Thursday, July 10, 2025
22.7 C
Jayapura

Dikonsep Ala Gubernur Dedi Mulyadi, Cerdas Secara Akademik dan Kuat Karakternya

Menariknya, sebelum masuk ke ruang kelas, angkatan pertama siswa SMA Taruna Cenderawasih lebih dulu akan digembleng di Rindam XVII/Cenderawasih. Pelatihan ini akan dimulai pada 7 Juli, selama satu bulan penuh anak-anak akan mengikuti masa orientasi di Rindam. Di sanalah mental mereka akan dibentuk belajar tentang kedisiplinan, kepemimpinan, dan tanggung jawab.

“Kami ingin anak-anak ini bukan hanya cerdas secara akademik, tapi juga kuat mental. Karena dunia luar akan menantang mereka lebih dari sekadar pelajaran di papan tulis,” tutur Nerlince.

Saat ini, sudah ada 90 siswa yang mendaftar, terdiri dari anak-anak asli Papua, khususnya dari Port Numbay, serta anak-anak dari 14 kampung di Kota Jayapura yang direkomendasikan oleh masyarakat adat.

Baca Juga :  Kompor dan Colokan Listrik Jadi Barang Bukti

Untuk tahap awal, kegiatan belajar mengajar akan menggunakan gedung SMP Negeri 10 Koya, Distrik Muara Tami. Sambil berjalan, yayasan juga tengah mempersiapkan pembangunan gedung permanen di atas lahan seluas 11 hektar di Koya Barat.

“Kami akan bangun ruang kelas, asrama, kantor guru, dan juga kebun agar mereka bisa belajar mandiri,” jelasnya.

Sistem sekolah ini berpola asrama penuh, dengan fasilitas yang disebut tak akan kalah dengan sekolah-sekolah Taruna di luar Papua. “Sarana dan prasarana yang kami miliki tidak kalah dengan sekolah Taruna di luar Papua,” tandasnya.

Satu hal yang membuat sekolah ini semakin istimewa adalah semua biaya pendidikan ditanggung penuh oleh yayasan melalui dukungan dana kampung dan dana Otonomi Khusus (Otsus). Mulai dari biaya semesteran, kebutuhan asrama, hingga seragam, semua disediakan secara gratis.

Baca Juga :  Sabar, Tetap Ibadah di Rumah Masing-masing!

“Orangtua tidak perlu pusing soal biaya. Anak-anak cukup datang dan belajar. Kami siapkan semua karena kami percaya pendidikan adalah hak setiap anak Papua,” tegas Nerlince.

Sekolah ini akan menerapkan kurikulum nasional, dengan komposisi 60 persen fokus pada akademik dan 40 persen pada pembinaan karakter serta mental siswa. Fokus ini penting, terutama karena Yayasan sendiri ingin mendorong anak anak Papua bisa menjadi TNI-Polri maupun sekolah kedinasan.

Menariknya, sebelum masuk ke ruang kelas, angkatan pertama siswa SMA Taruna Cenderawasih lebih dulu akan digembleng di Rindam XVII/Cenderawasih. Pelatihan ini akan dimulai pada 7 Juli, selama satu bulan penuh anak-anak akan mengikuti masa orientasi di Rindam. Di sanalah mental mereka akan dibentuk belajar tentang kedisiplinan, kepemimpinan, dan tanggung jawab.

“Kami ingin anak-anak ini bukan hanya cerdas secara akademik, tapi juga kuat mental. Karena dunia luar akan menantang mereka lebih dari sekadar pelajaran di papan tulis,” tutur Nerlince.

Saat ini, sudah ada 90 siswa yang mendaftar, terdiri dari anak-anak asli Papua, khususnya dari Port Numbay, serta anak-anak dari 14 kampung di Kota Jayapura yang direkomendasikan oleh masyarakat adat.

Baca Juga :  Sektor Pariwisata Papua Berpotensi Sumbang PAD

Untuk tahap awal, kegiatan belajar mengajar akan menggunakan gedung SMP Negeri 10 Koya, Distrik Muara Tami. Sambil berjalan, yayasan juga tengah mempersiapkan pembangunan gedung permanen di atas lahan seluas 11 hektar di Koya Barat.

“Kami akan bangun ruang kelas, asrama, kantor guru, dan juga kebun agar mereka bisa belajar mandiri,” jelasnya.

Sistem sekolah ini berpola asrama penuh, dengan fasilitas yang disebut tak akan kalah dengan sekolah-sekolah Taruna di luar Papua. “Sarana dan prasarana yang kami miliki tidak kalah dengan sekolah Taruna di luar Papua,” tandasnya.

Satu hal yang membuat sekolah ini semakin istimewa adalah semua biaya pendidikan ditanggung penuh oleh yayasan melalui dukungan dana kampung dan dana Otonomi Khusus (Otsus). Mulai dari biaya semesteran, kebutuhan asrama, hingga seragam, semua disediakan secara gratis.

Baca Juga :  Pasien Covid-19 Tinggal Satu Orang, Pengawasan Penumpang Diperketat

“Orangtua tidak perlu pusing soal biaya. Anak-anak cukup datang dan belajar. Kami siapkan semua karena kami percaya pendidikan adalah hak setiap anak Papua,” tegas Nerlince.

Sekolah ini akan menerapkan kurikulum nasional, dengan komposisi 60 persen fokus pada akademik dan 40 persen pada pembinaan karakter serta mental siswa. Fokus ini penting, terutama karena Yayasan sendiri ingin mendorong anak anak Papua bisa menjadi TNI-Polri maupun sekolah kedinasan.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya