Site icon Cenderawasih Pos

Masyarakat Berbondong-bondong Tinggalkan Distrik Bibida

Masyarakat dari Distrik Bibida memilih meninggalkan tempat tinggalnya untuk mengungsi di tempat yang lebih aman, setelah terjadi kontak tembak antara aparat keamanan dengan OPM di Distrik Bibida. Gelombang pengungsi ini dimulai dari Jumat (14/6) hingga Senin (17/6) kemarin. (foto:Istimewa)

Pastor Paroki Salib Suci Madi Sebut Para Pengungsi Trauma

JAYAPURA – Eskalasi kontak tembak antar aparat keamanan dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) atau Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Kampung Bibida, Paniai mulai mereda.

Meski demikian tak sedikit yang khawatir dengan kondisi keamanan diri mereka sehingga meminta untuk sementara waktu keluar dari kampung. Warga Bibida satu persatu memilih meninggalkan kampung dan menempati gedung – gedung gereja.

Ini setelah aksi baku tembak selama 3 hari yang akhirnya  aparat gabungan TNI Polri berhasil merebut wilayah Distrik Bibida Kabupaten Paniai yang selama ini dikuasai Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Perebutan tersebut dilakukan saat dilakukan operasi pengejaran kelompok OPM pimpinan Undius Kogoya. Pasca itu, TNI Polri melihat kelompok OPM ini masih berupaya mengganggu masyarakat sehingga muncul dukungan dari para tokoh untuk bisa mengamankan situasi.

“Kami merespon apa yang diinginkan masyarakat dan terus mengamati perkembangan situasi. Kami melihat bahwa upaya mengganggu keamanan masih terus dilakukan oleh kelompok ini (OPM),” ujar Komandan Satgas Media Koops Habema, Letkol Arh Yogi Nugroho dalam rilisnya, Selasa (18/6).

Para pengungsi dari Distrik Bibida berada di Gereja Katolik Paroki Salib Suci Madi Paniai. (foto:Satgas Damai Cartenz)

Satu hal yang disampaikan warga kata Yogi adalah meminta dievakuasi ke tempat yang lebih aman dan disepakati untuk dibawa ke gereja. “Warga yang meminta untuk aparat keamanan membantu mereka keluar dari kampung untuk dibawa ke aula gereja menempati tempat itu sementara. Dari permintaan ini kami coba turunkan beberapa truk untuk mengangkut warga ke tempat yang dimaksud,” tambahnya.

“Warga mengamankan diri dari wilayah Bibida ke Gereja Madi di Kabupaten Paniai,” tambahnya. Ini sekaligus menganulir berbagai pernyataan di media social yang menarasikan seolah olah masyarakat mengungsi karena ketakutan dengan aparat TNI Polri.

Malah kata Yogi, selama mengamankan diri, warga tetap mendapat perhatian dari aparat yang memberikan logistik makanan serta kebutuhan lainnya.

“Tidak betul warga keluar dari kampung karena takut aparat. Mereka yang meminta untuk dibantu karena OPM masih kerap mengganggu dan bagi mereka yang tidak mau kemudian memilih berlari ke hutan maka bisa kami sebut bahwa itu adalah simpatisan atau anggota OPM,” ucap Yogi.

Sementara itu Pastor Paroki Salib Suci Madi, Dekenat Paniai, Keuskupan Timika, Pastor Herman Betul, Projo menjelaskan kondisi pengungsi di camp pengungsian Gereja Katolik Paroki Salib Suci Madi sementara sehat secara fisik dan bahan makanannya terpenuhi namun para pengungsi mengalami trauma.

” Para pengungsi ini dievakuasi pada hari jumat, 14-17  Juni 2024 dari Distrik Bibida, Kabupaten Paniai, ” Jelas Pastor Herman Betu, Pr kepada media ini saat dikonfirmasi pada selasa, (18/6/2024) via seluler.

Ia mengungkapkan, para pengungsi ini dievakuasi pada waktu yang berbeda mengingat pihak aparat keamanan masuk ke kampung-kampung di Distrik Bibida untuk melakukan pengejaran terhadap TPNPB juga pada waktu yang berbeda.

“Ada yang dievakuasi pagi menggunakan truk aparat. Ada juga yang siang hingga sore hari pada tanggal 14 Juni 2024. Sedangkan, masih ada juga yang dievakuasi pada hari Sabtu, Minggu dan Senin kemarin. Semuanya ditampung di Gereja kami, ” tuturnya.

Ia menjelaskan, Pada evakuasi hari Jumat, 14 Juni 2024 masyarakat merasa panik dan takut karena aparat perintahkan meninggalkan kampung, sehingga ada yang  berhasil dievakuasi di Gereja tapi juga ada masyarakat yang melarikan diri ke hutan.

” Hari Jumat pagi itu aparat keamanan (TNI/polri) masuk ke rumah-rumah warga di Bibida sehingga masyarakat ada yang takut dan melarikan diri ke hutan, ” tuturnya.

Menurut Pastor Herman, masyarakat yang diungsikan ke Gereja Katolik Madi adalah sebagaian masyarakat dari Distrik Paniai Timur dan Distrik Bibida.

” Distrik Paniai Timur ini, ada masyarakat dari kampung Timida, Kopo dan Papato sedangkan untuk Distrik Bibida, semua masyarakat mengungsi, ” ungkap Pastor.

Ketika ditanya soal jumlah pengungsi, Pastor Herman mengatakan masih melakukan pendataan.

” Jumlahnya kami masih data dan kami pastikan mencapai ribuan, ” katanya.

Ia juga mengatakan, untuk stok bahan makanan hingga selasa 18 Juni 2024 masih terpenuhi.

” Bantuan terus mengalir. Bantuan ini datang dari gereja, pemerintah, organisasi, kerukunan dan masyarakat sehingga untuk stok makanan, sementara masih terpenuhi, ” katanya lagi.

Ia berharap, kedua pihak yang bertikai dapat menahan diri sehingga masyarakat sipil tidak menjadi korban.

” Atas kejadian ini masyarakat mengalami trauma yang luar biasa sehingga ia berharap kerja sama dari semua pihak agar kondisi ini kembali normal dan masyarakat beraktifitas seperti biasanya, ” harapnya.

Ia juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu memberikan jaminan keamanan dan bahan makanan kepada para pengungsi   di Gereja Katolik Paroki Salib Suci Madi, Kabupaten Paniai.  (ade/txt/wen)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version