Saturday, April 27, 2024
33.7 C
Jayapura

Perdamaian di Tanah Papua Membutuhkan Suara Korban

JAYAPURA-Pembela HAM, Theo Hesegem mengatakan, kunjungan Presiden dan Wapres ke Papua merupakan hal yang biasa. Sebab, dalam kunjungan itu tidak pernah melibatkan orang-orang yang berbeda pandangan politik. Selalu saja melibatkan orang-orang yang sama Pandangan Indonesia harga mati.

“Kemarin (saat pertemuan di kantor gubernur papua-red), Wapres telah mengundang pemerhati HAM. Namun tidak mengundang korban dan keluarga korban pelanggaran HAM di tanah Papua. Sedangkan kita ketahui, bahwa perdamaian di tanah Papua membutuhkan suara korban,” ucap Theo.

Menurut Theo, impian Wapres, akan menciptakan perdamaian di tanah Papua hanya mimpi siang bolong, kalau tidak ada kesepakatan perdamaian antata kedua pihak bihak.

“Mungkin Wapres mengangap masalah Papua hanya bisa selesaikan oleh tokoh gereja 15 orang dan beberapa pegiat HAM, sehingga beberapa orang saja yang diundang. Padahal, perdamaian membutuhkan kesepakatan korban pelanggaran HAM, pihak yang bertikai dalam hal ini TNI-Polri dan TPNPB,” bebernya.

Baca Juga :  Jurnalis Cenderawasih Pos Alami Kekerasan Verbal

Menurut Theo, perdamaian kapan saja bisa dilakukan apa bila kedua bela pihak berkonflik bersepakat melakukan gencatan senjata. Cita cita untuk melakukan perdamaian di tanah Papua, yang diharapakan Wapres  Ma’ruf Amin memang harus disetujui oleh kedua belah pihak.

Sebab lanjut Theo, sampai hari ini konflik dan kekerasan menimbulkan kondisi yang tidak menyenangkan bagi kedua belah pihak. Terutama bagi pihak yang mengalami kekalahan.

“Konflik dan kekerasan yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa serta hancurnya harta benda dikedua belah pihak yang bertikai. Oleh karena itu, perdamaian menjadi hal yang sangat penting dalam dinamika kehidupan sosial. Perdamaian merupakan istilah yang merujuk pada suatu kondisi yang tenang, tidak adanya kekerasan, harmoni, keamanan, kerukunan, keserasian, dan adanya saling pengertian di masyarakat,” bebernya.

Baca Juga :  Pemprov Minta ASN Tak Mudah Terprovokasi

Dikatakan Theo, setiap manusia pasti mengharapkan kedamaian dan rasa aman, baik secara fisik maupun jiwa dalam hidupnya. Namun, dalam memahami perdamaian, perdamaian bukan saja dinilai sebagai sebuah kondisi atau keadaan tanpa peperangan. (fia/wen)

JAYAPURA-Pembela HAM, Theo Hesegem mengatakan, kunjungan Presiden dan Wapres ke Papua merupakan hal yang biasa. Sebab, dalam kunjungan itu tidak pernah melibatkan orang-orang yang berbeda pandangan politik. Selalu saja melibatkan orang-orang yang sama Pandangan Indonesia harga mati.

“Kemarin (saat pertemuan di kantor gubernur papua-red), Wapres telah mengundang pemerhati HAM. Namun tidak mengundang korban dan keluarga korban pelanggaran HAM di tanah Papua. Sedangkan kita ketahui, bahwa perdamaian di tanah Papua membutuhkan suara korban,” ucap Theo.

Menurut Theo, impian Wapres, akan menciptakan perdamaian di tanah Papua hanya mimpi siang bolong, kalau tidak ada kesepakatan perdamaian antata kedua pihak bihak.

“Mungkin Wapres mengangap masalah Papua hanya bisa selesaikan oleh tokoh gereja 15 orang dan beberapa pegiat HAM, sehingga beberapa orang saja yang diundang. Padahal, perdamaian membutuhkan kesepakatan korban pelanggaran HAM, pihak yang bertikai dalam hal ini TNI-Polri dan TPNPB,” bebernya.

Baca Juga :  Polisi Ungkap Penyebab Terbakarnya 13 Unit Mobil

Menurut Theo, perdamaian kapan saja bisa dilakukan apa bila kedua bela pihak berkonflik bersepakat melakukan gencatan senjata. Cita cita untuk melakukan perdamaian di tanah Papua, yang diharapakan Wapres  Ma’ruf Amin memang harus disetujui oleh kedua belah pihak.

Sebab lanjut Theo, sampai hari ini konflik dan kekerasan menimbulkan kondisi yang tidak menyenangkan bagi kedua belah pihak. Terutama bagi pihak yang mengalami kekalahan.

“Konflik dan kekerasan yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa serta hancurnya harta benda dikedua belah pihak yang bertikai. Oleh karena itu, perdamaian menjadi hal yang sangat penting dalam dinamika kehidupan sosial. Perdamaian merupakan istilah yang merujuk pada suatu kondisi yang tenang, tidak adanya kekerasan, harmoni, keamanan, kerukunan, keserasian, dan adanya saling pengertian di masyarakat,” bebernya.

Baca Juga :  Rencanakan Kembalikan Masyarakat Kiwirok, Danrem Jo Sembiring Pimpin Patroli

Dikatakan Theo, setiap manusia pasti mengharapkan kedamaian dan rasa aman, baik secara fisik maupun jiwa dalam hidupnya. Namun, dalam memahami perdamaian, perdamaian bukan saja dinilai sebagai sebuah kondisi atau keadaan tanpa peperangan. (fia/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya