Saturday, April 20, 2024
30.7 C
Jayapura

Lagu Yamko Rambe Yamko Asli dari Papua

*Berasal Dari Tiga Suku di Lembah Grime 

JAYAPURA-Seniman Senior Lembah Grime, Yan Petrus Tegai mengungkapkan bahwa lagu Yamko Rambe Yamko yang selama ini viral merupakan lagu asli milik dan hak serta jati diri masyarakat di tanah Papua yang berasal dari Lembah Grime, Kabupaten Jayapura. Berasal dari tiga suku yaitu Namlong, Gresi, dan Kemtuk.

Seniman Senior Lembah Grime, Yan Petrus Tegai, Ondoafi Sarmai-Namlong Lembah Grime, Jimmy Yaung, Pemerhati Budaya Sekaligus Musisi Senior Papua, Robby Kbarek PNG, saat berdiskusi dengan Wartawan Suara Papua, Arnold Belau, usai kegiatan webiner tentang Asal Muasal lagu Yamko Rambe Yamko di PLI Waena, Distrik Heram, Rabu (15/7) malam. (FOTO: Yewen/Cepos)

“Kami tiga suku besar di Lembah Grime, Yamko Rambe Yamko merupakan lagu kami. Lagu bahasa ibu kami,” ungkap Yan Tegai kepada Cenderawasih Pos usai melaksanakan webiner tentang asal usul lagu Yamko Rambe Yamko di Papua Language Institute (PLI) Waena Distrik Heram Kota Jayapura, Rabu (15/7).

Dikatakan, melalui webiner ini dirinya sudah mengklaim bahwa lagu Yamko Rambe Yamko merupakan lagu dari Lembah Grime. Untuk itu, Tegai akan mengangkatnya sebagai bagian jati diri dan budaya Lembah Grime.

“Sehabis ini kami akan melakukan pengkajian ulang untuk mencoba menggali. Karena lagu ini biasa dibawa dalam acara-acara sakral dalam permainan kasep (sulap). Oleh karena itu, kalau ada orang dari lembaga lain mengatakan lagu menceritakan tentang perang sebenarnya tidak benar. Lagu ini sebenarnya pengiring permainan kasep,” jelasnya. 

Menurut Tegai, permainan kasep yang bermunculan pada tahun 1959 sampai tahun 1970-an, lagu Yamko Rambe Yamko ini sering dinyanyikan. “Namun hanya mereka yang tergabung dalam aliran permainan kasep,” tuturnya. 

Saat duduk di bangku SD, Tegai mengaku sempat diajarkan untuk menyanyikan lagu ini, tetapi bukan literatur dan kata-kata yang aslinya.

“Kami mengerti tentang apa yang dimaksud dengan lagu ini. Cuma kami dilarang oleh orang-orang tua kami, karena syair atau kata-katanya hampir bernilai sakral. Kata-katanya bisa mengundang roh kasep ini datang,” bebernya.

Baca Juga :  Kumpulkan Data, TNI- Polri Terjunkan Tim ke Ilaga

Dalam rilik lagu Yamko Rambe Yamko ini, menurut Tegai sebagian liriknya ada bahasa Kemtuk. Sebagian lagi menggunakan bahasa Namblong, dan sebagian menggunakan bahasa Klesi. Sesuai dengan apa yang disampaikan oleh roh kasep kepada pemimpin kasep tersebut.

“Dia akan sampaikan Yamko berarti roh ini dari Namblong. Ada juga dia sampaikan Rambe berarti ini dari Klesi yang disampaikan bahwa ini hanya permainan, Yamko Namlong lagi. Agona dari Kemtuk, Agona Kombe ibuku dan ibumu. Jadi ini lagu percampuran dari tiga suku ini,” jelasnya.

Tegai menegaskan siap bertanggung jawab. Bahkan dalam beberapa hari kedepan pihaknya akan membentuk tim dan mencoba mengkaji dan mendalami kembali. “Kami akan coba seminarkan dan mengesahkan secara adat serta disampaikan ke publik,” pungkasnya. 

Senada dengan itu, Ondoafi Sarmai-Namlong Lembah Grime, Jimmy Yaung mengatakan, dirinya suka mempelajari bahasa dari Lembah Grime. Dirinya juga mempelajari dan mencoba menelusuri bahasa yang digunakan dalam lagu Yamko Rambe Yamko. Untuk itu, Jimmy yaung mengaku sudah berkeliling Papua untuk menelusuri lirik lagu ini. 

“Jalan Tuhan, datanglah para seniman dari Papua ini baru nyambung bahwa ini merupakan bahasa dari Lembah Grime. Untuk itu, perlu ditinjau kembali,” tandasnya.

Saat dirinya bersama seniman Papua menerjemahkan bahasa dalam lagu ini, ternyata asal usul lagu Yamko Rambe Yamko mulai ramai dipertanyakan di media sosial. “Sebenarnya kami sudah mulai terjemahkan bahasa dalam lagu ini sesuai dengan tiga bahasa dari 3 suku di Lembah Grime dan dari hasil terjemahkan ternyata ini bahasa kita,” tegasnya.

Yaung menyatakan, lagu Yamko Rambe Yamko ini merupakan bahasa ibu dari Lembah Grime. “Untuk itu, perlu ada tindak lanjut dari Dewan Kesenian untuk meninjau kembali, sehingga jangan lagu ini tidak punya posisi atau daerah yang mempunyai bahasa ini,” tambahnya. 

Baca Juga :  Menko Airlangga Optimis Ekonomi Tumbuh 7-8 Persen pada Kuartal II

Di tempat yang sama Pemerhati Budaya Sekaligus Musisi Senior Papua, Robby Kbarek PNG menjelaskan, untuk asal usul lagu Yamko Rambe Yamko ini, dirinya sendiri berjalan untuk mencari. Setelah di Kemtuk, dirinya mendapat informasi bahwa ini lagu milik Lembah Grime. Namun diakuinya ada khas bahasa yang sedikit mengalami perubahan. 

Mungkin secara teoritis musik bisa dipertanggungjawabkan atau yang biasa disebut dengan perubahan diafon. Kami sudah membedah lagu ini secara baik dan kami sudah dapat sebagian besar. Cuma kita harus melakukan salah satu yang menjadi tradisi kita yaitu  harus izin secara adat,” ucapnya.

Selain secara adat,  kajian secara ilmiah juga akan dilakukan. “Sehingga ketika kita sudah mendapatkan hasil, maka kita akan mempertanggungjawabkan kepada siapa saja, termasuk juga kita akan mempertanyakan kepada pencipta-pencipta bahwa ini ciptaan mereka,” ujarnya.

“Dari sisi pemaknaan bahasa ataupun kata-kata ada perubahan-perubahan sedikit yang akan ditulis setelah dilakukan penelitian,” sambungnya. 

Saat melakukan aransemen lagu-lagu dari daerah pegunungan Papua, dirinya sempat bertanya apakah lagu Yamko Rambe Yamko ini berasal dari daerah pegunungan. “Mereka menyampaikan sebagian ada kata-kata, tetapi tidak nyambung,” tuturnya.

Hal yang sama juga dilakukan ketika dirinya melakukan penelusuran ke Merauke yang selama ini disebut-sebut sebagai asal dari lagu ini. Namun Kbarek mendapat jawaban bahwa bahasanya tidak nyambung juga.

“Sampai ketika saya menggali materi di daerah Lembah Grime dan bertemu dengan Ondoafi Jimmy Yaung, beliau sampaikan bahwa sebagian besar lagu Yamko Rambe Yamko, merupakan bahasa mereka. Disitulah mulai titik terang bagi saya,” jelasnya.

Kbarek menyatakan, hal ini sebenarnya menjadi contoh. Karena sebenarnya ini merupakan lagu Papua, tetapi orang lain mengklaim dan membuat kata-kata yang orang Papua tidak mengerti. “Puji Tuhan bisa mendapatkan Petrus Tegai sebagai musisi senior di Lembah Grime dan lakukan diskusi mengenai lagu ini. Saya menyesal, karena dari Dewan Kesenian, menjastis bahwa itu memang bukan lagu kami tanpa melakukan satu kajian yang mendalam. Ini yang kami sesali,” tutupnya. (bet/nat)

*Berasal Dari Tiga Suku di Lembah Grime 

JAYAPURA-Seniman Senior Lembah Grime, Yan Petrus Tegai mengungkapkan bahwa lagu Yamko Rambe Yamko yang selama ini viral merupakan lagu asli milik dan hak serta jati diri masyarakat di tanah Papua yang berasal dari Lembah Grime, Kabupaten Jayapura. Berasal dari tiga suku yaitu Namlong, Gresi, dan Kemtuk.

Seniman Senior Lembah Grime, Yan Petrus Tegai, Ondoafi Sarmai-Namlong Lembah Grime, Jimmy Yaung, Pemerhati Budaya Sekaligus Musisi Senior Papua, Robby Kbarek PNG, saat berdiskusi dengan Wartawan Suara Papua, Arnold Belau, usai kegiatan webiner tentang Asal Muasal lagu Yamko Rambe Yamko di PLI Waena, Distrik Heram, Rabu (15/7) malam. (FOTO: Yewen/Cepos)

“Kami tiga suku besar di Lembah Grime, Yamko Rambe Yamko merupakan lagu kami. Lagu bahasa ibu kami,” ungkap Yan Tegai kepada Cenderawasih Pos usai melaksanakan webiner tentang asal usul lagu Yamko Rambe Yamko di Papua Language Institute (PLI) Waena Distrik Heram Kota Jayapura, Rabu (15/7).

Dikatakan, melalui webiner ini dirinya sudah mengklaim bahwa lagu Yamko Rambe Yamko merupakan lagu dari Lembah Grime. Untuk itu, Tegai akan mengangkatnya sebagai bagian jati diri dan budaya Lembah Grime.

“Sehabis ini kami akan melakukan pengkajian ulang untuk mencoba menggali. Karena lagu ini biasa dibawa dalam acara-acara sakral dalam permainan kasep (sulap). Oleh karena itu, kalau ada orang dari lembaga lain mengatakan lagu menceritakan tentang perang sebenarnya tidak benar. Lagu ini sebenarnya pengiring permainan kasep,” jelasnya. 

Menurut Tegai, permainan kasep yang bermunculan pada tahun 1959 sampai tahun 1970-an, lagu Yamko Rambe Yamko ini sering dinyanyikan. “Namun hanya mereka yang tergabung dalam aliran permainan kasep,” tuturnya. 

Saat duduk di bangku SD, Tegai mengaku sempat diajarkan untuk menyanyikan lagu ini, tetapi bukan literatur dan kata-kata yang aslinya.

“Kami mengerti tentang apa yang dimaksud dengan lagu ini. Cuma kami dilarang oleh orang-orang tua kami, karena syair atau kata-katanya hampir bernilai sakral. Kata-katanya bisa mengundang roh kasep ini datang,” bebernya.

Baca Juga :  Diduga Konsumsi CT, Seorang Pria Meregang Nyawa

Dalam rilik lagu Yamko Rambe Yamko ini, menurut Tegai sebagian liriknya ada bahasa Kemtuk. Sebagian lagi menggunakan bahasa Namblong, dan sebagian menggunakan bahasa Klesi. Sesuai dengan apa yang disampaikan oleh roh kasep kepada pemimpin kasep tersebut.

“Dia akan sampaikan Yamko berarti roh ini dari Namblong. Ada juga dia sampaikan Rambe berarti ini dari Klesi yang disampaikan bahwa ini hanya permainan, Yamko Namlong lagi. Agona dari Kemtuk, Agona Kombe ibuku dan ibumu. Jadi ini lagu percampuran dari tiga suku ini,” jelasnya.

Tegai menegaskan siap bertanggung jawab. Bahkan dalam beberapa hari kedepan pihaknya akan membentuk tim dan mencoba mengkaji dan mendalami kembali. “Kami akan coba seminarkan dan mengesahkan secara adat serta disampaikan ke publik,” pungkasnya. 

Senada dengan itu, Ondoafi Sarmai-Namlong Lembah Grime, Jimmy Yaung mengatakan, dirinya suka mempelajari bahasa dari Lembah Grime. Dirinya juga mempelajari dan mencoba menelusuri bahasa yang digunakan dalam lagu Yamko Rambe Yamko. Untuk itu, Jimmy yaung mengaku sudah berkeliling Papua untuk menelusuri lirik lagu ini. 

“Jalan Tuhan, datanglah para seniman dari Papua ini baru nyambung bahwa ini merupakan bahasa dari Lembah Grime. Untuk itu, perlu ditinjau kembali,” tandasnya.

Saat dirinya bersama seniman Papua menerjemahkan bahasa dalam lagu ini, ternyata asal usul lagu Yamko Rambe Yamko mulai ramai dipertanyakan di media sosial. “Sebenarnya kami sudah mulai terjemahkan bahasa dalam lagu ini sesuai dengan tiga bahasa dari 3 suku di Lembah Grime dan dari hasil terjemahkan ternyata ini bahasa kita,” tegasnya.

Yaung menyatakan, lagu Yamko Rambe Yamko ini merupakan bahasa ibu dari Lembah Grime. “Untuk itu, perlu ada tindak lanjut dari Dewan Kesenian untuk meninjau kembali, sehingga jangan lagu ini tidak punya posisi atau daerah yang mempunyai bahasa ini,” tambahnya. 

Baca Juga :  Data dari Provinsi Belum Dilimpahkan

Di tempat yang sama Pemerhati Budaya Sekaligus Musisi Senior Papua, Robby Kbarek PNG menjelaskan, untuk asal usul lagu Yamko Rambe Yamko ini, dirinya sendiri berjalan untuk mencari. Setelah di Kemtuk, dirinya mendapat informasi bahwa ini lagu milik Lembah Grime. Namun diakuinya ada khas bahasa yang sedikit mengalami perubahan. 

Mungkin secara teoritis musik bisa dipertanggungjawabkan atau yang biasa disebut dengan perubahan diafon. Kami sudah membedah lagu ini secara baik dan kami sudah dapat sebagian besar. Cuma kita harus melakukan salah satu yang menjadi tradisi kita yaitu  harus izin secara adat,” ucapnya.

Selain secara adat,  kajian secara ilmiah juga akan dilakukan. “Sehingga ketika kita sudah mendapatkan hasil, maka kita akan mempertanggungjawabkan kepada siapa saja, termasuk juga kita akan mempertanyakan kepada pencipta-pencipta bahwa ini ciptaan mereka,” ujarnya.

“Dari sisi pemaknaan bahasa ataupun kata-kata ada perubahan-perubahan sedikit yang akan ditulis setelah dilakukan penelitian,” sambungnya. 

Saat melakukan aransemen lagu-lagu dari daerah pegunungan Papua, dirinya sempat bertanya apakah lagu Yamko Rambe Yamko ini berasal dari daerah pegunungan. “Mereka menyampaikan sebagian ada kata-kata, tetapi tidak nyambung,” tuturnya.

Hal yang sama juga dilakukan ketika dirinya melakukan penelusuran ke Merauke yang selama ini disebut-sebut sebagai asal dari lagu ini. Namun Kbarek mendapat jawaban bahwa bahasanya tidak nyambung juga.

“Sampai ketika saya menggali materi di daerah Lembah Grime dan bertemu dengan Ondoafi Jimmy Yaung, beliau sampaikan bahwa sebagian besar lagu Yamko Rambe Yamko, merupakan bahasa mereka. Disitulah mulai titik terang bagi saya,” jelasnya.

Kbarek menyatakan, hal ini sebenarnya menjadi contoh. Karena sebenarnya ini merupakan lagu Papua, tetapi orang lain mengklaim dan membuat kata-kata yang orang Papua tidak mengerti. “Puji Tuhan bisa mendapatkan Petrus Tegai sebagai musisi senior di Lembah Grime dan lakukan diskusi mengenai lagu ini. Saya menyesal, karena dari Dewan Kesenian, menjastis bahwa itu memang bukan lagu kami tanpa melakukan satu kajian yang mendalam. Ini yang kami sesali,” tutupnya. (bet/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya