Thursday, April 25, 2024
31.7 C
Jayapura

Satgas Nemangkawi Dikirim ke Beoga

Jenazah dua orang guru Oktovianus Rayo dan Yonathan Renden korban penembakan KKB di Beoga, saat tiba di Bandara Moses Kilangin, Timika menggunakan pesawat Spirit Aviation Sentosa (SAS), Sabtu (10/4). Setelah disemayamkan satu malam di Timika, jenazah diterbangkan ke Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, Minggu (11/4) untuk selanjutnya dibawa ke Tana Toraja. ( FOTO: Polres Puncak for Cepos)

Kapolda: Tokoh Agama Beoga Memiliki Hati Nurani Melindungi Para guru yang Ketakutan.

JAYAPURA- Rentetan peristiwa konflik bersenjata di daerah pegunungan Tengah Papua yang tidak pernah berujung. 

Sebelumnya kontak tembak di Intan Jaya pada Februari lalu menyebabkan warga terpaksa mengamankan diri di rumah ibadah. Kini konflik senjata itu kembali terjadi di Kabupaten Puncak yang menyebabkan dua guru tewas akibat ditembak Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Pasca penembakan yang dilakukan oleh KKB terhadap dua orang guru di Distrik Beoga Kabupaten Puncak, Polda Papua akan mengirimkan personel gabungan Brimob dan Satgas Nemangkawi ke  Distrik Beoga.

Kapolda Papua, Irjen Pol. Mathius D Fakiri mengatakan, Polda Papua akan mengirim 1 pleton Brimob organik ke Beoga guna membackup personel yang ada di Polsek Beoga. “Kami juga akan memisahkan masyarakat pendatang yang dibantu oleh para tokoh agama di Distrik Beoga, karena melihat ancaman dari KKB yang membuat masyarakat merasa ketakutan. Saya bersyukur dengan tokoh-tokoh agama di sana (Beoga-red) yang punya hati nurani melihat para pendidik atau guru-guru yang merasa ketakutan sehingga merekalah yang membantu aparat keamanan,” ucap Kapolda Mathius Fakhiri kepada wartawan usai mengukuhan Polsek Heram, Sabtu (10/4)

Dikatakan, masyarakat asli Beoga dan KKB bisa dibedakan. Oleh karena itu, pengiriman pasukan dari tim Nemangkawi untuk bisa betul-betul mendapat sasaran yang terukur dan terbidik dengan baik sehingga para kelompok kriminal ini dapat segera diatasi. “Saya nanti ke Timika untuk melakukan evaluasi untuk penindakan terhadap kelompok ini,” kata Kapolda.

Lanjut Kapolda, pihaknya sedang berusaha agar masyarakat yang pendatang bisa  kumpul di Pos TNI dan membawa mereka ke kampung Beoga dan selanjutnya dibawa ke Sugapa, ibukota Kabupaten Intan Jaya. 

“Kita membutuh waktu untuk ini. Nanti helikopter Polri yang akan membawa guru dan keluarganya ke Sugapa. Karena Beoga lebih dekat ke Intan Jaya,” ungkapnya.

Pihaknya akan membuat base di Sugapa untuk memudahkan akses. Apabila tim tindak  telah sampai ke Beoga langsung melakukan pengejaran terhadap mereka (KKB-red).

“Yang  ditugasi melakukan pengejaran telah ada tim yang sudah dibentuk Kapolri yakni Satgas Nemangkawi, sehingga  teman-teman yang di Pamrawan tidak terbawa emosional agar tidak menyumbang korban,” pinta Kapolda.

Dikatakan, TNI-Polri akan melakukan pengejaran terhadap pelaku dan mengambil  langkah-langkah untuk melakukan  penyekatan di Kabupaten Puncak. Sehingga nantinya dalam pelarian  ke Intan Jaya telah ada anggota yang menunggu kelompok ini.

Baca Juga :  Negara Federal Ajukan Judicial Review Pasal Makar

“Kekuatan kelompok ini sebanyak 75 orang yang merupakan gabungan kelompok Sabinus Waker dan Lekagak,” kata Kapolda.

Sementara itu, Polri dan TNI berhasil mengevakuasi jenazah dua guru korban penembakan KKB yakni Oktavianus Rayo dan Yonathan Renden dari Beoga ke Mimika menggunakan pesawat perintis milik Spirit Aviation Sentosa (SAS), Sabtu (10/4). “Proses evakuasi juga dilakukan terhadap lima guru dan dua anak,” ucap Kapolda Mathius Fakhiri.

Lanjut Kapolda, pihaknya akan mengeser personel untuk memperkuat Polres Puncak dalam hal ini yang ada di Beoga. Sembari mengamankan semua keluarga para guru dan masyarakat yang ada di TKP. “Kita akan mengamankan semua keluarga korban yang ada di sana ke Sugapa lokasi terdekat dari Beoga. Nantinya dari Sugapa baru dibawa keluar,” jelasnya.

Dikatakan, saat ini tim TNI-Polri sudah menguasai Bandara dan kelompok kriminal bersenjata sudah dipukul mundur. “Untuk memperkuat teman-teman yang ada di Puncak, kita akan memperkuat pasukan di sana,” kata Kapolda.

Dua jenazah guru yang menjadi korban penembakan KKB, Minggu (11/4) sore kemarin sudah tiba di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar. Kedua jenazah sempat disemayamkan satu malam di rumah keluarganya di Timika, sebelum diterbangkan ke Makassar menggunakan pesawat Sriwijaya Air dari Bandara Moses Kilangin, sekira pukul 13.00 WIT. 

Sementara itu, Ikatan Keluarga Toraja (IKT) Provinsi Papua mengeluarkan pernyataan sikap terkait tindakan kriminal yang dialami dua orang tenaga guru yang merupakan warga Toraja di Beoga, Kabupaten Puncak.

Pernyataan sikapnya yang ditandatangani Plt. Ketua IKT Provinsi Papua, Ir. Elias Paonganan, M.Si., dan Sekretaris Umum, Yulius Palullungan, SH., terdiri atas 4 poin.

Poin pertama, pengurus IKT Provinsi Papua menyatakan, rasa duka cita yang mendalam atas meninggalnya bapak Oktovianus Rayo pada tanggal 8 April dan bapak Yonathan Renden pada tanggal 9 April di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, akibat tindakan kriminal. Keduanya merupakan tenaga pendidik yang bertugas di daerah tersebut. 

“Kiranya segenap keluarga yang ditinggalkan dapat diberi kekuatan dan penghiburan dari Tuhan,” ucap Plt. Ketua IKT Provinsi Papua,  Elias Paonganan, kemarin (11/4). 

Poin kedua, IKT Provinsi Papua mengajak seluruh warga Toraja yang ada di Provinsi Papua agar tetap tenang dan selalu berdoa, agar semua dapat hidup dengan aman dan tenang dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Poin ketiga, mendukung dan mempercayakan kepada aparat keamanan dan pihak terkait lainnya untuk dapat mengusut kasus kriminal ini dengan sebaik-baiknya sesuai aturan berlaku. “Keempat, meminta pemda dan aparat keamanan agar dapat memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara yang bekerja di seluruh wilayah Papua, secara khusus di wilayah pedalaman,” tutup Elias Paonganan.

Baca Juga :  Pemuda dan Mahasiswa Akan Turun ke Jalan

Adapun kasus tewasnya seorang guru akibat tertembak di Kabuaten Puncak mendapat catatan dari penggiat HAM Papua, Theo Hesegem. Ia menanggap aksi ini hanya akan membunuh peradaban di Papua karena guru merupakan sosok yang menyiapkan generasi mendatang yang lebih baik. Ia mengecam tindakan penghilangan nyawa terhadap pekerja kemanusiaan dan menurutnya ini tak harus dilakukan.

“Itu perbuatan kurang ajar, dan bagi saya ini hanya akan membuat para guru ketakutan dan tidak mau tinggal di tempat kerja. Kalau sudah begini maka akan sulit mensiptakan generasi yang lebih baik,” kata Theo melalui ponselnya, Sabtu (10/4). 

Guru menurutnya mendidik anak untuk masa depan Indonesia dan Papua agar peradabannya jauh lebih baik. “Pekerja kemanusiaan seperti guru, tenaga medis dan pelayan gereja itu harusnya dilindungi, tak boleh disentuh kekerasan yang tidak manusiawi seperti ini,” bebernya.

 Hanya Theo sendiri masih bingung dan belum mendapat informasi A1 terkait siapa pelakunya. Ia menolak tudingan satu pihak sebelum tim independen melakukan penyelidikan. “Saat ini  TNI Polri menyampaikan itu KKB  begitu sebaliknya dan saya pikir itu lagu lama. Tapi itu bisa dibuktikan oleh tim independen sebab berangkat dari pengalaman pembunuhan pendeta di Intan Jaya lalu, TNI mengatakan pelakunya OPM tapi setelah ditelusuri ternyata pelakunya oknum TNI,” tambahnya. 

 Ini menurut Theo harus diidentifikasi oleh tim independen dan TNI Polri serta OPM harus terbuka. Tim ini jangan diganggu oleh siapapun. Lalu disinggung soal adanya tudingan yang menganggap Theo jarang berkomentar ketika korban penembakan itu non OAP, Theo menyampaikan bahwa ia sempat mendengar sindiran tersebut. Namun disini Theo kembali membantah karena ia merasa tetap bersuara tanpa melihat dari mana korbannya.  “Itu keliru sebab terkait kasus warga PT Istaka Karya nama – namanya sudah saya laporkan ke stafsus PBB. Kalau yang mengatakan saya tidak pernah menyuarakan jika korbannya non OAP saya pikir orang tersebut tidak mengikuti kerja saya. Saya tetap menyuarakan tanpa melihat OAP atau non OAP,” imbuhnya. (fia/ade/nat)

Jenazah dua orang guru Oktovianus Rayo dan Yonathan Renden korban penembakan KKB di Beoga, saat tiba di Bandara Moses Kilangin, Timika menggunakan pesawat Spirit Aviation Sentosa (SAS), Sabtu (10/4). Setelah disemayamkan satu malam di Timika, jenazah diterbangkan ke Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, Minggu (11/4) untuk selanjutnya dibawa ke Tana Toraja. ( FOTO: Polres Puncak for Cepos)

Kapolda: Tokoh Agama Beoga Memiliki Hati Nurani Melindungi Para guru yang Ketakutan.

JAYAPURA- Rentetan peristiwa konflik bersenjata di daerah pegunungan Tengah Papua yang tidak pernah berujung. 

Sebelumnya kontak tembak di Intan Jaya pada Februari lalu menyebabkan warga terpaksa mengamankan diri di rumah ibadah. Kini konflik senjata itu kembali terjadi di Kabupaten Puncak yang menyebabkan dua guru tewas akibat ditembak Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Pasca penembakan yang dilakukan oleh KKB terhadap dua orang guru di Distrik Beoga Kabupaten Puncak, Polda Papua akan mengirimkan personel gabungan Brimob dan Satgas Nemangkawi ke  Distrik Beoga.

Kapolda Papua, Irjen Pol. Mathius D Fakiri mengatakan, Polda Papua akan mengirim 1 pleton Brimob organik ke Beoga guna membackup personel yang ada di Polsek Beoga. “Kami juga akan memisahkan masyarakat pendatang yang dibantu oleh para tokoh agama di Distrik Beoga, karena melihat ancaman dari KKB yang membuat masyarakat merasa ketakutan. Saya bersyukur dengan tokoh-tokoh agama di sana (Beoga-red) yang punya hati nurani melihat para pendidik atau guru-guru yang merasa ketakutan sehingga merekalah yang membantu aparat keamanan,” ucap Kapolda Mathius Fakhiri kepada wartawan usai mengukuhan Polsek Heram, Sabtu (10/4)

Dikatakan, masyarakat asli Beoga dan KKB bisa dibedakan. Oleh karena itu, pengiriman pasukan dari tim Nemangkawi untuk bisa betul-betul mendapat sasaran yang terukur dan terbidik dengan baik sehingga para kelompok kriminal ini dapat segera diatasi. “Saya nanti ke Timika untuk melakukan evaluasi untuk penindakan terhadap kelompok ini,” kata Kapolda.

Lanjut Kapolda, pihaknya sedang berusaha agar masyarakat yang pendatang bisa  kumpul di Pos TNI dan membawa mereka ke kampung Beoga dan selanjutnya dibawa ke Sugapa, ibukota Kabupaten Intan Jaya. 

“Kita membutuh waktu untuk ini. Nanti helikopter Polri yang akan membawa guru dan keluarganya ke Sugapa. Karena Beoga lebih dekat ke Intan Jaya,” ungkapnya.

Pihaknya akan membuat base di Sugapa untuk memudahkan akses. Apabila tim tindak  telah sampai ke Beoga langsung melakukan pengejaran terhadap mereka (KKB-red).

“Yang  ditugasi melakukan pengejaran telah ada tim yang sudah dibentuk Kapolri yakni Satgas Nemangkawi, sehingga  teman-teman yang di Pamrawan tidak terbawa emosional agar tidak menyumbang korban,” pinta Kapolda.

Dikatakan, TNI-Polri akan melakukan pengejaran terhadap pelaku dan mengambil  langkah-langkah untuk melakukan  penyekatan di Kabupaten Puncak. Sehingga nantinya dalam pelarian  ke Intan Jaya telah ada anggota yang menunggu kelompok ini.

Baca Juga :  KKB Masih di Sekitar Ilaga dan Beoga

“Kekuatan kelompok ini sebanyak 75 orang yang merupakan gabungan kelompok Sabinus Waker dan Lekagak,” kata Kapolda.

Sementara itu, Polri dan TNI berhasil mengevakuasi jenazah dua guru korban penembakan KKB yakni Oktavianus Rayo dan Yonathan Renden dari Beoga ke Mimika menggunakan pesawat perintis milik Spirit Aviation Sentosa (SAS), Sabtu (10/4). “Proses evakuasi juga dilakukan terhadap lima guru dan dua anak,” ucap Kapolda Mathius Fakhiri.

Lanjut Kapolda, pihaknya akan mengeser personel untuk memperkuat Polres Puncak dalam hal ini yang ada di Beoga. Sembari mengamankan semua keluarga para guru dan masyarakat yang ada di TKP. “Kita akan mengamankan semua keluarga korban yang ada di sana ke Sugapa lokasi terdekat dari Beoga. Nantinya dari Sugapa baru dibawa keluar,” jelasnya.

Dikatakan, saat ini tim TNI-Polri sudah menguasai Bandara dan kelompok kriminal bersenjata sudah dipukul mundur. “Untuk memperkuat teman-teman yang ada di Puncak, kita akan memperkuat pasukan di sana,” kata Kapolda.

Dua jenazah guru yang menjadi korban penembakan KKB, Minggu (11/4) sore kemarin sudah tiba di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar. Kedua jenazah sempat disemayamkan satu malam di rumah keluarganya di Timika, sebelum diterbangkan ke Makassar menggunakan pesawat Sriwijaya Air dari Bandara Moses Kilangin, sekira pukul 13.00 WIT. 

Sementara itu, Ikatan Keluarga Toraja (IKT) Provinsi Papua mengeluarkan pernyataan sikap terkait tindakan kriminal yang dialami dua orang tenaga guru yang merupakan warga Toraja di Beoga, Kabupaten Puncak.

Pernyataan sikapnya yang ditandatangani Plt. Ketua IKT Provinsi Papua, Ir. Elias Paonganan, M.Si., dan Sekretaris Umum, Yulius Palullungan, SH., terdiri atas 4 poin.

Poin pertama, pengurus IKT Provinsi Papua menyatakan, rasa duka cita yang mendalam atas meninggalnya bapak Oktovianus Rayo pada tanggal 8 April dan bapak Yonathan Renden pada tanggal 9 April di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, akibat tindakan kriminal. Keduanya merupakan tenaga pendidik yang bertugas di daerah tersebut. 

“Kiranya segenap keluarga yang ditinggalkan dapat diberi kekuatan dan penghiburan dari Tuhan,” ucap Plt. Ketua IKT Provinsi Papua,  Elias Paonganan, kemarin (11/4). 

Poin kedua, IKT Provinsi Papua mengajak seluruh warga Toraja yang ada di Provinsi Papua agar tetap tenang dan selalu berdoa, agar semua dapat hidup dengan aman dan tenang dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Poin ketiga, mendukung dan mempercayakan kepada aparat keamanan dan pihak terkait lainnya untuk dapat mengusut kasus kriminal ini dengan sebaik-baiknya sesuai aturan berlaku. “Keempat, meminta pemda dan aparat keamanan agar dapat memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara yang bekerja di seluruh wilayah Papua, secara khusus di wilayah pedalaman,” tutup Elias Paonganan.

Baca Juga :  Karma: Itu Bukan Pernyataan dari Tim Asistensi UU Otsus Papua

Adapun kasus tewasnya seorang guru akibat tertembak di Kabuaten Puncak mendapat catatan dari penggiat HAM Papua, Theo Hesegem. Ia menanggap aksi ini hanya akan membunuh peradaban di Papua karena guru merupakan sosok yang menyiapkan generasi mendatang yang lebih baik. Ia mengecam tindakan penghilangan nyawa terhadap pekerja kemanusiaan dan menurutnya ini tak harus dilakukan.

“Itu perbuatan kurang ajar, dan bagi saya ini hanya akan membuat para guru ketakutan dan tidak mau tinggal di tempat kerja. Kalau sudah begini maka akan sulit mensiptakan generasi yang lebih baik,” kata Theo melalui ponselnya, Sabtu (10/4). 

Guru menurutnya mendidik anak untuk masa depan Indonesia dan Papua agar peradabannya jauh lebih baik. “Pekerja kemanusiaan seperti guru, tenaga medis dan pelayan gereja itu harusnya dilindungi, tak boleh disentuh kekerasan yang tidak manusiawi seperti ini,” bebernya.

 Hanya Theo sendiri masih bingung dan belum mendapat informasi A1 terkait siapa pelakunya. Ia menolak tudingan satu pihak sebelum tim independen melakukan penyelidikan. “Saat ini  TNI Polri menyampaikan itu KKB  begitu sebaliknya dan saya pikir itu lagu lama. Tapi itu bisa dibuktikan oleh tim independen sebab berangkat dari pengalaman pembunuhan pendeta di Intan Jaya lalu, TNI mengatakan pelakunya OPM tapi setelah ditelusuri ternyata pelakunya oknum TNI,” tambahnya. 

 Ini menurut Theo harus diidentifikasi oleh tim independen dan TNI Polri serta OPM harus terbuka. Tim ini jangan diganggu oleh siapapun. Lalu disinggung soal adanya tudingan yang menganggap Theo jarang berkomentar ketika korban penembakan itu non OAP, Theo menyampaikan bahwa ia sempat mendengar sindiran tersebut. Namun disini Theo kembali membantah karena ia merasa tetap bersuara tanpa melihat dari mana korbannya.  “Itu keliru sebab terkait kasus warga PT Istaka Karya nama – namanya sudah saya laporkan ke stafsus PBB. Kalau yang mengatakan saya tidak pernah menyuarakan jika korbannya non OAP saya pikir orang tersebut tidak mengikuti kerja saya. Saya tetap menyuarakan tanpa melihat OAP atau non OAP,” imbuhnya. (fia/ade/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya