Sunday, April 28, 2024
24.7 C
Jayapura

Yakin Aman dan Layak setelah Lolos Uji Coba di Tanjakan ”Maut”

Seorang Guru Honorer dan Sepeda Motor Listrik Karyanya (1) 

Sudah ratusan pesanan masuk untuk motor listrik dengan kecepatan pengisian baterai setara ponsel karya Wandee Purnomo. Status sebagai guru honorer membuatnya hampir menyerah.

Ilham Wancoko, Bantul

JALUR yang dipilih untuk uji coba tak main-main. Tanjakan ”maut” di kawasan Bantul, Jogjakarta. 

Tanjakan yang terletak di Jalan Pleret–Pathuk itu rawan kecelakaan. Kelokannya cukup tajam. Jurang di samping tanjakan sudah bak hiasan, pelengkap kekhawatiran pengendara.

Itulah yang membuat Wandee Purnomo sempat gamang sebelum menjajal motor listrik karyanya di tanjakan yang umum disebut Tanjakan Cinomati itu. ”Takut sudah pasti, tapi harus tetap diuji coba,” tutur guru sekaligus kepala bengkel SMK Ki Ageng Pemanahan (SMK KAP), Bantul, Jogjakarta, itu menceritakan kembali kejadian tersebut kepada Jawa Pos.

Kalau tidak, tidak akan diketahui kemampuan motor tersebut. Untuk keamanan, dua rekan mengikuti Wandee dengan menggunakan sepeda motor bahan bakar bensin. Berjaga-jaga bila motor listrik yang dikendarai Wandee mogok, apalagi melorot ke belakang. 

Hari H uji coba pun tiba. Wandee melaju dengan motor listrik yang dinamai KAP itu. Menuju tanjakan maut. 

Ternyata lancar. KAP tancap gas. Kecepatannya mampu menaklukkan Cinomati. Bahkan sampai dua kali.Lega, gembira. ”Kemampuan sepeda motor listrik ini sudah aman dan layak,” urainya.

Wajar saja, spesifikasi sepeda motor listrik itu cukup gahar untuk kelasnya. Kecepatan maksimalnya mencapai 120 km. Daya baterainya 38 volt dan dalam satu pengisian baterai bisa digunakan untuk menempuh jarak sejauh 30 km. ”Sebenarnya bisa saya bikin sampai kecepatan 120 km,” tuturnya.

Namun, dengan berbagai pertimbangan, akhirnya kecepatannya diatur maksimal 80 km per jam. Adapun waktu pengisian baterainya hanya satu jam. ”Ini memang sepeda motor listrik, tapi pengisian baterai rasa handphone,” candanya.

Dengan kecepatan pengisian baterai itu, sepeda motor listrik KAP tersebut sangat cocok untuk kalangan pekerja kantoran. Yang bisa langsung mengisi baterai begitu sampai di tempat kerja. 

Baca Juga :  17 Hewan Kurban Ditemukan Mengidap Cacing Hati

Charger-nya juga portabel dan jenisnya memang dipilih yang cocok untuk stopkontak umum. ”Bentuk charger-nya kayak charger laptop,” jelasnya.

Hasil uji coba di Cinomati juga menunjukkan dinamo penggerak dua roda bekerja dengan baik. Dinamo untuk dua roda sepeda motor listrik itu diperlukan untuk memperkuat laju di tanjakan. ”Dinamo penggerak ini bergantung pada kekuatan baterai. Kalau baterai kuat, ya berapa kali pun libas saja,” jelasnya.

Penasaran akan kemampuan sepeda motor listrik KAP tersebut, Jawa Pos mencobanya secara langsung dengan berkeliling. Gasnya sangat responsif, bahkan terasa bertenaga. 

Yang bikin nyaman, joknya lebar dan empuk. Setangnya juga cukup nyaman dikendalikan.

Hanya, kalau untuk orang yang berbadan bongsor, mungkin sepeda motor listrik itu tidak bisa digunakan berboncengan. Tapi, untuk yang berbadan kurus, jelas cocok. ”Prototipe yang ini sebenarnya masih dalam penyempurnaan,” tutur Wandee kepada Jawa Pos.

Untuk membuat sepeda motor listrik itu, banyak tantangan yang dihadapi. Dia memulainya pada Mei 2021. ”Karena ada instruksi dari Kemendikbud agar setiap SMK memiliki produk yang menjadi ikon. Ikon yang dibanggakan dan memiliki daya jual tinggi,” tuturnya.

Sebelum sepeda motor listrik, Wandee memang sudah tebersit ide membuat videotron alias media yang menampilkan video dengan menggunakan teknologi light emitting diode (LED). Sebab, hingga saat ini belum ada SMK yang memiliki spesialisasi dalam hal tersebut. 

Karena posisi SMK KAP yang berada di sekitar tempat wisata seperti Pantai Parangtritis, potensi iklan cukup besar. Videotron layak secara bisnis. ”Tapi, modal untuk membuat videotron terlalu besar. Setelah disurvei, bisa mencapai Rp 1,5 miliar untuk videotron yang ukurannya sedang,” urainya.

Pencarian produk ikon untuk SMK KAP yang ramah kantong terus dilakukan. Sekolah tersebut kemudian bekerja sama dengan PT Chikal Bakal Mandiri (CBM) untuk bisa membuat produk ikon bagi SMK KAP. ”Tapi, kesepakatan ini sifatnya umum. Belum tahu produk apa yang akan dibuat,” jelasnya.

Kerja sama dengan perusahaan tersebut merupakan anjuran dari Kemendikbud. Setiap SMK sebaiknya memiliki kerja sama dengan perusahaan yang seirama dengan bidangnya. ”Bidang mekatronika itu ada di perusahaan ini. Itu salah satu jurusan di SMK KAP,” terangnya.

Baca Juga :  Amnesty Internasional: Putusan Tragedi Paniai Menampar Wajah Korban

Dengan diskusi dari PT CBM itulah mulai tercetus sejumlah ide. Sampai akhirnya dipilih sepeda motor listrik. Kebetulan, salah seorang petinggi PT CMB bernama Dedi Swastika memberikan informasi ada rekannya yang memiliki hobi merangkai sepeda motor listrik. ”Saya main lah ke rumah Pak Deni, rekan Pak Dedi Swastika,” tuturnya.

Di sana terdapat dua sepeda motor listrik yang dinamai gen 1 dan 2. Sepeda motor listrik gen 1 itu telanjur mangkrak. ”Pak Deni menyerah dan tidak melanjutkannya. Saya minta izin untuk analisis apa masalahnya. Diizinkan,” jelasnya.

Dari sanalah dimulai proyek sepeda motor listrik SMK KAP yang terbilang cepat. Hanya dalam beberapa bulan, sepeda motor listrik sendiri selesai dibuat. Saat ini ada dua unit prototipe sepeda motor listrik di SMK KAP. 

Langkah awal analisis dilakukan Wandee bersama dua guru. ”Saya mengajak Pak Topik dan Pak Ajik. Siswa dilibatkan dalam pembuatan rangka dan pengecatan,” terangnya.

Problem pertama, baterainya perlu ditingkatkan. Akhirnya menggunakan baterai litium yang dirangkai.

Lalu, masalah selanjutnya soal dinamo penggerak roda belakang dan depan. Awalnya dapat harga tinggi di toko, bukan distributor. ”Masalah selanjutnya jig, penyetel keseimbangan rangka,” keluhnya.

Namun, semua itu mampu diatasi. Hingga kini pesanan sepeda motor listriknya mencapai 180 unit. Harga per unit Rp 15 juta. ”Saat ini sebulan baru mampu bikin dua unit,” jelas alumnus Universitas Negeri Yogyakarta yang sudah lima tahun menjadi guru di SMK KAP tersebut.

Semua apresiasi itu membuat Wandee bersemangat. Kendati sebelumnya hampir menyerah membuat sepeda motor listrik. 

Momen dia hampir angkat tangan itu berkaitan dengan statusnya sebagai guru honorer. Semua tahu berapa gaji guru dengan status demikian. Padahal, tanggung jawabnya besar: membuat sepeda motor listrik. Miris. (*/c19/ttg/JPG)

Seorang Guru Honorer dan Sepeda Motor Listrik Karyanya (1) 

Sudah ratusan pesanan masuk untuk motor listrik dengan kecepatan pengisian baterai setara ponsel karya Wandee Purnomo. Status sebagai guru honorer membuatnya hampir menyerah.

Ilham Wancoko, Bantul

JALUR yang dipilih untuk uji coba tak main-main. Tanjakan ”maut” di kawasan Bantul, Jogjakarta. 

Tanjakan yang terletak di Jalan Pleret–Pathuk itu rawan kecelakaan. Kelokannya cukup tajam. Jurang di samping tanjakan sudah bak hiasan, pelengkap kekhawatiran pengendara.

Itulah yang membuat Wandee Purnomo sempat gamang sebelum menjajal motor listrik karyanya di tanjakan yang umum disebut Tanjakan Cinomati itu. ”Takut sudah pasti, tapi harus tetap diuji coba,” tutur guru sekaligus kepala bengkel SMK Ki Ageng Pemanahan (SMK KAP), Bantul, Jogjakarta, itu menceritakan kembali kejadian tersebut kepada Jawa Pos.

Kalau tidak, tidak akan diketahui kemampuan motor tersebut. Untuk keamanan, dua rekan mengikuti Wandee dengan menggunakan sepeda motor bahan bakar bensin. Berjaga-jaga bila motor listrik yang dikendarai Wandee mogok, apalagi melorot ke belakang. 

Hari H uji coba pun tiba. Wandee melaju dengan motor listrik yang dinamai KAP itu. Menuju tanjakan maut. 

Ternyata lancar. KAP tancap gas. Kecepatannya mampu menaklukkan Cinomati. Bahkan sampai dua kali.Lega, gembira. ”Kemampuan sepeda motor listrik ini sudah aman dan layak,” urainya.

Wajar saja, spesifikasi sepeda motor listrik itu cukup gahar untuk kelasnya. Kecepatan maksimalnya mencapai 120 km. Daya baterainya 38 volt dan dalam satu pengisian baterai bisa digunakan untuk menempuh jarak sejauh 30 km. ”Sebenarnya bisa saya bikin sampai kecepatan 120 km,” tuturnya.

Namun, dengan berbagai pertimbangan, akhirnya kecepatannya diatur maksimal 80 km per jam. Adapun waktu pengisian baterainya hanya satu jam. ”Ini memang sepeda motor listrik, tapi pengisian baterai rasa handphone,” candanya.

Dengan kecepatan pengisian baterai itu, sepeda motor listrik KAP tersebut sangat cocok untuk kalangan pekerja kantoran. Yang bisa langsung mengisi baterai begitu sampai di tempat kerja. 

Baca Juga :  Lagu Yamko Rambe Yamko Asli dari Papua

Charger-nya juga portabel dan jenisnya memang dipilih yang cocok untuk stopkontak umum. ”Bentuk charger-nya kayak charger laptop,” jelasnya.

Hasil uji coba di Cinomati juga menunjukkan dinamo penggerak dua roda bekerja dengan baik. Dinamo untuk dua roda sepeda motor listrik itu diperlukan untuk memperkuat laju di tanjakan. ”Dinamo penggerak ini bergantung pada kekuatan baterai. Kalau baterai kuat, ya berapa kali pun libas saja,” jelasnya.

Penasaran akan kemampuan sepeda motor listrik KAP tersebut, Jawa Pos mencobanya secara langsung dengan berkeliling. Gasnya sangat responsif, bahkan terasa bertenaga. 

Yang bikin nyaman, joknya lebar dan empuk. Setangnya juga cukup nyaman dikendalikan.

Hanya, kalau untuk orang yang berbadan bongsor, mungkin sepeda motor listrik itu tidak bisa digunakan berboncengan. Tapi, untuk yang berbadan kurus, jelas cocok. ”Prototipe yang ini sebenarnya masih dalam penyempurnaan,” tutur Wandee kepada Jawa Pos.

Untuk membuat sepeda motor listrik itu, banyak tantangan yang dihadapi. Dia memulainya pada Mei 2021. ”Karena ada instruksi dari Kemendikbud agar setiap SMK memiliki produk yang menjadi ikon. Ikon yang dibanggakan dan memiliki daya jual tinggi,” tuturnya.

Sebelum sepeda motor listrik, Wandee memang sudah tebersit ide membuat videotron alias media yang menampilkan video dengan menggunakan teknologi light emitting diode (LED). Sebab, hingga saat ini belum ada SMK yang memiliki spesialisasi dalam hal tersebut. 

Karena posisi SMK KAP yang berada di sekitar tempat wisata seperti Pantai Parangtritis, potensi iklan cukup besar. Videotron layak secara bisnis. ”Tapi, modal untuk membuat videotron terlalu besar. Setelah disurvei, bisa mencapai Rp 1,5 miliar untuk videotron yang ukurannya sedang,” urainya.

Pencarian produk ikon untuk SMK KAP yang ramah kantong terus dilakukan. Sekolah tersebut kemudian bekerja sama dengan PT Chikal Bakal Mandiri (CBM) untuk bisa membuat produk ikon bagi SMK KAP. ”Tapi, kesepakatan ini sifatnya umum. Belum tahu produk apa yang akan dibuat,” jelasnya.

Kerja sama dengan perusahaan tersebut merupakan anjuran dari Kemendikbud. Setiap SMK sebaiknya memiliki kerja sama dengan perusahaan yang seirama dengan bidangnya. ”Bidang mekatronika itu ada di perusahaan ini. Itu salah satu jurusan di SMK KAP,” terangnya.

Baca Juga :  Pencarian Pilot Susi Air Dipusatkan di Nduga

Dengan diskusi dari PT CBM itulah mulai tercetus sejumlah ide. Sampai akhirnya dipilih sepeda motor listrik. Kebetulan, salah seorang petinggi PT CMB bernama Dedi Swastika memberikan informasi ada rekannya yang memiliki hobi merangkai sepeda motor listrik. ”Saya main lah ke rumah Pak Deni, rekan Pak Dedi Swastika,” tuturnya.

Di sana terdapat dua sepeda motor listrik yang dinamai gen 1 dan 2. Sepeda motor listrik gen 1 itu telanjur mangkrak. ”Pak Deni menyerah dan tidak melanjutkannya. Saya minta izin untuk analisis apa masalahnya. Diizinkan,” jelasnya.

Dari sanalah dimulai proyek sepeda motor listrik SMK KAP yang terbilang cepat. Hanya dalam beberapa bulan, sepeda motor listrik sendiri selesai dibuat. Saat ini ada dua unit prototipe sepeda motor listrik di SMK KAP. 

Langkah awal analisis dilakukan Wandee bersama dua guru. ”Saya mengajak Pak Topik dan Pak Ajik. Siswa dilibatkan dalam pembuatan rangka dan pengecatan,” terangnya.

Problem pertama, baterainya perlu ditingkatkan. Akhirnya menggunakan baterai litium yang dirangkai.

Lalu, masalah selanjutnya soal dinamo penggerak roda belakang dan depan. Awalnya dapat harga tinggi di toko, bukan distributor. ”Masalah selanjutnya jig, penyetel keseimbangan rangka,” keluhnya.

Namun, semua itu mampu diatasi. Hingga kini pesanan sepeda motor listriknya mencapai 180 unit. Harga per unit Rp 15 juta. ”Saat ini sebulan baru mampu bikin dua unit,” jelas alumnus Universitas Negeri Yogyakarta yang sudah lima tahun menjadi guru di SMK KAP tersebut.

Semua apresiasi itu membuat Wandee bersemangat. Kendati sebelumnya hampir menyerah membuat sepeda motor listrik. 

Momen dia hampir angkat tangan itu berkaitan dengan statusnya sebagai guru honorer. Semua tahu berapa gaji guru dengan status demikian. Padahal, tanggung jawabnya besar: membuat sepeda motor listrik. Miris. (*/c19/ttg/JPG)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya