Friday, April 26, 2024
33.7 C
Jayapura

Polisi Mulai Panggil Saksi Pemukulan Dokter

JAYAPURA – Kasus penganiayaan yang menimpa seorang dokter di RSUD Jayapura ditindaklanjuti secara hukum. Pihak rumah sakit rupanya tak main – main dengan bentuk kekerasan terhadap petugas medis tersebut.

Dari laporan yang disampaikan pihak RSUD Jayapura langsung direspon Ditkrimum Polda Papua dengan melakukan pemanggilan terhadap saksi – saksi.

“Iya pihak rumah sakit sudah membuat laporan resminya dan kami telah menyiapkan pemanggilan untuk saksi – saksi,” kata Direskrimum Polda Papua Kombes Pol Faisal melalui ponselnya, Senin (18/4).

Dari pemanggilan ini nantinya dikembangkan kepada para pihak yang disebut terlibat. “Kami mulai dari saksi korban dulu,” tambah Faisal.

Sementara untuk jenazah sendiri pada Minggu (17/4) telah tiba di Jayawijaya untuk selanjutnya dimakamkan. Pihak keluarga masih tidak terima dengan kejadian kematian Ricko Elopere yang disebut merupakan korban mal praktek. Pihak keluarga masih yakin jika almarhum meninggal tak lepas dari bentuk penanganan yang tak sesuai standart yang dilakukan oleh pihak medis dalam hal ini dokter yang menangani pasien tersebut.

Baca Juga :  Penyelundupan 20 Paket Ganja dari Jayapura Digagalkan

“Jadi pasien dirujuk dari hasil pemeriksaan bahwa ia mengalami tumor dan harus dirujuk dan kami berusaha kirim ke Jayapura dengan harapan anak kami bisa sembuh namun ternyata tidak ditangani sehingga kondisinya semakin berat. Dada bengkak dan sesak nafas serta darah keluar hidung namun ia masih bisa berdiri ke kamar mandi. Ini tak lepas karena lambat penanganan,” kata Roni Elopere, keluarga almarhum.

Melihat kondisi pasien yang makin parah, kata Roni pihak keluarga sudah menyampaikan ke suster yang merawat namun ketika itu suster menyampaikan bahwa penanganan pasien adalah ranah dokter. Namun pihak keluarga terus menunggu 1 minggu lebih hingga akhirnya setelah ditangani malah meninggal.

Baca Juga :  Memerdekakan Masyarakat dari Kemiskinan dan Keterbelakangan dengan Program Pemerintah

“Kami anggap menyalahi prosedur karena saat dioperasi ternyata stok darah tidak tersedia dan trombosit pasien rendah sekali. Seharusnya ini (darah) disiapkan dulu lalu trombositnya dinormalkan dulu, bukan langsung dioperasi,” kata Roni melalui ponselnya, Senin (18/4) kemarin.

Ia menjawab, jika dokter merasa benar maka silakan buktikan. Sebab pihaknya juga mendengar bahwa jika pasien diantar ke ruang OK hanya untuk ganti selang tapi ternyata ada lubang baru.

“Dan itu nyata, ada lubang baru yang lebih besar. Setelah penindakan ketika itu ada tenaga medis datang dan menangis seraya menyampaikan bahwa pasien sudah meninggal dan ia turut berduka,” ceritanya.

“Ingat dokter juga lambat menangani pasien sehingga kondisi semakin berat, ditelepon juga marah – marah serta memberikan keterangan yang membingungkan. Mengatakan tidak dilakukan operasi tapi akhirnya mengakui melakukan operasi,” tutup Roni. (ade/nat)

JAYAPURA – Kasus penganiayaan yang menimpa seorang dokter di RSUD Jayapura ditindaklanjuti secara hukum. Pihak rumah sakit rupanya tak main – main dengan bentuk kekerasan terhadap petugas medis tersebut.

Dari laporan yang disampaikan pihak RSUD Jayapura langsung direspon Ditkrimum Polda Papua dengan melakukan pemanggilan terhadap saksi – saksi.

“Iya pihak rumah sakit sudah membuat laporan resminya dan kami telah menyiapkan pemanggilan untuk saksi – saksi,” kata Direskrimum Polda Papua Kombes Pol Faisal melalui ponselnya, Senin (18/4).

Dari pemanggilan ini nantinya dikembangkan kepada para pihak yang disebut terlibat. “Kami mulai dari saksi korban dulu,” tambah Faisal.

Sementara untuk jenazah sendiri pada Minggu (17/4) telah tiba di Jayawijaya untuk selanjutnya dimakamkan. Pihak keluarga masih tidak terima dengan kejadian kematian Ricko Elopere yang disebut merupakan korban mal praktek. Pihak keluarga masih yakin jika almarhum meninggal tak lepas dari bentuk penanganan yang tak sesuai standart yang dilakukan oleh pihak medis dalam hal ini dokter yang menangani pasien tersebut.

Baca Juga :  Bantuan Bupati RHP, Jawab Pergumulan Jemaat GIDI Elohim

“Jadi pasien dirujuk dari hasil pemeriksaan bahwa ia mengalami tumor dan harus dirujuk dan kami berusaha kirim ke Jayapura dengan harapan anak kami bisa sembuh namun ternyata tidak ditangani sehingga kondisinya semakin berat. Dada bengkak dan sesak nafas serta darah keluar hidung namun ia masih bisa berdiri ke kamar mandi. Ini tak lepas karena lambat penanganan,” kata Roni Elopere, keluarga almarhum.

Melihat kondisi pasien yang makin parah, kata Roni pihak keluarga sudah menyampaikan ke suster yang merawat namun ketika itu suster menyampaikan bahwa penanganan pasien adalah ranah dokter. Namun pihak keluarga terus menunggu 1 minggu lebih hingga akhirnya setelah ditangani malah meninggal.

Baca Juga :  APBD Tolikara Tahun 2020 Ditetapkan Rp 1,5 Triliun

“Kami anggap menyalahi prosedur karena saat dioperasi ternyata stok darah tidak tersedia dan trombosit pasien rendah sekali. Seharusnya ini (darah) disiapkan dulu lalu trombositnya dinormalkan dulu, bukan langsung dioperasi,” kata Roni melalui ponselnya, Senin (18/4) kemarin.

Ia menjawab, jika dokter merasa benar maka silakan buktikan. Sebab pihaknya juga mendengar bahwa jika pasien diantar ke ruang OK hanya untuk ganti selang tapi ternyata ada lubang baru.

“Dan itu nyata, ada lubang baru yang lebih besar. Setelah penindakan ketika itu ada tenaga medis datang dan menangis seraya menyampaikan bahwa pasien sudah meninggal dan ia turut berduka,” ceritanya.

“Ingat dokter juga lambat menangani pasien sehingga kondisi semakin berat, ditelepon juga marah – marah serta memberikan keterangan yang membingungkan. Mengatakan tidak dilakukan operasi tapi akhirnya mengakui melakukan operasi,” tutup Roni. (ade/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya