Saturday, April 27, 2024
33.7 C
Jayapura

977 Warga Tinggalkan Elelim

*Ada yang Mengamankan Diri di Hutan Hingga Melahirkan di Lokasi Pengungsian

JAYAPURA-Sebanyak 977 dari 1.025 warga Ikatan Keluarga Toraja (IKT) yang tercatat sebagai pengungsi di Distrik Elelim, Kabupaten Yalimo, sudah meninggalkan Elelim dan tiba di Wamena, ibukota Kabupaten Yalimo.

Dari 977 warga yang sudah berada di Wamena tersebut, 737 orang sementara ditampung di gedung Tongkonan Wamena dan 260 orang lainnya tinggal di keluarga mereka. 

Berbagai kisah bermunculan yang dialami warga yang mengungsi pasca aksi pembakaran di Elelim, Kabupaten Yalimo pada 29 Juni lalu. Ada yang melahirkan di lokasi pengungsian dan ada juga yang memilih mengamankan diri di hutan selama 4 hari karena takut akan amukan massa.

Pasca aksi pembakaran tersebut, tercatat tiga orang bayi lahir di pengungsian. Salah satu dari ketiga bayi ini diberi nama Martha oleh Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D Fakhiri. “Saya beri nama Martha seperti nama Ibu saya,” ungkap Kapolda  Mathius Fakhiri saat menggendong bayi yang berusia 7 hari ketika mengunjungi warga yang berada di Tongkonan Wamena, Selasa (6/7).

Lanjutnya, pemberian nama bayi perempuan tersebut atas permintaan keluarga kepada Kapolda. Sebagaimana nama Martha adalah perempuan perempuan tangguh.

“Saya berikan nama itu kepada dia, mudah-mudahan dia akan menjadi perempuan tangguh. Ketika besar nanti, dia tidak pantang menyerah sebagaimana dia lahir di tengah peristiwa di Yalimo,” ucapnya.

Adapun Martha dilahirkan dari ibu bernama Sri Komaria di lokasi pengungsian di Elelim pada tanggal 30 Juni lalu. Saat itu, situasi di ibukota Kabupaten Yalimo ini memanas akibat putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang tidak diterima oleh massa dari pendukung pasangan calon (Paslon) nomor urut 01. Akibatnya, kantor pemerintahan, pertokoan dan rumah warga dibakar massa.

Martha dan keluarganya serta warga lainnya baru bisa dievakuasi ke Wamena tepatnya di Tongkonan, Senin (5/7) malam melalui jalan darat. 

Evakuasi ini dilakukan setelah Kapolda Mathius Fakhiri melakukan pertemuan dengan warga termasuk massa dari pendukung nomor urut 01 yang ada di Elelim, Kabupaten Yalimo, Senin (5/7).

Baca Juga :  Terima Pengembalian Kerugian Negara Rp 300 Juta

Kisah lainnya juga datang dari Jhon. Pria 30 tahun ini memilih mengamankan diri selama 4 hari di hutan Hubakma lantaran takut akan amukan massa. “Masyarakat setempat yang menjaga kami saat itu dengan makan seadanya,” kata ayah dua anak ini kepada Cenderawasih Pos.

Setelah empat hari mengamankan diri di hutan, Jhon kemudian keluar dan bermalam satu malam di Elelim sebelum turun ke Wamena, Selasa (6/7) dini hari. Ia turun ke Wamena bersama rekannya setelah jalan trans dari Yalimo ke Wamena dibuka. “Kami menginap bersama masyarakat lokal di hutan, mereka juga yang menjaga kami selama berada di hutan,” ujarnya.

Setelah situasi membaik, Jhon yang sudah 4 tahun bekerja sebagai buruh bangunan di Yalimo, akan kembali ke Yalimo. Sebab menurut Jhon, masyarakat yang ada di Yalimo begitu baik.

Sementara itu, Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D Fakhiri menyampaikan, terkait dengan pengungsian pihaknya sudah melakukan zoom meeting dengan  Menko Polhukam, Sabtu (3/7) lalu. 

Dari pertemuan itu, akan diambil langkah-langkah lanjutan oleh menteri terkait khususnya Menko Polhukam yang meminta kepada Mensos untuk melakukan penanganan serius  terhadap para pengungsi dari Yalimo termasuk nantinya rehabilitasi dan rekonstruksinya.

“Kalau dibebankan kepada pemerintah kabupaten, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Karena sudah pasti kesulitan anggaran, tidak punya PAD apa-apa. Selama ini mereka berharap dari pusat,  sehingga semua nanti diambil alih oleh pemerintah pusat,” jelas  Mathius Fakhiri. 

Dikatakan, apa yang sudah ia dengarkan di masyarakat ataupun yang dilihat di Elelim, akan diteruskan ke pimpinan dalam hal ini para menteri terkait. Sehingga bisa segera diambil langkah-langkah untuk penanganannya.

“Saya berharap mereka (pengungsi, red) tetap dalam ikatan-ikatan. Jangan sampai dimanfaatkan ke hal-hal yang lain,” pintanya.

Kapolda tidak ingin berandai-andai dengan situasi Yalimo. Selaku Kapolda, dirinya akan berusaha  untuk melakukan pendekatan supaya putusan MK khususnya kepada Paslon nomor urut 01. 

Disamping itu, pihaknya juga telah mengirim apa yang menjadi tuntutan masyarakat baik kepada KPU RI, Mendagri, Menkopolhukam yang nantinya Menkopolhukam yang akan mengambil langkah.

Baca Juga :  Puluhan Ribu Warga Lapago Hadiri Syukuran 10 Tahun Kepemimpinan Befa-Yemis

Secara terpisah, Ketua IKT Provinsi Papua, Dr. Eddy Rante Tasak, MM.,  mengakui jika Warga IKT yang terdaftar di Yalimo sebagai pengungsi sebanyak 1.025 orang.

Dari jumlah tersebut sudah dievakuasi lewat udara baik langsung ke Jayapura maupun via Wamena sebanyak 28 orang. Sementara yang dievakuasi melalui jalur darat sebanyak 997 orang. 

“Warga yang masuk di penampunga kami ini 737 orang dan yang langsung ke  keluarga itu sekitar 260 orang. Mereka yang ditampung di Tongkonan bukan hanya orang Toraja, tetapi semua paguyuban masuk dahulu di sini. Kami layani ngopi dulu kemudian kami layani makan malam. Setelah itu ada yang kembali ke keluarganyaatau paguyubannya. Kami lepaskan mereka setelah kami data saat mereka tiba di Wamena,” jelasnya kepada Cenderawasih Pos, Selasa (6/7). 

Eddy mengakui masih banyak  warganya yang tertinggal. Sementara, warga yang ditampung di Tongkonan Wamena, kebanyakan bukan warga IKT, tetapi warga yang tidak punya paguyuban dan tidak punya keluarga di Wamena. 

“Kami tidak bisa memprediksi masalah konflik di sana, tetapi yang kami lakukan adalah penyelamatan kemanusiaan. Warga yang dievakuasi ini sudah tidak punya tempat tinggal dan tidak punya lagi lahan usaha karena kios mereka semua dibakar,” ujarnya. 

IKT Provinsi Papua juga berterima kasih kepada masyarakat Yalimo yang sangat memberikan perhatian kepada warganya. Termasuk memberikan ruang kepada masyarakat untuk turun ke Wamena beristirahat sementara sampai situasi di Yalimo kembali kondusif.

“Pasti mereka akan kembali ke sana, karena di sana mereka punya lahan usaha dan tempat bekerja. Jadi  saya yakin setelah situasi kondusif mereka akan kembali ke Yalimo,” tutupnya. 

Di tempat yang sama Ketua IKT Lapago, Yohanis Tuku ST., menyebutkan, selama berada di pengungsian di Elelim, ada tiga orang warga yang melahirkan. Ketiga warga yang melahirkan itu, juga sudah berada di Tongkonan Wamena. 

Sementara itu, Sri Komaria salah satu ibu yang melahirkan di pengungsian mengakui proses persalinannya di pengungsian berjalan lancar berkat bantua seorang bidan. (fia/jo/nat)

*Ada yang Mengamankan Diri di Hutan Hingga Melahirkan di Lokasi Pengungsian

JAYAPURA-Sebanyak 977 dari 1.025 warga Ikatan Keluarga Toraja (IKT) yang tercatat sebagai pengungsi di Distrik Elelim, Kabupaten Yalimo, sudah meninggalkan Elelim dan tiba di Wamena, ibukota Kabupaten Yalimo.

Dari 977 warga yang sudah berada di Wamena tersebut, 737 orang sementara ditampung di gedung Tongkonan Wamena dan 260 orang lainnya tinggal di keluarga mereka. 

Berbagai kisah bermunculan yang dialami warga yang mengungsi pasca aksi pembakaran di Elelim, Kabupaten Yalimo pada 29 Juni lalu. Ada yang melahirkan di lokasi pengungsian dan ada juga yang memilih mengamankan diri di hutan selama 4 hari karena takut akan amukan massa.

Pasca aksi pembakaran tersebut, tercatat tiga orang bayi lahir di pengungsian. Salah satu dari ketiga bayi ini diberi nama Martha oleh Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D Fakhiri. “Saya beri nama Martha seperti nama Ibu saya,” ungkap Kapolda  Mathius Fakhiri saat menggendong bayi yang berusia 7 hari ketika mengunjungi warga yang berada di Tongkonan Wamena, Selasa (6/7).

Lanjutnya, pemberian nama bayi perempuan tersebut atas permintaan keluarga kepada Kapolda. Sebagaimana nama Martha adalah perempuan perempuan tangguh.

“Saya berikan nama itu kepada dia, mudah-mudahan dia akan menjadi perempuan tangguh. Ketika besar nanti, dia tidak pantang menyerah sebagaimana dia lahir di tengah peristiwa di Yalimo,” ucapnya.

Adapun Martha dilahirkan dari ibu bernama Sri Komaria di lokasi pengungsian di Elelim pada tanggal 30 Juni lalu. Saat itu, situasi di ibukota Kabupaten Yalimo ini memanas akibat putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang tidak diterima oleh massa dari pendukung pasangan calon (Paslon) nomor urut 01. Akibatnya, kantor pemerintahan, pertokoan dan rumah warga dibakar massa.

Martha dan keluarganya serta warga lainnya baru bisa dievakuasi ke Wamena tepatnya di Tongkonan, Senin (5/7) malam melalui jalan darat. 

Evakuasi ini dilakukan setelah Kapolda Mathius Fakhiri melakukan pertemuan dengan warga termasuk massa dari pendukung nomor urut 01 yang ada di Elelim, Kabupaten Yalimo, Senin (5/7).

Baca Juga :  Kampung Adat Implementasi Sesungguhnya dari Otsus Papua

Kisah lainnya juga datang dari Jhon. Pria 30 tahun ini memilih mengamankan diri selama 4 hari di hutan Hubakma lantaran takut akan amukan massa. “Masyarakat setempat yang menjaga kami saat itu dengan makan seadanya,” kata ayah dua anak ini kepada Cenderawasih Pos.

Setelah empat hari mengamankan diri di hutan, Jhon kemudian keluar dan bermalam satu malam di Elelim sebelum turun ke Wamena, Selasa (6/7) dini hari. Ia turun ke Wamena bersama rekannya setelah jalan trans dari Yalimo ke Wamena dibuka. “Kami menginap bersama masyarakat lokal di hutan, mereka juga yang menjaga kami selama berada di hutan,” ujarnya.

Setelah situasi membaik, Jhon yang sudah 4 tahun bekerja sebagai buruh bangunan di Yalimo, akan kembali ke Yalimo. Sebab menurut Jhon, masyarakat yang ada di Yalimo begitu baik.

Sementara itu, Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D Fakhiri menyampaikan, terkait dengan pengungsian pihaknya sudah melakukan zoom meeting dengan  Menko Polhukam, Sabtu (3/7) lalu. 

Dari pertemuan itu, akan diambil langkah-langkah lanjutan oleh menteri terkait khususnya Menko Polhukam yang meminta kepada Mensos untuk melakukan penanganan serius  terhadap para pengungsi dari Yalimo termasuk nantinya rehabilitasi dan rekonstruksinya.

“Kalau dibebankan kepada pemerintah kabupaten, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Karena sudah pasti kesulitan anggaran, tidak punya PAD apa-apa. Selama ini mereka berharap dari pusat,  sehingga semua nanti diambil alih oleh pemerintah pusat,” jelas  Mathius Fakhiri. 

Dikatakan, apa yang sudah ia dengarkan di masyarakat ataupun yang dilihat di Elelim, akan diteruskan ke pimpinan dalam hal ini para menteri terkait. Sehingga bisa segera diambil langkah-langkah untuk penanganannya.

“Saya berharap mereka (pengungsi, red) tetap dalam ikatan-ikatan. Jangan sampai dimanfaatkan ke hal-hal yang lain,” pintanya.

Kapolda tidak ingin berandai-andai dengan situasi Yalimo. Selaku Kapolda, dirinya akan berusaha  untuk melakukan pendekatan supaya putusan MK khususnya kepada Paslon nomor urut 01. 

Disamping itu, pihaknya juga telah mengirim apa yang menjadi tuntutan masyarakat baik kepada KPU RI, Mendagri, Menkopolhukam yang nantinya Menkopolhukam yang akan mengambil langkah.

Baca Juga :  Ditetapkan Tersangka, H Samsunar Langsung Ditahan

Secara terpisah, Ketua IKT Provinsi Papua, Dr. Eddy Rante Tasak, MM.,  mengakui jika Warga IKT yang terdaftar di Yalimo sebagai pengungsi sebanyak 1.025 orang.

Dari jumlah tersebut sudah dievakuasi lewat udara baik langsung ke Jayapura maupun via Wamena sebanyak 28 orang. Sementara yang dievakuasi melalui jalur darat sebanyak 997 orang. 

“Warga yang masuk di penampunga kami ini 737 orang dan yang langsung ke  keluarga itu sekitar 260 orang. Mereka yang ditampung di Tongkonan bukan hanya orang Toraja, tetapi semua paguyuban masuk dahulu di sini. Kami layani ngopi dulu kemudian kami layani makan malam. Setelah itu ada yang kembali ke keluarganyaatau paguyubannya. Kami lepaskan mereka setelah kami data saat mereka tiba di Wamena,” jelasnya kepada Cenderawasih Pos, Selasa (6/7). 

Eddy mengakui masih banyak  warganya yang tertinggal. Sementara, warga yang ditampung di Tongkonan Wamena, kebanyakan bukan warga IKT, tetapi warga yang tidak punya paguyuban dan tidak punya keluarga di Wamena. 

“Kami tidak bisa memprediksi masalah konflik di sana, tetapi yang kami lakukan adalah penyelamatan kemanusiaan. Warga yang dievakuasi ini sudah tidak punya tempat tinggal dan tidak punya lagi lahan usaha karena kios mereka semua dibakar,” ujarnya. 

IKT Provinsi Papua juga berterima kasih kepada masyarakat Yalimo yang sangat memberikan perhatian kepada warganya. Termasuk memberikan ruang kepada masyarakat untuk turun ke Wamena beristirahat sementara sampai situasi di Yalimo kembali kondusif.

“Pasti mereka akan kembali ke sana, karena di sana mereka punya lahan usaha dan tempat bekerja. Jadi  saya yakin setelah situasi kondusif mereka akan kembali ke Yalimo,” tutupnya. 

Di tempat yang sama Ketua IKT Lapago, Yohanis Tuku ST., menyebutkan, selama berada di pengungsian di Elelim, ada tiga orang warga yang melahirkan. Ketiga warga yang melahirkan itu, juga sudah berada di Tongkonan Wamena. 

Sementara itu, Sri Komaria salah satu ibu yang melahirkan di pengungsian mengakui proses persalinannya di pengungsian berjalan lancar berkat bantua seorang bidan. (fia/jo/nat)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya