Saturday, April 27, 2024
30.7 C
Jayapura

Tokoh Gereja Minta Kasus Mutilasi Diproses Secara Terbuka

JAYAPURA – Kasus pembunuhan disertai dengan mutilasi yang terjadi di Kabupaten Mimika yang melibatkan enam oknum TNI diminta segera dilakukan proses hukum.  Permintaan sekaligus kecaman terhadap aksi keji ini disampaikan oleh tokoh-tokoh Gereja di Provinsi Papua.

Dalam rilis yang diterima Cenderawasih Pos Ketua Sinode Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Wilayah 1 Papua, Pdt. Petrus Bonyadone tegas meminta peradilan hukum terhadap para pelaku dilakukan terbuka.

“Aparat yang melakukan mutilasi itu harus ditindak tegas, hukum harus ditegakkan dengan seadil-adilnya, dan terbuka, supaya masyarakat tahu dan menjadi pembelajaran masyarakat dan aparat,” tegas Pendeta Petrus, kemarin. Petrus Bonyadone mengakui jika para korban adalah jemaat GKII di Tanah Papua wilayah Timika.

“Setelah saya cek di lapangan mereka ini para korban adalah warga sipil biasa dan adalah jemaat kami, itu yang sangat kita sesalkan. Ini adalah tindakan keji dan oleh karena itu kita minta supaya proses hukum itu dilakukan secara terbuka sehingga menjadi pembelajaran juga bagi yang lain,”ucapnya lagi.

Baca Juga :  Intan Jaya Siaga Satu, Warga di Enam Kampung Mengungsi

Selain proses hukum yang adil dan terbuka, pihaknya juga meminta agar keluarga korban diperhatikan. Karena para korban meninggalkan keluarga yang tentunya ini menjadi perhatian kita bersama.

  “Kami juga minta supaya keluarga korban diperhatikan, seperti salah satu korban itu adalah kepala kampung, lantas bagaimana istri dan anak-anaknya. Ini juga yang harus kita pikirkan termasuk korban lain paling tidak keluarganya juga diberikan perhatian.

  Dirinya juga meminta kepada masyarakat dan keluarga para korban untuk tidak melakukan hal-hal yang malah membuat upaya hukum kasus ini terganggu.

“Kami dalam lingkungan gereja juga berdoa ya, dan kami sampaikan kepada masyarakat dan keluarga korban untuk tidak melakukan hal-hal yang menimbulkan keresahan. Kasus ini sementara ditangani pihak yang berwenang, apalagi sudah ada atensi dari Presiden, Panglima dan Otoritas di Mimika,” katanya.

“Kami juga minta supaya ini berjalan dengan baik dan penegakan hukum atas kasus ini bisa terbuka dan masyarakat bisa tahu bahwa ada keseriusan yang dilakukan oleh aparat untuk menegakkan hukum atas kasus ini, “ucapnya.

Baca Juga :  Jalan Darat 12 Jam, Susur Sungai 6 Jam, untuk Ambil Data

Pihaknya juga meminta kasus Mutilasi tersebut tidak dimanfaatkan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk menggiring persoalan ini menjadi keresahan di kalangan masyarakat.

Senada dengan Pdt Petrus Boniya Done, Pdt. Joop Suebu Ketua Persekutuan Gereja Gereja Jayapura (PGGJ) di Kabupaten Jayapura, turut mengecam aksi keji yang dilakukan oleh oknum aparat. Pihaknya berharap kasus tersebut bisa segera diproses hukum secara adil.

“Sebagai tokoh Gereja kami sampaikan belasungkawa yang mendalam atas para korban yang telah dimutilasi dan kami harap proses dengan seadil-adilnya bisa dilakukan terhadap para pelaku,”tegasnya.

Dirinya juga meminta agar tidak ada yang melakukan gerakan tambahan, namun mempercayakan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang.

Pihaknya juga meminta kepada kelompok yang memainkan kasus tersebut untuk kepentingan politik Papua Merdeka, agar tidak melakukan itu, namun bisa kembali untuk bersama-sama membangun Papua kearah yang lebih baik. (dil/wen)

JAYAPURA – Kasus pembunuhan disertai dengan mutilasi yang terjadi di Kabupaten Mimika yang melibatkan enam oknum TNI diminta segera dilakukan proses hukum.  Permintaan sekaligus kecaman terhadap aksi keji ini disampaikan oleh tokoh-tokoh Gereja di Provinsi Papua.

Dalam rilis yang diterima Cenderawasih Pos Ketua Sinode Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Wilayah 1 Papua, Pdt. Petrus Bonyadone tegas meminta peradilan hukum terhadap para pelaku dilakukan terbuka.

“Aparat yang melakukan mutilasi itu harus ditindak tegas, hukum harus ditegakkan dengan seadil-adilnya, dan terbuka, supaya masyarakat tahu dan menjadi pembelajaran masyarakat dan aparat,” tegas Pendeta Petrus, kemarin. Petrus Bonyadone mengakui jika para korban adalah jemaat GKII di Tanah Papua wilayah Timika.

“Setelah saya cek di lapangan mereka ini para korban adalah warga sipil biasa dan adalah jemaat kami, itu yang sangat kita sesalkan. Ini adalah tindakan keji dan oleh karena itu kita minta supaya proses hukum itu dilakukan secara terbuka sehingga menjadi pembelajaran juga bagi yang lain,”ucapnya lagi.

Baca Juga :  ASN Rajin dan Malas Akan Diberikan Reward

Selain proses hukum yang adil dan terbuka, pihaknya juga meminta agar keluarga korban diperhatikan. Karena para korban meninggalkan keluarga yang tentunya ini menjadi perhatian kita bersama.

  “Kami juga minta supaya keluarga korban diperhatikan, seperti salah satu korban itu adalah kepala kampung, lantas bagaimana istri dan anak-anaknya. Ini juga yang harus kita pikirkan termasuk korban lain paling tidak keluarganya juga diberikan perhatian.

  Dirinya juga meminta kepada masyarakat dan keluarga para korban untuk tidak melakukan hal-hal yang malah membuat upaya hukum kasus ini terganggu.

“Kami dalam lingkungan gereja juga berdoa ya, dan kami sampaikan kepada masyarakat dan keluarga korban untuk tidak melakukan hal-hal yang menimbulkan keresahan. Kasus ini sementara ditangani pihak yang berwenang, apalagi sudah ada atensi dari Presiden, Panglima dan Otoritas di Mimika,” katanya.

“Kami juga minta supaya ini berjalan dengan baik dan penegakan hukum atas kasus ini bisa terbuka dan masyarakat bisa tahu bahwa ada keseriusan yang dilakukan oleh aparat untuk menegakkan hukum atas kasus ini, “ucapnya.

Baca Juga :  Akan Jadi Bahan Evaluasi KPU

Pihaknya juga meminta kasus Mutilasi tersebut tidak dimanfaatkan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk menggiring persoalan ini menjadi keresahan di kalangan masyarakat.

Senada dengan Pdt Petrus Boniya Done, Pdt. Joop Suebu Ketua Persekutuan Gereja Gereja Jayapura (PGGJ) di Kabupaten Jayapura, turut mengecam aksi keji yang dilakukan oleh oknum aparat. Pihaknya berharap kasus tersebut bisa segera diproses hukum secara adil.

“Sebagai tokoh Gereja kami sampaikan belasungkawa yang mendalam atas para korban yang telah dimutilasi dan kami harap proses dengan seadil-adilnya bisa dilakukan terhadap para pelaku,”tegasnya.

Dirinya juga meminta agar tidak ada yang melakukan gerakan tambahan, namun mempercayakan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang.

Pihaknya juga meminta kepada kelompok yang memainkan kasus tersebut untuk kepentingan politik Papua Merdeka, agar tidak melakukan itu, namun bisa kembali untuk bersama-sama membangun Papua kearah yang lebih baik. (dil/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya