Saturday, April 27, 2024
30.7 C
Jayapura

Kota Jayapura Tetap Siaga Darurat

KOORDINASI: Wali Kota Jayapura Dr. Benhur Tomi Mano, MM., saat berbincang-bincang dengan Wakil Wali Kota Jayapura Ir. H. Rustan Saru, MM., Sekda Kota Jayapura, Dr. Frans Pekey, M.Si., dan pimpinan OPD di lingkungan Pemkot Jayapura, usai laksanakan apel gabungan, baru-baru ini. ( FOTO: Priyadi/Cepos)

ODP di Provinsi Papua Menyusut Drastis

JAYAPURA-Teka-teki mengenai kepastian penetapan status penanganan virus Corona atau Covid-19 di Kota Jayapura akhirnya terjawab setelah Wali Kota Jayapura, Dr. Benhur Tomi Mano, MM., melakukan pertemuan dengan tim Gugus Tugas Penanganan Percepatan Covid-19 Kota Jayapura, Senin (6/4). 

Dari hasil pertemuan tersebut, Wali Kota Jayapura, Dr. Benhur Tomi Mano, MM., menyampaikan bahwa pihaknya belum menaikkan status Kota Jayapura dari siaga menjadi tanggap darurat Covid-19.

Dengan adanya putusan ini, Wali Kota Tomi Mano meminta masyarakat untuk tidak menyebar hoax yang dapat membuat kepanikan dan keresahan di Kota Jayapura.

 “Untuk meningkatkan status di Kota Jayapura harus perlu kajian yang mendalam. Baik itu soal sumber daya manusia, alat kesehatan, rumah sakit rujukan, sosial, ekonomi dan keamanan. Untuk itu, status di Kota Jayapura masih tetap siaga,” ungkap Wali Kota Tomi Mano saat melakukan telekonfrens dengan awak media di Kota Jayapura, Senin (6/4).

Dirinya menegaskan, agar mata rantai penyebaran Covid-19 bisa terputus, instruksi yang sudah dikeluarkan harus dijalankan oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Mulai dari social distancing, physical distancing dan imbauan selalu mencuci tangan dengan sabun serta berperilaku hidup bersih dan sehat. 

Instruksi ini menurutnya wajib dilakukan. Termasuk para pelaku usaha yang berjualan ada pembatasan waktu juga dilakukan.

Wali Kota Tomi Mano juga minta kepada tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 untuk melakukan pendataan secara cermat. Baik kepada pasien yang positif, Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan Orang Tanpa Gejala (OTG) di Kota Jayapura untuk dapat dilakukan isolasi.

Selain itu, dirinya meminta Dinas Kesehatan Kota Jayapura dan gugus tugas melakukan pendataan secara cermat, tepat dan detail, terutama yang positif agar sedini mungkin dapat diisolasi.

 “Saya juga minta kepada kepala distrik, kelurahan dan kampung untuk dapat mengawasi orang masuk dan keluar di wilayahnya masing-masing, agar yang sehat tidak boleh terinveksi dan yang sakit bisa diobati secara maksimal. Dengan demikian untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 bisa dengan mudah dilakukan,” ujarnya.

Wali Kota Tomi Mano juga minta masyarakat atau jamaah yang habis pulang mengikuti kegiatan di Makassar dan para pendeta yang ikuti kegiatan di Bogor, maupun pegawai bank yang ikut kegiatan di luar Papua, untuk melaporkan ke Puskesmas dan gugus tugas supaya bisa langsung diperiksa kesehatannya.

“Jangan sampai menularkan ke yang lain, tetap melakukan isolasi mandiri selama 14 hari,” tegasnya.

 Diminta juga dalam aktivitas dalam bentuk apapun baik ibadah, untuk sementara waktu tidak dilaksanakan dulu, semua harus diperhatikan dengan baik. Pemerintah Kota Jayapura dalam penanganan percepatan Covid-19 menyiapkan dana Rp 7 miliar yang digunakan untuk membiayai dalam penyembuhan pasien Covid-19, ODP dan PDP. Dimana kebutuhan mereka selama masa isolasi ditanggung pemerintah. Termasuk masyarakat ekonomi lemah yang terdampak, serta insentif bagi dokter dan tim medis yang bekerja. Serta memberikan fasilitas penginapan bagi tim medis untuk bisa tinggal di hotel yang saat ini tidak beroperasi.

Tomi Mano juga meminta pedagang maupun distributor agar tidak menaikkan harga Sembako. Terkait masyarakat yang terdampak, pemerintah menurutnya akan memberikan bantuan sembako, vitamin dan pelayanan kesehatan.

Baca Juga :  THB Finish, PB PON Papua Terus Genjot Persiapan dengan Baik

 “Saya juga minta harus ada pemetaan mana saja zona merah yang warganya terkena Covid-19 baik PDP, ODP, maupun yang baru sembuh dan yang meninggal diberikan santunan Rp 15 juta. Untuk tim medis bisa fokus untuk melakukan pemantauan dan penyembuhan, sehingga mereka yang sudah masuk datanya ini tidak boleh keluar kemana-mana,” tandasnya.

 Dirinya juga meminta agar aparat tegas dalam membubarkan warga yang masih suka kumpul-kumpul. Termasuk ketua RT/RW dan kelurahan untuk terus memberikan imbauan kepada warganya. “Jangan lagi kumpul-kumpul. Karena wabah Covid-19 masih terus meningkat. Untuk itu, warga jangan keras kepala dan jika mau bepergian memakai masker, karena saat ini masker kain dijual bebas dan bisa dipakai setiap saat kalau kotor bisa dicuci kembali,” pungkasnya.

Sementara itu, berdasarkan data Senin (6/4) pukul 19.00 WIT malam, Satgas Covid-19 Provinsi Papua memaparkan bahwa ODP semakin menurun jumlahnya. 

Diketahui, hingga kemarin jumlah ODP sebanyak 3.498 orang. Dimana terjadi pengurangan 2.354 orang dari jumlah ODP pada hari sebelumnya yang mencapai 5.852 orang.

“Angka ini memang sudah semakin menurun karena mereka sudah keluar dari masa karantina dan pemantauan 14 hari. Namun, walau sudah selesai masa pemantauan, mereka harus tetap mengisolasi diri selama 2 minggu ke depan. Jikalau terdapat keluhan, maka harus melaporkan kepada petugas kesehatan,” ujar dr. Silwanus Sumule dalam video conference dengan wartawan, Senin (6/4) kemarin.

Kemudian, untuk data kasus positif Covid-19 di Papua tak mengalami perubahan dari data di hari sebelumnya Minggu (5/4) yakni 26 kasus positif. Adapun untuk PDP juga tak ada perubahan data, yakni 45 pasien.

“Tidak banyak perubahan data, namun 4 kabupaten/kota masih terus mendapat perhatian kami. Yakni Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Mimika, dan Merauke. Juga, terdapat 1 PDP yang kemarin dalam keadaan sakit sedang, hari ini terpaksa menggunakan alat bantu pernafasan karena kondisinya agak buruk,” tambahnya.

Ditambahkan bahwa terdapat tiga PDP yang diawasi ketat dengan menggunakan alat bantu pernafasan. Dimana dua pasien di antaranya dirawat di Kota Jayapura, dan satu pasien lainnya di Kabupaten Mimika.

“Sementara perihal hasil laboratorium juga tidak berbeda dengan data di hari sebelumnya, yakni 214 sampel pemeriksaan. Hasil sampel yang diperiksa diketahui pukul 22.00 WIT malam ini (kemarin malam). Hasilnya akan kami sampaikan besok malam (malam ini). Mudah-mudahan hasilnya tidak ada yang positif lagi,” pungkasnya.

Sementara Pemkab Merauke melalui   RSUD  Merauke melakukan screening   dengan cara   pemeriksaan rapid  test  terhadap penumpang Lion Air  pada tanggal 23 Maret  2020  lalu. 

Screening   ini  sehubungan dengan ditemukannya dua penumpang Lion Air  Jayapura-Merauke    pada tanggal  23 Maret  2020  yang merupakan pasangan suami istri   positif  Corona. 

Juru bicara  Posko Covid-19  yang juga Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten  Merauke,  dr. Nevile R. Muskita mengungkapkan bahwa  sehubungan  dengan   hasil  pemeriksaan klinis  terhadap   pasien 13 dan  pasien  14  yang merupakan  suami  istri yang  melakukan perjalanan   dari Jayapura-Merauke   dengan menggunakan  pesawat Lion, maka   seluruh  penumpang    pesawat  Lion Air pada tanggal 23 Maret   2020 diminta untuk melakukan screening  di RSUD Merauke   lewat  rapid test. 

Baca Juga :  Kumpulkan Data, TNI- Polri Terjunkan Tim ke Ilaga

“Ada 110 penumpang  yang  ada di manifest   penumpang Lion Air pada tanggal 23 Maret  2020. Diharapkan  seluruhnya segera melakukan  pemeriksaan   di RSUD Merauke,” pintanya. 

Nevile Muskita menjelaskan  bahwa sejak Minggu  dan Senin  (6/4),  sudah  tercatat  54   penumpang  lion Air  pada tanggal 23 Maret  2020  telah dilakukan   pemeriksaan  rapid test. Dari   54  penumpang  yang sudah datang dan dilakukan  pemeriksaan  menggunakan rapid test tersebut, satu  diantaranya  dinyatakan  positif. 

“Tapi  ini   baru  berdasarkan  hasil rapid test. Kita akan segera   mengambil   pesimen  terhadap yang bersangkutan  untuk  dilakukan pemeriksaan secara lengkap lewat laboratorium Litbangkes Jayapura,’’ tandasnya. 

Namun begitu,  menurut  Nevile Muskita,   satu  penumpang  yang ditemukan positif  dari  hasil rapid test  tersebut   akan langsung dikarantina   di Hotel  Asmat  dengan  pengamanan  dari Posko Covid-19  agar  yang bersangkutan  tidak keluar masuk. “Meski    baru  bersifat hasil rapid test,  tapi   dikhawatirkan kalau   bebas  berkeliaran di luar  bisa menularkan kepada orang lain. Untuk itu harus dikarantina dengan  pengawalan  dan pengamanan dari Posko Covid,’’ jelasnya. 

Tenaga medis yang    menangani   selama   di Hotel  Asmat menurut   Nevile Muskita juga  sudah  harus menggunakan APD. “Jadi perlakuan penanganan   sama dengan  yang  PDP yang dirawat di rumah sakit,” ucapnya.    

 Sementara  53  orang  yang hasil rapid  test negatif, lanjut  Nevile   Muskita,   harus melakukan karantina mandiri di  rumahnya masing-masing selama 10 hari. Setelah  itu akan dilakukan  rapid  test lagi.   

Nevile Mustika juga mengimbau   penumpang Lion  Air  pada tanggal 23 Maret  yang belum melakukan  pemeriksaan untuk segera  ke  RSUD Merauke untuk dilakukan  screening.    

Nevile Muskita juga menjelaskan bahwa  sampai   Senin  (6/4) jumlah  pasien  yang  dirawat  di RSUD Merauke  sebanyak  6 orang. Dua pasien   positif  Covid-19 yakni pasien 13 dan 14 yang merupakan  pasangan suami istri.   Kemudian 4 orang PDP yang  memiliki  kontak langsung dengan   pasien  13 dan 14.    Keempat PDP tersebut adalah pasien  16, pasien 17,  pasien 18 dan pasien 19.   “Kondisi pasien, semuanya  stabil antara sakit  ringan sampai sedang,’’ jelasnya. 

Sementara  ODP menurutnya sebanyak 117 orang  dan OTG sebanyak 388 orang.   ‘’Seperti yang diketahui  sembuh dua  dan sehat. Yang telah dipulangkan ada 12 orang,” tambahnya.  

Selain  rapid test  dilakukan untuk  penumpang Lion Air pada  tanggal 23 Maret  2020,  menurut  Nevile Muskita,   rapid test juga dilakukan bagi  seluruh   tenaga medis dna perawat  yang berada  di  bagian terdepan  penanganan   pasien   Covid-19 maupun   PDP  di RSUD Merauke. ‘’Hasilnya    seperti apa  nanti kita  sampaikan secara terbuka,’’   tandasnya.  

Sekadar diketahui, pasien  13 dan 14  melakukan  perjalanan ke Timika  untuk menghadiri  penguburan salah satu anggota  keluarganya  yang  diduga meninggal  karena Covid-19. Setelah  balik ke Merauke,  keduanya menggunakan pesawat dari Timika-Jayapura. Namun sebelum lanjut ke Merauke,  pasangan suami istri  tersebut  bermalam di salah satu  keluarganya di Waena  Jayapura.  Selanjutnya pada tanggal 23 Maret 2020,    keduanya  meneruskan perjalanan pulang ke Merauke menggunakan pesawat Lion Air. (dil/gr/ulo/nat) 

KOORDINASI: Wali Kota Jayapura Dr. Benhur Tomi Mano, MM., saat berbincang-bincang dengan Wakil Wali Kota Jayapura Ir. H. Rustan Saru, MM., Sekda Kota Jayapura, Dr. Frans Pekey, M.Si., dan pimpinan OPD di lingkungan Pemkot Jayapura, usai laksanakan apel gabungan, baru-baru ini. ( FOTO: Priyadi/Cepos)

ODP di Provinsi Papua Menyusut Drastis

JAYAPURA-Teka-teki mengenai kepastian penetapan status penanganan virus Corona atau Covid-19 di Kota Jayapura akhirnya terjawab setelah Wali Kota Jayapura, Dr. Benhur Tomi Mano, MM., melakukan pertemuan dengan tim Gugus Tugas Penanganan Percepatan Covid-19 Kota Jayapura, Senin (6/4). 

Dari hasil pertemuan tersebut, Wali Kota Jayapura, Dr. Benhur Tomi Mano, MM., menyampaikan bahwa pihaknya belum menaikkan status Kota Jayapura dari siaga menjadi tanggap darurat Covid-19.

Dengan adanya putusan ini, Wali Kota Tomi Mano meminta masyarakat untuk tidak menyebar hoax yang dapat membuat kepanikan dan keresahan di Kota Jayapura.

 “Untuk meningkatkan status di Kota Jayapura harus perlu kajian yang mendalam. Baik itu soal sumber daya manusia, alat kesehatan, rumah sakit rujukan, sosial, ekonomi dan keamanan. Untuk itu, status di Kota Jayapura masih tetap siaga,” ungkap Wali Kota Tomi Mano saat melakukan telekonfrens dengan awak media di Kota Jayapura, Senin (6/4).

Dirinya menegaskan, agar mata rantai penyebaran Covid-19 bisa terputus, instruksi yang sudah dikeluarkan harus dijalankan oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Mulai dari social distancing, physical distancing dan imbauan selalu mencuci tangan dengan sabun serta berperilaku hidup bersih dan sehat. 

Instruksi ini menurutnya wajib dilakukan. Termasuk para pelaku usaha yang berjualan ada pembatasan waktu juga dilakukan.

Wali Kota Tomi Mano juga minta kepada tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 untuk melakukan pendataan secara cermat. Baik kepada pasien yang positif, Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan Orang Tanpa Gejala (OTG) di Kota Jayapura untuk dapat dilakukan isolasi.

Selain itu, dirinya meminta Dinas Kesehatan Kota Jayapura dan gugus tugas melakukan pendataan secara cermat, tepat dan detail, terutama yang positif agar sedini mungkin dapat diisolasi.

 “Saya juga minta kepada kepala distrik, kelurahan dan kampung untuk dapat mengawasi orang masuk dan keluar di wilayahnya masing-masing, agar yang sehat tidak boleh terinveksi dan yang sakit bisa diobati secara maksimal. Dengan demikian untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 bisa dengan mudah dilakukan,” ujarnya.

Wali Kota Tomi Mano juga minta masyarakat atau jamaah yang habis pulang mengikuti kegiatan di Makassar dan para pendeta yang ikuti kegiatan di Bogor, maupun pegawai bank yang ikut kegiatan di luar Papua, untuk melaporkan ke Puskesmas dan gugus tugas supaya bisa langsung diperiksa kesehatannya.

“Jangan sampai menularkan ke yang lain, tetap melakukan isolasi mandiri selama 14 hari,” tegasnya.

 Diminta juga dalam aktivitas dalam bentuk apapun baik ibadah, untuk sementara waktu tidak dilaksanakan dulu, semua harus diperhatikan dengan baik. Pemerintah Kota Jayapura dalam penanganan percepatan Covid-19 menyiapkan dana Rp 7 miliar yang digunakan untuk membiayai dalam penyembuhan pasien Covid-19, ODP dan PDP. Dimana kebutuhan mereka selama masa isolasi ditanggung pemerintah. Termasuk masyarakat ekonomi lemah yang terdampak, serta insentif bagi dokter dan tim medis yang bekerja. Serta memberikan fasilitas penginapan bagi tim medis untuk bisa tinggal di hotel yang saat ini tidak beroperasi.

Tomi Mano juga meminta pedagang maupun distributor agar tidak menaikkan harga Sembako. Terkait masyarakat yang terdampak, pemerintah menurutnya akan memberikan bantuan sembako, vitamin dan pelayanan kesehatan.

Baca Juga :  THB Finish, PB PON Papua Terus Genjot Persiapan dengan Baik

 “Saya juga minta harus ada pemetaan mana saja zona merah yang warganya terkena Covid-19 baik PDP, ODP, maupun yang baru sembuh dan yang meninggal diberikan santunan Rp 15 juta. Untuk tim medis bisa fokus untuk melakukan pemantauan dan penyembuhan, sehingga mereka yang sudah masuk datanya ini tidak boleh keluar kemana-mana,” tandasnya.

 Dirinya juga meminta agar aparat tegas dalam membubarkan warga yang masih suka kumpul-kumpul. Termasuk ketua RT/RW dan kelurahan untuk terus memberikan imbauan kepada warganya. “Jangan lagi kumpul-kumpul. Karena wabah Covid-19 masih terus meningkat. Untuk itu, warga jangan keras kepala dan jika mau bepergian memakai masker, karena saat ini masker kain dijual bebas dan bisa dipakai setiap saat kalau kotor bisa dicuci kembali,” pungkasnya.

Sementara itu, berdasarkan data Senin (6/4) pukul 19.00 WIT malam, Satgas Covid-19 Provinsi Papua memaparkan bahwa ODP semakin menurun jumlahnya. 

Diketahui, hingga kemarin jumlah ODP sebanyak 3.498 orang. Dimana terjadi pengurangan 2.354 orang dari jumlah ODP pada hari sebelumnya yang mencapai 5.852 orang.

“Angka ini memang sudah semakin menurun karena mereka sudah keluar dari masa karantina dan pemantauan 14 hari. Namun, walau sudah selesai masa pemantauan, mereka harus tetap mengisolasi diri selama 2 minggu ke depan. Jikalau terdapat keluhan, maka harus melaporkan kepada petugas kesehatan,” ujar dr. Silwanus Sumule dalam video conference dengan wartawan, Senin (6/4) kemarin.

Kemudian, untuk data kasus positif Covid-19 di Papua tak mengalami perubahan dari data di hari sebelumnya Minggu (5/4) yakni 26 kasus positif. Adapun untuk PDP juga tak ada perubahan data, yakni 45 pasien.

“Tidak banyak perubahan data, namun 4 kabupaten/kota masih terus mendapat perhatian kami. Yakni Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Mimika, dan Merauke. Juga, terdapat 1 PDP yang kemarin dalam keadaan sakit sedang, hari ini terpaksa menggunakan alat bantu pernafasan karena kondisinya agak buruk,” tambahnya.

Ditambahkan bahwa terdapat tiga PDP yang diawasi ketat dengan menggunakan alat bantu pernafasan. Dimana dua pasien di antaranya dirawat di Kota Jayapura, dan satu pasien lainnya di Kabupaten Mimika.

“Sementara perihal hasil laboratorium juga tidak berbeda dengan data di hari sebelumnya, yakni 214 sampel pemeriksaan. Hasil sampel yang diperiksa diketahui pukul 22.00 WIT malam ini (kemarin malam). Hasilnya akan kami sampaikan besok malam (malam ini). Mudah-mudahan hasilnya tidak ada yang positif lagi,” pungkasnya.

Sementara Pemkab Merauke melalui   RSUD  Merauke melakukan screening   dengan cara   pemeriksaan rapid  test  terhadap penumpang Lion Air  pada tanggal 23 Maret  2020  lalu. 

Screening   ini  sehubungan dengan ditemukannya dua penumpang Lion Air  Jayapura-Merauke    pada tanggal  23 Maret  2020  yang merupakan pasangan suami istri   positif  Corona. 

Juru bicara  Posko Covid-19  yang juga Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten  Merauke,  dr. Nevile R. Muskita mengungkapkan bahwa  sehubungan  dengan   hasil  pemeriksaan klinis  terhadap   pasien 13 dan  pasien  14  yang merupakan  suami  istri yang  melakukan perjalanan   dari Jayapura-Merauke   dengan menggunakan  pesawat Lion, maka   seluruh  penumpang    pesawat  Lion Air pada tanggal 23 Maret   2020 diminta untuk melakukan screening  di RSUD Merauke   lewat  rapid test. 

Baca Juga :  Sepanjang 30 Tahun, 50.011 Kasus HIV/AIDS di Papua

“Ada 110 penumpang  yang  ada di manifest   penumpang Lion Air pada tanggal 23 Maret  2020. Diharapkan  seluruhnya segera melakukan  pemeriksaan   di RSUD Merauke,” pintanya. 

Nevile Muskita menjelaskan  bahwa sejak Minggu  dan Senin  (6/4),  sudah  tercatat  54   penumpang  lion Air  pada tanggal 23 Maret  2020  telah dilakukan   pemeriksaan  rapid test. Dari   54  penumpang  yang sudah datang dan dilakukan  pemeriksaan  menggunakan rapid test tersebut, satu  diantaranya  dinyatakan  positif. 

“Tapi  ini   baru  berdasarkan  hasil rapid test. Kita akan segera   mengambil   pesimen  terhadap yang bersangkutan  untuk  dilakukan pemeriksaan secara lengkap lewat laboratorium Litbangkes Jayapura,’’ tandasnya. 

Namun begitu,  menurut  Nevile Muskita,   satu  penumpang  yang ditemukan positif  dari  hasil rapid test  tersebut   akan langsung dikarantina   di Hotel  Asmat  dengan  pengamanan  dari Posko Covid-19  agar  yang bersangkutan  tidak keluar masuk. “Meski    baru  bersifat hasil rapid test,  tapi   dikhawatirkan kalau   bebas  berkeliaran di luar  bisa menularkan kepada orang lain. Untuk itu harus dikarantina dengan  pengawalan  dan pengamanan dari Posko Covid,’’ jelasnya. 

Tenaga medis yang    menangani   selama   di Hotel  Asmat menurut   Nevile Muskita juga  sudah  harus menggunakan APD. “Jadi perlakuan penanganan   sama dengan  yang  PDP yang dirawat di rumah sakit,” ucapnya.    

 Sementara  53  orang  yang hasil rapid  test negatif, lanjut  Nevile   Muskita,   harus melakukan karantina mandiri di  rumahnya masing-masing selama 10 hari. Setelah  itu akan dilakukan  rapid  test lagi.   

Nevile Mustika juga mengimbau   penumpang Lion  Air  pada tanggal 23 Maret  yang belum melakukan  pemeriksaan untuk segera  ke  RSUD Merauke untuk dilakukan  screening.    

Nevile Muskita juga menjelaskan bahwa  sampai   Senin  (6/4) jumlah  pasien  yang  dirawat  di RSUD Merauke  sebanyak  6 orang. Dua pasien   positif  Covid-19 yakni pasien 13 dan 14 yang merupakan  pasangan suami istri.   Kemudian 4 orang PDP yang  memiliki  kontak langsung dengan   pasien  13 dan 14.    Keempat PDP tersebut adalah pasien  16, pasien 17,  pasien 18 dan pasien 19.   “Kondisi pasien, semuanya  stabil antara sakit  ringan sampai sedang,’’ jelasnya. 

Sementara  ODP menurutnya sebanyak 117 orang  dan OTG sebanyak 388 orang.   ‘’Seperti yang diketahui  sembuh dua  dan sehat. Yang telah dipulangkan ada 12 orang,” tambahnya.  

Selain  rapid test  dilakukan untuk  penumpang Lion Air pada  tanggal 23 Maret  2020,  menurut  Nevile Muskita,   rapid test juga dilakukan bagi  seluruh   tenaga medis dna perawat  yang berada  di  bagian terdepan  penanganan   pasien   Covid-19 maupun   PDP  di RSUD Merauke. ‘’Hasilnya    seperti apa  nanti kita  sampaikan secara terbuka,’’   tandasnya.  

Sekadar diketahui, pasien  13 dan 14  melakukan  perjalanan ke Timika  untuk menghadiri  penguburan salah satu anggota  keluarganya  yang  diduga meninggal  karena Covid-19. Setelah  balik ke Merauke,  keduanya menggunakan pesawat dari Timika-Jayapura. Namun sebelum lanjut ke Merauke,  pasangan suami istri  tersebut  bermalam di salah satu  keluarganya di Waena  Jayapura.  Selanjutnya pada tanggal 23 Maret 2020,    keduanya  meneruskan perjalanan pulang ke Merauke menggunakan pesawat Lion Air. (dil/gr/ulo/nat) 

Berita Terbaru

Artikel Lainnya