas Nusi, salah satu anggota Poksus saat ditemui di Jayapura, Sabtu (18/9).  

Ia menyebut di Papua jika ada satu yang sakit maka semua harus merasakan. “Saya mau sampaikan tenaga medis, penginjil, guru, mereka bekerja tanpa  pamrih  dan jika mereka sudah merasa terancam maka dampaknya bisa luas. Kami di Komisi I minta segera DPR Lakukan bamus terkait kejadian – kejadian terkini saat ini,” pinta Yonas.

  Bamus bukan  digelar hanya ketika DPR  membutuhkan tetapi ketika ada masalah di tengah rakyat ia meminta pimpinan DPR segera melakukan bamus memberikan proteksi terhadap pekerja kemanusiaan yang lagi terdesak dan  membutuhkan perlindungan. “Ini sebenarnya sesuatu yang menampar kita sebagai pemimpin. Sekalipun kita disuguhi dengan PON namun persoalan ini juga tak bisa didiamkan. Para petugas kemanusiaan ini bekerja karena panggilan dengan banyaknya keterbatasan namun jika diperlakukan seperti ini saya pikir ini  hanya menumbuhkan rasa trauma dan membuat petugas kemanusiaan enggan untuk mengabdi di daerah – daerah rawan. Itu haruus jadi perhatian,” tegas Yonas. 

 Iapun memohon agar pimpinan DPRP jangan lagi banyak pertimbangan. Harus segera lakukan bamus dan eksekutif harus dihadirkan. Sebab ini bagian dari upaya untuk memproteksi para pekerja  kemanusiaan, yang bekerja tanpa pamrih. 

Yonas berpendapat bahwa jika Papua terus begini bagaimana Papua bisa menyamai provinsi lain. Seharusnya bila ada hal – hal yang mengganjal silakan lewat instrument yang disiapkan. “Kalau tenaga medis diganggu dan mereka memilih menarik diri saya pikir situasi di daerah akan semakin sulit. Mereka bekerja agar anak – anak serta generasi Papua sehat dan saya pastikan Tuhan tidak akan merestui apa yang mereka lakukan,” cecarnya.

Baca Juga :  Mahfud MD Resmi jadi Cawapres Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024

 Sementara Ketua DPR Papua, Johny Banua Rouw menyampaikan, petugas nakes adalah pahlawan kesehatan yang mau mengabdi di daerah yang tidak mudah dan seharusnya kejadian kemarin tidak terjadi kepada warga sipil terlebih pekerja kemanusiaan. 

“Pemerintah memiliki tugas menyiapkan tenaga kesehatan dan tugas pemerintah untuk menjaga dan mengamankan tenaga kesehatan. Harusnya meski berbeda pendapat tenaga kesehatan tidak boleh disentuh, ditempat manapun sebab jika mereka dicederai maka saya pikir dunia akan mengecam,” ucap Johny Banua saat ditemui di Holtekamp. 

 Ia meminta TNI-Polri memberikan jaminan keamanan. Johny juga memastikan jika DPRP tidak diam dan tidak menunggu. Sebab saat kejadian  dirinya masih memantau dan meminta datanya. “Saya juga berpikir bahwa pemerintah daerah perlu memberikan santunan kepada pihak keluarga korban. Sebab ia bekerja dengan kepedulian dan saat ini kembali dalam kondisi luka  termasuk ada yang meninggal. Pemda juga harus memberi perhatian atas pekerja yang meninggal di wilayahnya akibat konflik bersenjata. Sebab keamanan itu juga menjadi tanggungjawab pemerintah setempat,” pungkasnya. 

Sementara itu, anggota DPRP membesuk nakes korban penyerangan di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang yang kini mendapatkan perawatan medis di Rumah Sakit (RS) Marthen Indey, Kota Jayapura, Sabtu (18/9).

Kunjungan ini dipimpin anggota Komisi V DPRP, Tarius Mul, S.Sos., yang merupakan perwakilan rakyat dari Dapil V meliputi Pegunungan Bintang, Yalimo dan Yahukimo. Tarius Mul tak sendiri, dia didampingi anggota Komisi III DPRP Papua, H. Junaidi Rahim dan aggota Komisi II DPR Papua, Muhammad Darwis Massi, SE.

Dari pantauan Cenderawasih Pos, anggota DPRP yang membesuk langsung melihat kondisi korban yang merupakan tenaga medis berjumlah 4 orang dan 1 anggota TNI yang mendapatkan perawatan di RS. Marthen Indey. 

Tenaga medis yang dirawat ini terdiri dari 1 orang dokter, 1 orang mantri dan 2 orang bidan. Mereka dirawat di ruangan yang berbeda-beda. Satu mantri dirawat bersamaan dengan 1 orang anggota TNI, 2 orang bidang dirawat di satu ruangan, sedangkan dokter dirawat di satu ruangan secara terpisah.

Para korban tenaga kesehatan ini telah dioperasi oleh pihak dokter RS. Marthen Indey dan kondisi mereka mulai membaik. Pihak RS. Marthen Indey sendiri telah memastikan untuk tetap memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik agar kondisi korban bisa segera pulih.

Mewakili Komisi V DPR Papua, Tarius Mul menyatakan turut prihatin terhadap penyerangan yang dilakukan terhadap nakes di Kowirok, sehingga musibah ini merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karena itu, pihaknya dari Komisi V DPR Papua datang membesuk para nakes yang menjadi korban penyerangan di Kowirok yang dirawat di RS. Marthen Indey.“Kami berharap masalah yang sudah terjadi ini jangan terulang atau terjadi lagi,”ucapnya.

Baca Juga :  Ratusan Massa Demo ke Kantor Pemprov Papua Pegunungan

Tarius menyampaikan kepada Pemda Kabupaten Pegunungan Bintang bersama setiap stakeholder yang lain agar tidak menyibukan diri dengan hal-hal yang lain. Tetapi fokus untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi di Kowirok. Sehingga ada jaminan keamanan bagi para nakes yang bertugas di Kabupaten Pegunungan Bintang.

Untuk keamanan kami lihat pihak TNI-Polri sudah mengambil langkah-langkah, sehingga kita saling mendukung agar keamanan di sana bisa dijaga dengan baik. Keamanan juga harus turun dan dipisahkan warga yang tinggal serta pelaku. Sehingga situasi keamanan di Kowirok dan Kabupaten Pegunungan Bintang secara umum bisa kembali kondusif,” ujarnya.

Politisi Partai Demokrat ini menjelaskan bahwa saat ini masalah sudah terjadi dan Dinas Kesehatan Kabupaten Pegunungan Bintang sudah menarik semua tenaga medis yang ada di seluruh Kabupaten Pegunungan Bintang.

Kami harapkan agar membedakan apapun yang terjadi. Kesehatan sangat penting untuk kita bersama, sehingga harus jaga mereka di sana. Yang berikut ini masalah sudah terjadi, sehingga kedepan tidak boleh lagi terjadi,” harap Tarius.

Sementara itu, anggota Komisi III DPR Papua, H. Junaidi Rahim mengatakan, perlu ada jaminan keamanan bagi para nakes dan masyarakat di Kowirok. Selama belum ada, maka nakes dan masyarakat tidak boleh ke sana dulu.

Junaidi menjelaskan, kasus penyerangan ini bukan saja baru terjadi di Kowirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, tetapi terjadi juga di daerah-daerah lain yang ada di Papua. Oleh karena itu, aparat keamanan TNI-Polri harus mampu menjamin keamanan bagi warga sipil, terutama para petugas medis dan petugas pendidikan yang melayani masyarakat di kampung-kampung.

“Kepada TNI-Polri untuk menangkap semua pelaku yang membuat rusuh di Kowirok tanpa terkecuali dan membuat posko-posko keamanan di semua objek vital dan menambah personel untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi warga masyarakat di Papua,” jelasnya.

Junaidi mengucapkan terima kasih kepada Dinas Kesehatan Pegunungan Bintang yang telah memberikan perhatian. Oleh karena itu, dirinya meminta kepada dinas harus konsen harus melihat sampai tenaga nakes ini sampai dalam kondisi yang sembuh.

“Kita akan lihat. Kalau di sana suasana belum aman, maka nakes tidak boleh pergi. Harus benar-benar menjamin keamanan kepada para  nakes dan masyarakat di sana,” ucapnya. (fia/ade/bet/nat/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya