Sementara pasca jenazah tiba di RSUD Mulia, situasi pecah setelah dilakukan dialog. Pada pukul 09.30 WIT rombongan forkopminda yakni Pj Sekda, Dandim 1714/PJ, Wakapolres tiba di halaman RSUD Mulia. Disitu disampaikan ucapan duka mendalam oleh Dandim 1714/PJ terhadap pihak keluarga disampaikan akan tetap mengedepankan jalur mediasi.
Dansatgas Yonif 753/AVT juga memberikan penjelaskan terkait kejadian tersebut yang merupakan upaya penindakan dan pembelaan diri. Setelah itu, pihak keluarga menyampaikan tuntutan yang isinya meminta ganti rugi Rp 3 Miliar dan 100 ekor babi.
Lalu meminta dilakukan penyelidikan dan memproses seluruh pelaku yang terlibat serta memfasilitasi Lembaga Bantuan Hukum terhadap masyarakat. Hanya warga sempat emosi dan situasi semakin tak terkendali hingga terjadi penyerangan.
Massa melakukan pembakaran mobil dan tak lama aparat memilih mundur dari lokasi. Satu jam kemudian setelah massa mulai tenang selanjutnya membawa jenazah ke rumah duka.
Kapendam menambahkan bahwa OPM pimpinan Teranus Enumbi dikenal kejam dan sadis. Kerap melakukan penyerangan dan menembak serta tak segan membunuh sipil dan aparat keamanan.
“Untuk Teranus Enumbi sendiri telah masuk dalam DPO Kepolisian terkait tindak pidana penyerangan aparat keamanan pada tahun 2018,” beber Candra.
Kodam lantas merilis beberapa kasus yang melibatkan Teranus yaitu pada 19 Juni 2024 melakukan penyerangan dan menembak tukang ojek atas nama Husen (39), kemudian pada 31 Mei 2024 menyerang dan menembak warga sipil atas nama Prasetyo (33), lalu 30 Mei 2024 melakukan penyerangan dan menembak tukang ojek atas nama Jainul (44) dan terakhir pada 19 Maret 2024 melakukan penyerangandan menembak serta membacok 2 aparat keamanan atas nama Sertu Ismunandar dan Serka Salim.
“Aparat TNI Polri akan terus berupaya menjaga stabilitas wilayah dengan terus melindungi dan melayani masyarakat. Sekaligus penegakan hukum tetap ditegakkan, khususnya dari gangguan OPM,” tutup Candra.
Pasca kejadian ini dilakukan pengecekan dan tercatat ada 6 unit mobil aparat keamanan yang dibakar yaitu mobil dinas Dandim, mobil dinas Wakapolres, 2 unit mobil Satgas 753/AVT, 1 truk Polres.
Sedangkan warga sipil lain ada juga yang terluka yaitu Sarifuddin (44) terkena lemparan batu di bibir, Surati (53) terkena sabetan parang di bagian wajah dan tangan serta terkena panah di bagian payudara dan Arif (45) terkena panah di bagian punggung. Disini aparat masih terus berkoordinasi dengan tokoh agama dan tokoh adat untuk kembali melanjutkan mediasi jika situasi telah kondusif.
Sementara itu, Ketua KNPI Papua, Benyamin Gurik menegaskan bahwa tiga warga yang ditembak di Puncak Jaya merupakan warga sipil di daerah tersebut. Bahkan, satu diantaranya adalah Kepala Kampung.
Benyamin menyebut Dominus Enumbi merupakan warga sipil, Pemerin Morib adalah Kepala Kampung Porbalo, Distrik Dokome, Kabupaten Puncak Jaya dan Tonda Wanimbo warga sipil asal Kampung Temu, Distrik Ilamburawi.
“Mereka ini dibantai secara brutal dan tidak berperikemanusiaan oleh Satgas TNI, hanya karena mereka diduga sebagai anggota OPM. Padahal ketiganya adalah warga sipil,” kata Benyamin kepada Cenderawasih Pos.
Menurut Benyamin, jika OPM yang ditembak warga tidak akan marah. Namun yang ditembak itu adalah warga sipil. “Jika OPM yang ditembak, masyarakat tidak pernah seprotes ini. Hanya saja, yang ditembak kali ini adalah sipil, itulah yang membuat masyarakat marah hingga melakukan pembakaran,” ucapnya.
“Yang saya sayangkan dari peristiwa penembakan terhadap sipil adalah akan timbul dendam di kemudian hari,” sambungnnya.
Ia pun berharap para pelaku dihukum seberatnya untuk menjawab keadilan dari keluarga korban. (ade/fia/tri)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS https://www.myedisi.com/cenderawasihpos