Pdt. Hein Carlos mano, S.Th., M.Si (Tim Cepos TV)
Hari Ini, 112 Tahun Injil Masuk di Metu Debi
JAYAPURA-Ngopi Bareng Redaksi Cenderawasih Pos kali ini menghadirkan Ketua Klasis GKI Jayapura (Port Numbay) Pdt. Hein Carlos mano, S.Th., M.Si.
Dimana topik yang diperbincangkan adalah mengenai sejarah Injil masuk di Tanah Tabi dan juga pesan apa yang ingin disampaikan dalam memperingati 112 tahun masuknya Injil di Tanah Tabi yang bertepatan pada Kamis 10 Maret (Hari ini red) dan juga memperingati 112 HUT Kota Jayapura.
Kali ini Ngopi Bareng Redaksi Cenderawasih Pos dipandu oleh Redaktur Halaman Utama Yonathan Rabungan. Diskusi menarik ini dapat disaksikan di akun Youtube Cepos TV. Dalam diskusi kali ini tim Cepos TV merangkum sedikit hasil diskusi tersebut.
Ketua Klasis GKI Jayapura (Port Numbay) Pdt. Hein Carlos Mano, S.Th., M.Si yang sudah dua periode memimpin Klasis Port Numbay ini mengatakan bahwa sejarah Pekabaran Injil di Tanah Tabi sendiri mengalami banyak tantangan sebelum masuk di Tanah Tabi.
Jemaat pertama di Tanah Tabi bila merujuk pada sejarah yakni Tobati-Enggros. “Yang menjadi kendala saat Penginjilan di Tanah Tabi diawal mula adalah beda budaya, bahasa sehingga diperlukan waktu penyesuaian. Sebenarnya tidak terlalu banyak kendala karena Tanah Tabi adalah harapan. Dan Penginjil merasa Tanah Tabi sangat indah. Adatnya yang baik. Struktur kepemimpinan yang baik dan terstruktur teratur oleh adat. Dalam strukturnya juga sudah tertata baik,”Ungkapnya.
Kesan baiknya lainnya oleh Penginjil adalah daerah pertama masuk Injil di Tanah Tabi tidak mengenal tuak atau minum-minuman mengandung alkohol. Tidak ada perbudakan sehingga tidak sulit mengenal Injil.
Selain itu dirinya juga menanggapi situasi saat ini banyak konflik dan kapan saja terjadi dan juga adanya konflik yang seperti banyak kepentingan di dalamnya. Sehingga pihaknya terus menyampaikan pesan perdamaian.
“Gereja, pemerintah dan adat harus berjalan bersama dalam membangun Tanah Tabi. Keharmonisan ini harus terus dijaga, tiga tungku ini harus mengambil perannya masing-masing dengan tujuan menjaga dan mensejahtrakan masyarkatnya. Oleh itu kami selalu bersama dalam menjaga kebinekaan ini,”tambahnya.
Ia menilai bahwa Kota Jayapura merupakan miniatur Indonesia, dimana semua suku, budaya dan agama ada di Kota Jayapura sehingga tanggung jawab perdamaian dan kedamaian adalah tanggung jawab bersama.
“Perayaan 112 Tahun Injil ini tanggal 10 Maret (hari ini red). Kita sudah mulai dengan bersih-bersih. Pelayanan HIV, pemberian nutrisi, lakukan seminar dan puncaknya 10 Maret ibadah sukur di Metu Debi. Juga sebagai ibadah syukur HUT Kota dan kami mengundang semua pihak di Tanah Tabi namun hanya perwakilan sehingga dibatasi dan dipastikan menerapkan protokol kesehatan,”bebernya.
Adapun yang penting menurutnya Pdt Mano yang ingin disampaikan kepada masyarakat adalah Injil itu kabar suka cita, berita damai sejahtra. Sehingga memperingati 112 Tahun Injil di Metu Debi harus disampaikan berita suka cita, kehidupan yantg harmonis, injil tidak membedakan tapi kabar gembira bagi semua umat.
” Kita harus menjari alat perdamaian. Damai indah dan mahal dan tidak di dapatkan dengan mudah tapi harus di wujudkan bersama,” ucapnya.
Menurutnya banyak pihak ingin merusak kedamaian di Papua khususnya di tanah Tabi. “Tapi Injil yang tidak perlu ditakuti. Orang yang percaya pada Kristus pasti akan mendapatkan kedamaian, Mari kia tunjukkan bahwa kita diberkati Injil. 112 Tahun Injil masuk di Tanah Tabi merupakan akhir kepemimpinan saya dengan Wali Kota yang sudah 10 tahun berjalan bersama. Kita butuh sosok pemimpin yang mendatang yang takut akan Tuhan dan miliki integritas dan jangan sampai salah memilih,” pungkasnya.(gin/nat)