Sunday, April 28, 2024
30.7 C
Jayapura

Cuaca Ekstrim, Serui Diterjang Banjir dan Longsor

JAYAPURA-Hujan dengan intensitas sangat tinggi yang mengguyur Kabupaten Kepulauan Yapen, Selasa (14/9) kemarin dari pukul 05.30 WIT hingga pukul 10.00 WIT., mengakibatkan banjir dan longsor di sejumlah lokasi di Serui ibukota Kabupaten Kepulauan Yapen.

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Papua, Welliam R. Manderi dalam laporannya yang diterima Cenderawasih Pos menyebutkan dua kelurahan di Distrik Yapen Selatan yang mengalami banjir yang cukup parah.

“Di Kelurahan Serui Kota yang terkena banjir antara lain Kampung Imandoa, Kampung Manaini, Kampung Rawa Gang 1 dan Kampung Cina Tua. Sementara di Kelurahan Tarau, yang mengalami banjir Kampung Bawai,” ungkap Manderi dalam laporan yang diterima Cenderawasih Pos, kemarin (14/9). 

Sementara itu, berdasarkan hasil pengamatan curah hujan pada Stasiun Meteorologi Serui, data curah hujan tertakar ialah 179 mm dalam kurun waktu kurang lebih 3 jam. Kondisi cuaca tersebut termasuk dalam hujan ekstrim. 

Ezri Rumsumbre, S.Si. ( FOTO: Ezri For Cepos)

 “Secara klimatologis, pola hujan di Kabupaten Kepulauan Yapen masuk dalam wilayah Non Zona Musim (wilayah yang tidak memiliki perbedaan jelas antara musim hujan dan musim kemarau). Hujan cenderung turun merata sepanjang tahun, dengan puncak hujan umumnya terjadi dua kali setahun yakni pada bulan Maret dan Bulan September,”ungkap Kepala BMKG Wilayah V Jayapura Cahyo Nugroho, SE.,S.Si.,melalui Kepala Sub Bidang Pelayanan Jasa Ezri Rumsumbre, S.Si.,Selasa (14/9)kemarin.

Dijelaskan, kejadian ini merupakan tipe hujan equatorial dimana suatu wilayah memiliki dua puncak musim hujan dalam setahun tepatnya, ketika posisi matahari berada dekat dengan equator.

Baca Juga :  Sempat Balas Tembakan, Lima KKB Terkapar di Kali

Dengan demikian, pada bulan September, frekuensi kejadian hujan di Kabupaten Kepulauan Yapen akan meningkat, karena merupakan salah satu puncak hujan tahunannya.

Hasil analisis dinamika atmosfer tanggal 13 September 2021 juga menunjukkan bahwa suhu muka laut di wilayah utara Papua cukup hangat dan terbentuk daerah pumpunan angin di sekitar wilayah Teluk Cenderawasih. Kondisi inilah yang berkontribusi terhadap pembentukan awan-awan hujan terutama awan konvektif yang menyebabkan hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat.

Untuk prospek cuaca sepekan ke depan hingga tanggal 19 September 2021, kondisi cuaca di wilayah Papua bagian utara secara umum dan Kabupaten Kepulauan Yapen umumnya diperkirakan berawan hingga hujan ringan, namun masih terdapat peluang kejadian hujan dengan intensitas sedang-lebat yang umumnya terjadi pada malam dan dini hari.

  “Kami tetap mengimbau masyarakat untuk selalu memperhatikan kondisi lingkungan tempat tinggal. Tetap waspada apabila terjadi hujan lebat dengan durasi lebih lama. Mengingat  secara klimatologis, bulan September merupakan salah satu puncak hujan di Kab Kepulauan Yapen,” jelasnya.

Selain di Serui, banjir juga dilaporkan terjadi di Kabupaten Nabire. Akibat hujan lebat disertai angin kencang yang terjadi pada pukul 23.55 WIT mengakibatkan meluapnya Kali Wanggar dan Yaro sehingga membuat beberapa pemukiman terendam banjir.  Beberapa Rumah terendam tetapi belum ada laporan korban jiwa terjadi di Kecamatan Yaro,  Kampung Yaro 1 dan Yaro 2.

Baca Juga :  Mendagri Ingatkan Jangan Alergi dengan Investor 

Adapun analisis cuaca sementara Kondisi suhu muka laut yang hangat dan Anomali SST bernilai +1.0 s/d +3.0 °C sehingga terdapat potensi penguapan (penambahan massa uap air) di sekitar wilayah Teluk Cendrawasih. Kondisi kelembaban udara signifikan pada lapisan permukaan hingga 500 mb berkisar antara 70% s.d 90%. 

Dari Analisis Angin Lapisan 3000 ft adanya massa udara bergerak dari arah timur hingga selatan  bergerak menuju wilayah Papua bagian barat melewati di atas wilayah Papua bagian tengah dan adanya pola konvergensi di atas wilayah Papua bagian tengah. Sehingga adanya potensi pertumbuhan awan-awan konvektif. MJO berada pada Kuadran III, berkontribusi terhadap proses pembentukkan awan hujan di Indonesia. 

Dari citra satelit terdapat pertumbuhan awan konvektif di wilayah Nabire. Kondisi labilitas udara wilayah Nabire  berada pada kategori labil.

“Peringatan dini untuk daerah Nabire dikeluarkan oleh Stsasiun Meteorologi Nabire sebelum kejadian adalah sebanyak 3 kali dalam grup sosial media baik whatsApp dan Telegram yang berisikan para stakeholder yang terkait. Pada Tanggal 13 September 2021 Pukul 20.05 WIT dan Pukul 23.55 WIT serta Pada Tanggal 14 September 2021 Pukul 05.40 WIT,” tutur Ezri Rumsumbre. (dil/nat) 

JAYAPURA-Hujan dengan intensitas sangat tinggi yang mengguyur Kabupaten Kepulauan Yapen, Selasa (14/9) kemarin dari pukul 05.30 WIT hingga pukul 10.00 WIT., mengakibatkan banjir dan longsor di sejumlah lokasi di Serui ibukota Kabupaten Kepulauan Yapen.

Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Papua, Welliam R. Manderi dalam laporannya yang diterima Cenderawasih Pos menyebutkan dua kelurahan di Distrik Yapen Selatan yang mengalami banjir yang cukup parah.

“Di Kelurahan Serui Kota yang terkena banjir antara lain Kampung Imandoa, Kampung Manaini, Kampung Rawa Gang 1 dan Kampung Cina Tua. Sementara di Kelurahan Tarau, yang mengalami banjir Kampung Bawai,” ungkap Manderi dalam laporan yang diterima Cenderawasih Pos, kemarin (14/9). 

Sementara itu, berdasarkan hasil pengamatan curah hujan pada Stasiun Meteorologi Serui, data curah hujan tertakar ialah 179 mm dalam kurun waktu kurang lebih 3 jam. Kondisi cuaca tersebut termasuk dalam hujan ekstrim. 

Ezri Rumsumbre, S.Si. ( FOTO: Ezri For Cepos)

 “Secara klimatologis, pola hujan di Kabupaten Kepulauan Yapen masuk dalam wilayah Non Zona Musim (wilayah yang tidak memiliki perbedaan jelas antara musim hujan dan musim kemarau). Hujan cenderung turun merata sepanjang tahun, dengan puncak hujan umumnya terjadi dua kali setahun yakni pada bulan Maret dan Bulan September,”ungkap Kepala BMKG Wilayah V Jayapura Cahyo Nugroho, SE.,S.Si.,melalui Kepala Sub Bidang Pelayanan Jasa Ezri Rumsumbre, S.Si.,Selasa (14/9)kemarin.

Dijelaskan, kejadian ini merupakan tipe hujan equatorial dimana suatu wilayah memiliki dua puncak musim hujan dalam setahun tepatnya, ketika posisi matahari berada dekat dengan equator.

Baca Juga :  Didimus-Esau Paling Siap Dengan B1KWK

Dengan demikian, pada bulan September, frekuensi kejadian hujan di Kabupaten Kepulauan Yapen akan meningkat, karena merupakan salah satu puncak hujan tahunannya.

Hasil analisis dinamika atmosfer tanggal 13 September 2021 juga menunjukkan bahwa suhu muka laut di wilayah utara Papua cukup hangat dan terbentuk daerah pumpunan angin di sekitar wilayah Teluk Cenderawasih. Kondisi inilah yang berkontribusi terhadap pembentukan awan-awan hujan terutama awan konvektif yang menyebabkan hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat.

Untuk prospek cuaca sepekan ke depan hingga tanggal 19 September 2021, kondisi cuaca di wilayah Papua bagian utara secara umum dan Kabupaten Kepulauan Yapen umumnya diperkirakan berawan hingga hujan ringan, namun masih terdapat peluang kejadian hujan dengan intensitas sedang-lebat yang umumnya terjadi pada malam dan dini hari.

  “Kami tetap mengimbau masyarakat untuk selalu memperhatikan kondisi lingkungan tempat tinggal. Tetap waspada apabila terjadi hujan lebat dengan durasi lebih lama. Mengingat  secara klimatologis, bulan September merupakan salah satu puncak hujan di Kab Kepulauan Yapen,” jelasnya.

Selain di Serui, banjir juga dilaporkan terjadi di Kabupaten Nabire. Akibat hujan lebat disertai angin kencang yang terjadi pada pukul 23.55 WIT mengakibatkan meluapnya Kali Wanggar dan Yaro sehingga membuat beberapa pemukiman terendam banjir.  Beberapa Rumah terendam tetapi belum ada laporan korban jiwa terjadi di Kecamatan Yaro,  Kampung Yaro 1 dan Yaro 2.

Baca Juga :  Burhani: Pertanggungjawaban Dana Desa Khususunya di Nduga, Sejauh Ini Baik

Adapun analisis cuaca sementara Kondisi suhu muka laut yang hangat dan Anomali SST bernilai +1.0 s/d +3.0 °C sehingga terdapat potensi penguapan (penambahan massa uap air) di sekitar wilayah Teluk Cendrawasih. Kondisi kelembaban udara signifikan pada lapisan permukaan hingga 500 mb berkisar antara 70% s.d 90%. 

Dari Analisis Angin Lapisan 3000 ft adanya massa udara bergerak dari arah timur hingga selatan  bergerak menuju wilayah Papua bagian barat melewati di atas wilayah Papua bagian tengah dan adanya pola konvergensi di atas wilayah Papua bagian tengah. Sehingga adanya potensi pertumbuhan awan-awan konvektif. MJO berada pada Kuadran III, berkontribusi terhadap proses pembentukkan awan hujan di Indonesia. 

Dari citra satelit terdapat pertumbuhan awan konvektif di wilayah Nabire. Kondisi labilitas udara wilayah Nabire  berada pada kategori labil.

“Peringatan dini untuk daerah Nabire dikeluarkan oleh Stsasiun Meteorologi Nabire sebelum kejadian adalah sebanyak 3 kali dalam grup sosial media baik whatsApp dan Telegram yang berisikan para stakeholder yang terkait. Pada Tanggal 13 September 2021 Pukul 20.05 WIT dan Pukul 23.55 WIT serta Pada Tanggal 14 September 2021 Pukul 05.40 WIT,” tutur Ezri Rumsumbre. (dil/nat) 

Berita Terbaru

Artikel Lainnya