Selain itu, kata Kepsek sejumlah keluhan juga muncul dari sejumlah siswa mengenai porsi makanan yang dianggap sangat sedikit. Kendati demikian Makdalena menyebut pelaksanaan program tersebut di sekolahnya itu telah berjalan baik.
“Semuanya sudah berjalan dengan baik, keluhan kita kemarin kita sudah sampaikan kepada pihak penyedia dan hari ini (Selasa, 15 April) terbukti usulan kita sudah terjawab, anak-anak semuanya suka, tidak ada lagi yang mengeluh,” ungkapnya.
Senada disampaikan oleh Kepala SDI Kotaraja, Germanya Rosumbre kepada Cenderawasih Pos pada, Senin (14/4). Rosumbre menyebut pelaksanaan penyedia MBG oleh Badan Gizi Nasional (BGN) berjalan baik.
Namun yang menjadi catatan ungkapnya adalah beberapa menu makanan justru masih terlihat kaku. Hal ini kata Kepala sekolah dapat menimbulkan kurangnya minat makan dari anak-anak.
“Saya lihat tadi, nasinya masih keras, lauk pauk juga begitu, sayur-sayauran hanya mengunakan kacang panjang. Kemudian daging ayam yang terlihat keras tidak lembek, kalau bisa sayurnya pake sayur kuah saja,” ungkapnya.
Dua pelajar juga membenarkan bahwa sudah ada perubahan, tidak seperti hari pertama. “Sekarang sudah lumayan, tidak lagi seperti kemarin, nasinya sedikit keras begitu juga lauknya,” ungkap keduanya.
Menangapi berbagai keluhan ini, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) wilayah Abepura langsung merespon cepat. Ketua SPPG program MBG Abepura, Nurfitra mengaku kritikan tersebut merupakan masukan yang sangat penting bagi pihaknya untuk melakukan evaluasi.
“Ini menjadi masukan buat kami, karena inikan pertama kali kami buat. Sebelumnya kami uji coba itukan dalam bentuk makanan kering atau snack, untuk makanan berat inikan baru pertama kali,” kata Nurfitra kepada Cenderawasih Pos melalui telpon selulernya.
Dirinya mengaku, pihaknya masih belajar dan belum mengetahui terkait dengan sifat, karakter serta apa yang diinginkan anak-anak terhadap makanan yang disajikannya itu.
Dan kritikan dari para pelajar itu menjadi masukan yang sangat positif buatnya.
“Hari ini kami sudah memperbaiki apa yang dilakukan kemarin yang menjadi masukan-masukan dari pihak sekolah maupun lainnya,” jelasnya.
Lanjut Nurfitra mengatakan pihaknya telah berusaha keras untuk memperbaiki apa yang menjadi permasalahan tersebut. Terangnya SPPG menyediakan MBG tersebut sesuai dengan kebutuhan gizi dari setiap anak-anak.
Ia menyebut setiap anak mempunyai grammasi atau takaran gizi yang berbeda. Sebagai contoh siswa kelas l-lll dibutuhkan gizi 100 gram sementara anak kelas Vl-lV sebesar 150 gram.
“Jadi kebutuhan gizi setiap anak-anak itukan berbeda-beda. Jadi kelas l-lll itukan 100 gram, kemudian kelas Vl-lV sebesar 150 gram,” ujarnya.