Sunday, April 28, 2024
27.7 C
Jayapura

Dua Kampung Sepakat Berdamai

SEPAKAT DAMAI: Kepala Suku Perang Kampung Wuka Hlapok, Lukas Wuka dan Kepala Suku Perang Kampung Meagama, Simeon Elopere saat menandatangani surat pernyataan bersama di hadapan Kapolres Jayawijaya, AKBP. Dominggus Rumaropen dan tokoh agama, di Mapolres Jayawijaya, Sabtu (26/9).  ( FOTO: Denny/ Cepos )

WAMENA-Dua kampung yang terlibat pertikaian yaitu Kampung Wuka Hilapok, Distrik Pelabaga dan Kampung Meagama, Distrik Hubikosi, Kabupaten Jayawijaya, kembali sepakat untuk berdamai. 

Perdamaian ini terkait dengan aksi bentrok yang sempat terjadi kembali, Kamis (10/9) dan Jumat (11/9) lalu. Kedua kelompok ini sepakat berdamai dan tidak ada lagi denda adat. Sebab pelaku pembakaran honai kosong di wilayah kampung Meagama dan honai milik korban Jhon Meaga hingga saat ini tak diketahui oleh masing -masing pihak.

Pembakaran honai kosong tersebut, sempat mengakibatkan warga Kampung Meagama menyerang Kampung Wuka Hilapok lantaran curiga pembakaran tersebut dilakukan oleh warga dari Kampung Wuka Hilapok. Namun pembakaran honai kosong itu, dibantah oleh warga Kampung Wuka Hilapok. 

Mereka menyebutkan melihat tiga orang yang tidak diketahui datang memancing suasana konflik lalu kembali dan membakar honai kosong di wilayah Meagama.

Provokasi dari orang tak dikenal kembali terjadi dimana dua orang tak dikenal mengendarai sepeda motor dan membakar honai milik Jhon Meaga. Kedua orang ini tidak dikenal oleh warga dari kampung Meagama dan Wuka Hilapok. 

Terkait hal ini, Polres Jayawijaya kembali memediasi kedua kelompok agar tidak saling tuduh dan saling serang. Karena saat ini ada provokator yang ingin dua kelompok ini kembali berperang. Untuk itu, kedua kelompok ini sepakat mengakhiri perang dan menarik semua masanya serta menandatangai surat pernyataan.

Baca Juga :  Banyak Bahasa Daerah di Papua Telah Punah

Kepala Suku Perang Kampung Wuka Hilapok, Lukas Wuka mengaku dirinya bersama warganya tak ingin lagi ada perang. Oleh karena itu ia menyatakan perang berakhir dan akan menarik semua massanya untuk kembali ke kampung masing-masing. Dirinya juga tak pernah memerintahkan massanya untuk melakukan pembakaran honai. 

“Kalau menurut adat, kita tak bisa menyuruh 2-3 orang untuk turun bakar honai. Itu salahi aturan adat. Kalau mau makar kita semua akan turun menyerang. Oleh karena itu yang bakar honai di kampung Meagama bukan kami dan kami sudah sepakat menghentikan perang dan akan menarik massa kami,”bebernya.

Hal senada juga disampaikan Kepala Suku Perang dari Kampung Meagama, Simeon Elopere. Dirinya menegaskan bahwa perang tak akan berlanjut dan telah diakhiri Sabtu (12/9). 

“Kami sudah sepakat dan hari ini kami nyatakan perang berakhir. Semua massa akan kembali ke kampungnya tak ada lagi saling jaga menjaga satu dengan lainnya. Semua masalah yang terjadi kita serahkan kepada Tuhan,” tutupnya.

Sementara itu, Kapolres Jayawijaya AKBP. Dominggus Rumaropen mengatakan, sejak bentrok kembali pecah pihaknya melakukan pengamanan untuk melerai kedua belah kelompok. Selain itu, Polres Jayawijaya  mengedepankan pola negosiasi dan pendekatan kepada kedua belah pihak terutama kepada tokoh -tokoh pemimpin di dua kampong yang terlibat bentrok. “Kita sudah sepakat sejak Jumat, jika Sabtu ini melakukan pertemuan di Polres. Terima kasih dua belah pihak bisa sepakat hari ini untuk menepati janjinya untuk dimediasi,” tuturnya.

Baca Juga :  Kapolda Geram, Pendemo HAM di Nabire Lakukan Rudapaksa

Dikatakan, dari hasil komunikasi dengan kedua kubu, ternyata yang membakar honai tidak diketahui oleh kedua belah pihak. Pelaku pembakaran honai menurut Rumaropen, sampai saat ini tak diketahui. Termasuk pembakaran honai milik Jhon Meagama yang diduga dilakukan dua orang tak dikenal. 

“Kalau mau dituduhkan ke Pelebaga tidak mungkin karena jaraknya cukup jauh. Sehingga setelah dialog masyarakat bisa mengukur sendiri bahwa ternyata ada kekeliruan untuk mengambil langkah sehingga sepakat untuk mengakhiri perang karena hanya memperpanjang penderitaan dua kelompok ini,” ujarnya.

Kedua kelompok ini, lanjut Rumaropen mempunya kebutuhan di kota Wamena. Dimana setiap beraktivitas harus di kota Wamena. Selain itu, warga dari dua kampung ini juga ada bermukim di Wamena, sehingga dikhawatirkan konflik akan merembet ke Wamena. 

“Saya terima kasih karena kedua kelompok sudah sepakat mengakhiri perang. Terima kasih juga kepada seluruh anggota Polres Jayawijaya dan Brimob yang jatuh bangun menjaga keamanan di perbatasan dua kampung tersebut. Ini merupakan bentuk pelayanan dari kepolisian kepada masyarakat Jayawijaya yang kita cintai,” tutupnya. (jo/nat)

SEPAKAT DAMAI: Kepala Suku Perang Kampung Wuka Hlapok, Lukas Wuka dan Kepala Suku Perang Kampung Meagama, Simeon Elopere saat menandatangani surat pernyataan bersama di hadapan Kapolres Jayawijaya, AKBP. Dominggus Rumaropen dan tokoh agama, di Mapolres Jayawijaya, Sabtu (26/9).  ( FOTO: Denny/ Cepos )

WAMENA-Dua kampung yang terlibat pertikaian yaitu Kampung Wuka Hilapok, Distrik Pelabaga dan Kampung Meagama, Distrik Hubikosi, Kabupaten Jayawijaya, kembali sepakat untuk berdamai. 

Perdamaian ini terkait dengan aksi bentrok yang sempat terjadi kembali, Kamis (10/9) dan Jumat (11/9) lalu. Kedua kelompok ini sepakat berdamai dan tidak ada lagi denda adat. Sebab pelaku pembakaran honai kosong di wilayah kampung Meagama dan honai milik korban Jhon Meaga hingga saat ini tak diketahui oleh masing -masing pihak.

Pembakaran honai kosong tersebut, sempat mengakibatkan warga Kampung Meagama menyerang Kampung Wuka Hilapok lantaran curiga pembakaran tersebut dilakukan oleh warga dari Kampung Wuka Hilapok. Namun pembakaran honai kosong itu, dibantah oleh warga Kampung Wuka Hilapok. 

Mereka menyebutkan melihat tiga orang yang tidak diketahui datang memancing suasana konflik lalu kembali dan membakar honai kosong di wilayah Meagama.

Provokasi dari orang tak dikenal kembali terjadi dimana dua orang tak dikenal mengendarai sepeda motor dan membakar honai milik Jhon Meaga. Kedua orang ini tidak dikenal oleh warga dari kampung Meagama dan Wuka Hilapok. 

Terkait hal ini, Polres Jayawijaya kembali memediasi kedua kelompok agar tidak saling tuduh dan saling serang. Karena saat ini ada provokator yang ingin dua kelompok ini kembali berperang. Untuk itu, kedua kelompok ini sepakat mengakhiri perang dan menarik semua masanya serta menandatangai surat pernyataan.

Baca Juga :  Terima Pengembalian Kerugian Negara Rp 300 Juta

Kepala Suku Perang Kampung Wuka Hilapok, Lukas Wuka mengaku dirinya bersama warganya tak ingin lagi ada perang. Oleh karena itu ia menyatakan perang berakhir dan akan menarik semua massanya untuk kembali ke kampung masing-masing. Dirinya juga tak pernah memerintahkan massanya untuk melakukan pembakaran honai. 

“Kalau menurut adat, kita tak bisa menyuruh 2-3 orang untuk turun bakar honai. Itu salahi aturan adat. Kalau mau makar kita semua akan turun menyerang. Oleh karena itu yang bakar honai di kampung Meagama bukan kami dan kami sudah sepakat menghentikan perang dan akan menarik massa kami,”bebernya.

Hal senada juga disampaikan Kepala Suku Perang dari Kampung Meagama, Simeon Elopere. Dirinya menegaskan bahwa perang tak akan berlanjut dan telah diakhiri Sabtu (12/9). 

“Kami sudah sepakat dan hari ini kami nyatakan perang berakhir. Semua massa akan kembali ke kampungnya tak ada lagi saling jaga menjaga satu dengan lainnya. Semua masalah yang terjadi kita serahkan kepada Tuhan,” tutupnya.

Sementara itu, Kapolres Jayawijaya AKBP. Dominggus Rumaropen mengatakan, sejak bentrok kembali pecah pihaknya melakukan pengamanan untuk melerai kedua belah kelompok. Selain itu, Polres Jayawijaya  mengedepankan pola negosiasi dan pendekatan kepada kedua belah pihak terutama kepada tokoh -tokoh pemimpin di dua kampong yang terlibat bentrok. “Kita sudah sepakat sejak Jumat, jika Sabtu ini melakukan pertemuan di Polres. Terima kasih dua belah pihak bisa sepakat hari ini untuk menepati janjinya untuk dimediasi,” tuturnya.

Baca Juga :  Antrian BBM Dinilai Makin Parah

Dikatakan, dari hasil komunikasi dengan kedua kubu, ternyata yang membakar honai tidak diketahui oleh kedua belah pihak. Pelaku pembakaran honai menurut Rumaropen, sampai saat ini tak diketahui. Termasuk pembakaran honai milik Jhon Meagama yang diduga dilakukan dua orang tak dikenal. 

“Kalau mau dituduhkan ke Pelebaga tidak mungkin karena jaraknya cukup jauh. Sehingga setelah dialog masyarakat bisa mengukur sendiri bahwa ternyata ada kekeliruan untuk mengambil langkah sehingga sepakat untuk mengakhiri perang karena hanya memperpanjang penderitaan dua kelompok ini,” ujarnya.

Kedua kelompok ini, lanjut Rumaropen mempunya kebutuhan di kota Wamena. Dimana setiap beraktivitas harus di kota Wamena. Selain itu, warga dari dua kampung ini juga ada bermukim di Wamena, sehingga dikhawatirkan konflik akan merembet ke Wamena. 

“Saya terima kasih karena kedua kelompok sudah sepakat mengakhiri perang. Terima kasih juga kepada seluruh anggota Polres Jayawijaya dan Brimob yang jatuh bangun menjaga keamanan di perbatasan dua kampung tersebut. Ini merupakan bentuk pelayanan dari kepolisian kepada masyarakat Jayawijaya yang kita cintai,” tutupnya. (jo/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya