Friday, November 22, 2024
34.7 C
Jayapura

Para Ahli Mulai Bahas Atap GOR Waringin

JAYAPURA-Robohnya atap GOR Waringin, Kotaraja, Distrik Abepura masih menjadi pembahasan menarik bagi kalangan akademisi khususnya mereka yang memiliki disiplin ilmu teknik sipil.

Pasalnya kejadian ini bukan kali pertama melainkan sudah pernah roboh sebelumnya. Ini kali kedua kejadian tersebut terjadi. Alhasil sejumlah ahli mulai menjadikan kejadian ini sebagai topik yang perlu dibahas.

“Teman – teman ahli struktur  gedung dan dari teknik sipil lainnya memang sedang membahas ini. Dalam grup WA sempat kami singgung ini siapa yang harus bertanggung jawab dan akhirnya dibahas,” ungkap Dekan Fakultas Teknik Uncen, Dr. Jhon Numberi saat ditemui di gedung Rektorat Uncen, Senin (10/1).

Jhon Numberi menyampaikan bahwa dari insiden robohnya atap menjadi perhatian serius dosen teknik sipil mengingat gedung GOR Waringin memang masih seumur jagung. “Ya nanti akan dilihat  bagaimana awal pekerjaannya dan apakah betul dilakukan sesuai perencanaan atau seperti apa. Sebab yang saya tahu untuk rangka seperti itu seharusnya ditangani oleh mereka yang memiliki disiplin ilmu sipil struktur,” jelasnya.

Baca Juga :  Papua Lockdown, KONI Papua Segera Pulangkan Atlet

Sementara Ahli Teknik Silpil Struktur Gedung, Dr. Ir. Duha Awaludin, ST.MT.,  IPM., menyampaikan bahwa langkah investigasi tentunya akan dilakukan namun yang terpenting bukanlah mencari kesalahan melainkan penyebab. Menurut Duha ini perlu dilakukan secara konferhensif. “Yang pertama  dicek adalah pelaksanaan  apakah sudah sesuai dengan kontrak fisik atau seperti apa. Jika sudah sesuai dengan kontrak dan terjadi kegagalan struktur maka perencanaannya yang perlu dilihat. Saya sendiri mengatakan ini adalah kegagalan struktur,” kata Duha melalui ponselnya.

Dari investigasi dikatakan nantinya akan dicek apakah pekerja menjalankan pekerjaan sesuai yang direncanakan oleh konsultan. Sebab semua pekerjaan harus sesuai dengan kontrak yang sudah disepakati. Ini nantinya akan dicek kuantiti, kualitas kubikasi dan banyak hal. Namun apabila semua sudah dipenuhi, barulah mengecek dokumen perencanannya. “Jadi kalau saya ya dicek dulu pelaksanaannya seperti apa dan itu harus sesuai dengan kontrak yang disepakati. Pasti mengikuti aturan mulai dari kuantiti, volume, kualitas bahan, kubikasi dan lainnya,” sambung Duha.

Ketua Jurusan Teknik Sipil  dan Sekertaris PII Papua ini menyebut jika ini semua sudah terpenuhi  tapi masih terjadi kegagalan struktur barulah ditelusuri perencanaannya. “Jadi bukan langsung ke perencanaan. Bisa jadi perencanaan sudah betul tapi pelaksanaannya yang salah. Jika pelaksanaanya yang salah barulah merembet ke konsultan pengawas, bagaimana memvalidasi, memverifikasi teknis di lapangan. Bisa jadi kuantiti sesuai namun kualitas tidak, ini juga pelanggaran,” bebernya.

Baca Juga :  Penuh Haru di Sidang Pengusulan Pemberhentian Gubernur

Duha sendiri melihat jika melihat dari struktur rangka besinya penahan atap merupakan besi pabrikasi yang bisa dijamin kekuatannya untuk menahan beban. Karenanya ia tidak terlalu yakin bila atap ini roboh akibat rangka yang tak mampu menahan beban air atau  angin. “Kemungkinan yang terjadi adalah settleman perpindahan vertikal permukaan tanah yang berkaitan dengan perubahan volume. Ini biasa terjadi karena beban struktur di atas tanah dan penurunan permukaan air tanah. Kalau bicara tanah ya dicek lagi data tanahnya ada enggak. Sebab itukan tanahnya rawa dulu. Pikiran saya bisa saja ini terjadi patahan tanah atau terjadi penurunan,” pungkasnya. (ade/nat)

JAYAPURA-Robohnya atap GOR Waringin, Kotaraja, Distrik Abepura masih menjadi pembahasan menarik bagi kalangan akademisi khususnya mereka yang memiliki disiplin ilmu teknik sipil.

Pasalnya kejadian ini bukan kali pertama melainkan sudah pernah roboh sebelumnya. Ini kali kedua kejadian tersebut terjadi. Alhasil sejumlah ahli mulai menjadikan kejadian ini sebagai topik yang perlu dibahas.

“Teman – teman ahli struktur  gedung dan dari teknik sipil lainnya memang sedang membahas ini. Dalam grup WA sempat kami singgung ini siapa yang harus bertanggung jawab dan akhirnya dibahas,” ungkap Dekan Fakultas Teknik Uncen, Dr. Jhon Numberi saat ditemui di gedung Rektorat Uncen, Senin (10/1).

Jhon Numberi menyampaikan bahwa dari insiden robohnya atap menjadi perhatian serius dosen teknik sipil mengingat gedung GOR Waringin memang masih seumur jagung. “Ya nanti akan dilihat  bagaimana awal pekerjaannya dan apakah betul dilakukan sesuai perencanaan atau seperti apa. Sebab yang saya tahu untuk rangka seperti itu seharusnya ditangani oleh mereka yang memiliki disiplin ilmu sipil struktur,” jelasnya.

Baca Juga :  Polda Papua Harus Serius Selesaikan

Sementara Ahli Teknik Silpil Struktur Gedung, Dr. Ir. Duha Awaludin, ST.MT.,  IPM., menyampaikan bahwa langkah investigasi tentunya akan dilakukan namun yang terpenting bukanlah mencari kesalahan melainkan penyebab. Menurut Duha ini perlu dilakukan secara konferhensif. “Yang pertama  dicek adalah pelaksanaan  apakah sudah sesuai dengan kontrak fisik atau seperti apa. Jika sudah sesuai dengan kontrak dan terjadi kegagalan struktur maka perencanaannya yang perlu dilihat. Saya sendiri mengatakan ini adalah kegagalan struktur,” kata Duha melalui ponselnya.

Dari investigasi dikatakan nantinya akan dicek apakah pekerja menjalankan pekerjaan sesuai yang direncanakan oleh konsultan. Sebab semua pekerjaan harus sesuai dengan kontrak yang sudah disepakati. Ini nantinya akan dicek kuantiti, kualitas kubikasi dan banyak hal. Namun apabila semua sudah dipenuhi, barulah mengecek dokumen perencanannya. “Jadi kalau saya ya dicek dulu pelaksanaannya seperti apa dan itu harus sesuai dengan kontrak yang disepakati. Pasti mengikuti aturan mulai dari kuantiti, volume, kualitas bahan, kubikasi dan lainnya,” sambung Duha.

Ketua Jurusan Teknik Sipil  dan Sekertaris PII Papua ini menyebut jika ini semua sudah terpenuhi  tapi masih terjadi kegagalan struktur barulah ditelusuri perencanaannya. “Jadi bukan langsung ke perencanaan. Bisa jadi perencanaan sudah betul tapi pelaksanaannya yang salah. Jika pelaksanaanya yang salah barulah merembet ke konsultan pengawas, bagaimana memvalidasi, memverifikasi teknis di lapangan. Bisa jadi kuantiti sesuai namun kualitas tidak, ini juga pelanggaran,” bebernya.

Baca Juga :  Papua Lockdown, KONI Papua Segera Pulangkan Atlet

Duha sendiri melihat jika melihat dari struktur rangka besinya penahan atap merupakan besi pabrikasi yang bisa dijamin kekuatannya untuk menahan beban. Karenanya ia tidak terlalu yakin bila atap ini roboh akibat rangka yang tak mampu menahan beban air atau  angin. “Kemungkinan yang terjadi adalah settleman perpindahan vertikal permukaan tanah yang berkaitan dengan perubahan volume. Ini biasa terjadi karena beban struktur di atas tanah dan penurunan permukaan air tanah. Kalau bicara tanah ya dicek lagi data tanahnya ada enggak. Sebab itukan tanahnya rawa dulu. Pikiran saya bisa saja ini terjadi patahan tanah atau terjadi penurunan,” pungkasnya. (ade/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya