Site icon Cenderawasih Pos

Rumah Sakit Pastikan Cacar Air Bukan Mpox

Suasana di ruangan IGD RSUD Abepura yang  tampak para tenaga medis masih mengenakan masker saat melayani pasien. (foto: Karel/Cepos)

JAYAPURA– Beberapa hari lalu terdengar kabar seorang pasien yang dirawat di RSUD Abepura diduga suspect Mpox. Pasien ini langsung ditangani dan dirawat di ruang isolasi. Namun setelah dilakukan penanganan hampir 1 minggu, pasien pria tersebut berangsur pulih dan kini diperbolehkan pulang.

Kabar baiknya lagi adalah meski gejalanya mirip dengan Mpox namun pihak rumah sakit menyatakan jika pasien tersebut  terkena cacar air dan bukan Mpox seperti yang disebutkan diawal. Melalui Direktur RSUD Abepura, Kabid Yanmed RSUD Abepura, dr. Monalisa A. Manufandu menyampaikan pasien tersebut terdiagnosis cacar air  dan dirawat sejak 4 September 2024 lalu dan kini sembuh.

“Dia hanya rawat 4 hari di rumah sakit, tanggal 9 september kemarin sudah pulang,” jelas dr Mona kepada Cendrawasih pos, di ruang kerjanya, Rabu (11/9). 

Jadi kalau ada isu diluar bahwa dia terkena virus Mpox itu hoax, karena itu hanya cacar air biasa atau dalam bahasa medisnya disebut varisela.  Adapun beberapa perbedaan antara cacar air biasa dengan Mpox, diantaranya pasien terdiagnosis Mpox akan terjadi pembesaran kelenjar getah bening, atau dalam bahasa medis limfadenopati dimana kelenjar sistem imun yang umumnya membesar karena infeksi bakteri atau virus.

Kemudian suhu tubuh lebih dari 38 derajat celcius, tanda tanda meruam pada kulit, akan muncul secara bertahap yang biasanya akan muncul setiap satu atau dua hari sekali. Sementara cacar air biasa, memang muncul ruam ruam pada kulit akan tetapi muncul secara bersamaan namun hanya kecil kemudian suhu tubuh akan terjadi demam di bawah 38 derajat celcius, dan tidak terjadi pembesaran kelenjar getah bening.

“Pada intinya perbedaan antara cacar air biasa dengan Mpox ini,  pembesaran kelenjar getah bening, kalau terjadi pembesaran kelenjar getah bening maka itu Mpox, sementara pasien kemarin hanya bintik bintik biasa,” jelasnya.

Cacar biasa dan Mpox sama sama disebabkan karena virus keduanya sama sama berkembang melalui hewan, baik itu monyet maupun hewan lainnya seperti tikus. Yang tidak kalah penting penyebaran virus cacar air dan Mpox disebabkan karena kontak seksual utamanya kontak seksual sesama jenis.

Tidak menutup kemungkinan juga bisa disebabkan karena kontak seksual terhadap lawan jenis yang bukan pasangan.

“Sehingga diharapkan tidak berhubungan seksual diluar pasangan,” imbuhnya.

Awal mula munculnya virus Mpox dijabarkan dimulai dari  demam dengan suhu 38 derajat celcius, terjadi nyeri otot maupun persendian, kemudian pembesaran kelenjar getah bening dan muncul ruam ruam pada kulit yang muncul secara bertahap.

“Artinya kalau cacar air, ruam ruamnya hampir menyeluruh bagian kulit, tapi kalau Mpox seperti bisul, tapi munculnya satu satu, setelah satu hari baru muncul lagi yang lain,” jelas dr Mona. Penyebaran baik cacar air maupun Mpox sangat cepat, bisa melalui getah, tapi juga karena faktor kontak fisik maupun penyebaran lewat hewan.

“Misalnya teman kita kena cacar air lalu dia garuk garuk, cipratannya itu kena ke kita besar kemungkinan kita juga akan kena, tapi juga terjadi saat kontak seksjal secara fisik dan melalui hewan,” ujarnya.

Khusus cacar air, sejauh ini masih bisa ditangani medis dengan suntikan antivirus, sementara Mpox belum memiliki obat antivirus. Namun terlepas dari pada itu cara penanganan dari kedua kasus tersebut hampir sama salah satunya dengan cara diisolasi baik mandiri di rumah maupun di rumah sakit.

“Penanganan Mpox juga bisa dilakukan antivirus, karena obat khusus untuk Mpox belum ada,” bebernya.

Kedua virus tersebut sama sama memiliki dampak yang sangat fatal, jika terjadi yang sangat berat, maka pasien bisa sampai meninggal dunia, namun itu akan terjadi jika terlambat mendapatkan penanganan medis.

Atas dasar itulah, pihak RSUD Abepura secara internal membuat edaran penggunaan masker, tujuannya untuk mencegah masuknya virus Mpox maupun cacar biasa baik pada tenaga medis itu sendiri tapi juga pasein serta pengunjung rumah sakit. Sehingga sampai saat ini RSUD Abepura masih memberlakukan pengguna masker selama di rumah sakit.

Lalu untuk mencegah terjadinya virus tersebut disarankan untuk menjaga kebersihan lingkungan, tapi juga paling penting tidak melakukan kontak seksual baik sesama jenis maupun lawan jenis yang bukan pasangan. “Kalau di rumah banyak tikus, usahakan dibasmi, tapi juga pada intinya kita diminta untuk hidup sehat,” tutup dr. Mona. (rel/ade)

Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos

BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOS  https://www.myedisi.com/cenderawasihpos

Exit mobile version