Pemerintah Diingatkan Soal Daya Dukung Lingkungan
JAYAPURA – Belakangan ini Papua terkhususnya Kota Jayapura diguyur hujan dengan intensitas tinggi, akibatnya dibeberapa tempat terjadi banjir dan tanah longsor.Untuk itu Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) wilayah V Jayapura terus menghimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada mengingat Papua masih berada dalam zona musim penghujan.
Memperjelaskan himbauan tersebut, akademis Teknik Geofisika Universitas Cenderawasih, Dr. Noper Tulak, M.Sc menyebutkan bahwa Kota Jayapura merupakan wilayah dengan kondisi topografi yang kompleks berada di kawasan pesisir dan perbukitan terjal.Kondisi ini menurut Noper rentan terhadap berbagai bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor. Curah hujan ekstrem yang dipengaruhi dinamika atmosfer regional, serta fenomena global seperti La Niña dapat meningkatkan aliran permukaan dan debit sungai.
Sebagai contoh dosen Geofisika itu mengatakan, ketika hujan turun dengan intensitas tinggi dalam waktu singkat saja, air dari perbukitan di Distrik Abepura, Jayapura Selatan, dan Heram dapat langsung mengalir ke dataran rendah yang padat penduduk sehingga risiko banjir akan meningkat.
Hujan harian dengan akumulasi kurang lebih (≥) 100 mm di sebagian kawasan Jayapura menjadi peringatan serius, karena dapat memicu genangan, hingga banjir bandang. Selain itu, hujan dengan intensitas 10–20 mm/jam dalam durasi beberapa jam saja, juga dapat berpotensi memunculkan bencana jika saturasi tanah atau kondisi drainase buruk.
Sebutnya, curah hujan ekstrem sering dianggap sebagai penyebab utama terjadinya banjir atau bencana hidrometeorologi lainnya. Namun, pada kenyataannya curah hujan yang tinggi tidak selalu berujung pada bencana.
“Dampak dari hujan ekstrem sangat bergantung pada kondisi lingkungan, kapasitas infrastruktur, serta kesiapsiagaan dalam mengelola risiko alam. Perubahan tata guna lahan, serta berkurangnya area resapan air berpeluang menimbulkan genangan air serta banjir,” jelasnya