Kata Theo, dalam rangka hari kemerdekaan 17 Agustus 2025, pemerintahan yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto justru menitipkan luka bagi salah satu keluarga besar di Dogiyai Provinsi Papua Tengah. Theo menyebut ada beberapa anak yang tertembak.
Menurut data yang disampaikan Theo, aksi penembakan dilakukan oknum aparat militer Indonesia di Dogiyai terhadap Yuvensius Degei (14), Edion Tebai (14) dan Martinus Tebai (14) pada Minggu (10/8/2025) sekira pukul 17.00 WIT.
“Kedua korban (YD dan ET) mengalami luka tembak di bagian punggung dan tembus depan, keduanya sementara dalam keadaan kritis.
Sedangkan Martinus Tebai mengalami luka tembak di bagian paha tembus kemaluan hingga meninggal dunia di tempat kejadian,” terang Theo, sebagaimana rilis yang diterima Cenderawasih Pos, Senin (18/8).
Ia pun meminta Prabowo Subianto bertanggung jawab atas korban anak-anak di Dogiyai sebagai kado HUT ke-80 RI. Menurutnya, penembakan pada 10 Agustus 2025, terhadap anak-anak di bawah umur yang dilakukan anggota TNI di Kabupaten Dogiyai, merupakan bingkisan ulang tahun yang ke-80 dalam rangka 17 Agustus 2025.
“Hadiah ulang tahun ini merupakan bingkisan yang berharga menurut pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Probowo Subianto, namun bingkisan itu sangat menyakiti hati orang asli Papua termasuk keluarga korban,” tegasnya.
Lainnya, presiden juga gagal menasehati anggotanya yang bertugas operasi di Papua. Karena tindakan yang diakukan tidak terukur dan tidak profesional, kegagalan anggota TNI merupakan kegagalan presiden termasuk gagal melindungi masyarakat sipil orang asli Papua yang merupakan bagian dari warga negara.
“Perlakuan dan tindakan yang dilakukan aparat TNI telah menodai HUR Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Aparat TNI tidak konsisten menjaga keharmonisan hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia,” kata Theo.
Menurut Theo, TNI salah gunakan senjata dengan sangat tidak profesional dalam menjalankan tugas di Papua, karena menembak warga sipil.
Padahal, aparat yang telah ditugaskan presiden di Papua bukan untuk melawan dan menembak warga sipil atau anak-anak di bawah umur.
“Mereka (TNI) ditugaskan untuk berhadapan dengan TPNPB, herannya justru anak-anak di bawah umur ditembaki dengan senjata yang merupakan alat pertahanan negara,” bebernya.