Friday, September 20, 2024
33.7 C
Jayapura

Antrean Solar Tiap Hari Mengular

Abdulah dan kawan kawannya  menyesalkan sikap pihak SPBU, dan Pertamina yang tidak memberikan informasi pasti terkait ketersediaan solar di SPBU tersebut. “Kami tidak mungkin pindah antre di tempat lain, karena sudah terlanjur di sini (SPBU Padang Bulan red), dari tadi subuh,” bebernya.

   Menurutnya permasalahan penyediaan solar di SPBU di Kota Jayapura terjadi semenjak diberlakukannya barcode pembelian. Pasalnya jika mengacu pada aturan, mestinya setiap mobil dapat diisi maksimal 120 liter per hari. Tapi oleh pihak SPBU hanya dibatasi 80 liter perhari.

  “Kalau sesuai barcode kita hanya diizinkan isi 1 kali setiap hari, dengan maksimal 120 liter, tapi pihak SPBU ini bikin aturan, harus dua kali, pengisian pertama hanya 80 liter, sisanya tahap kedua,” jelasnya.

  Sementara dengan waktu penyediaan solar yang tidak menentu, membuat para sopir ini hanya mampu mengisi satu kali pengisian setiap harinya. “Bagaimana mau isi tahap kedua kalau antre tahap pertama saja sampai jam 14.00 WIT,” kata Abdulah.

Baca Juga :  KPK Jadwalkan Pemeriksaan Gubernur Papua Lukas Enembe Hari ini

  Abdulah mengharapkan adanya kepedulian dari pihak pertamina tapi juga pengelolah SPBU, karena akibat dari perosalan tersebut berdampak pada waktu kerja mereka setiap harinya. “Kami ini mau antar solar di Wamena, kalau setiap hari begini, bagaimana mau dapat uang,” pungkasnya.

  Sementara itu, terkait dengan stok solar, Pertamina pastikan kuota  solar subsidi masih ada dan tidak terjadi kelangkaan seperti yang dikhawatirkan masyarakat.

   Ketua DPD Hiswana Migas Papua Maluku Ledryk J Lekenila (Ongen) menjelaskan , terkait dengan antrean BBM, khususnya Solar Subsidi  memasuki semester 2 tiap tahun memang selalu meningkat.

  Menurutnya, antrean yang terjadi bukan dikarenakan BBM langka, tetapi dengan menggunakan QR Code dalam pengisian, jadi setiap truk sudah dijatah kuotanya, ada yang 60 liter ada juga lebih. “Ini juga cukup membantu Pertamina maupun pemerintah dalam pengawasan BBM subsidi jauh lebih baik, ” katanya kepada Cenderawasih Pos, Jumat (2/8) kemarin.

Baca Juga :  Sempat Stagnan, Program Kerja Dewan Diharap Bisa Berjalan 

  Antrean BBM sendiri, lanjut Ongen,  biasanya dikarenakan banyak proyek-proyek berjalan pada akhir tahun. Semakin banyak proyek yang berjalan maka kebutuhan solat juga semakin meningkat, hanya saja, dalam hal ini BBM Solar tidak dibatasi.

   “Ketersediaan stok masih ada, hanya saja memang melalui antrean, karena ada proses yang harus dilalui sebelum pengendara truk maupun mobil-mobil lainnya untuk mendapatkan solar, ” jelasnya.

   Hal serupa juga disampaikan Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku, Edi Mangun. Menurutnya, antrean solar yang terjadi pada beberapa SPBU  di Kota Jayapura, hingga Kabupaten Jayapura, hal tersebut bukan dikarenakan   stok solar menipis.

  “Kuota solar subsidi masih ada, hanya saja karena ada beberapa SPBU yang tidak lagi menjual solar serta aktivitas proyek-proyek yang mulai berjalan, juga menyebabkan terjadinya antrean solar, ” katanya kepada Cenderawasih Pos, Jumat (2/8) kemarin.

Abdulah dan kawan kawannya  menyesalkan sikap pihak SPBU, dan Pertamina yang tidak memberikan informasi pasti terkait ketersediaan solar di SPBU tersebut. “Kami tidak mungkin pindah antre di tempat lain, karena sudah terlanjur di sini (SPBU Padang Bulan red), dari tadi subuh,” bebernya.

   Menurutnya permasalahan penyediaan solar di SPBU di Kota Jayapura terjadi semenjak diberlakukannya barcode pembelian. Pasalnya jika mengacu pada aturan, mestinya setiap mobil dapat diisi maksimal 120 liter per hari. Tapi oleh pihak SPBU hanya dibatasi 80 liter perhari.

  “Kalau sesuai barcode kita hanya diizinkan isi 1 kali setiap hari, dengan maksimal 120 liter, tapi pihak SPBU ini bikin aturan, harus dua kali, pengisian pertama hanya 80 liter, sisanya tahap kedua,” jelasnya.

  Sementara dengan waktu penyediaan solar yang tidak menentu, membuat para sopir ini hanya mampu mengisi satu kali pengisian setiap harinya. “Bagaimana mau isi tahap kedua kalau antre tahap pertama saja sampai jam 14.00 WIT,” kata Abdulah.

Baca Juga :  KPU Papua Lakukan Verifikasi Faktual 9 Partai Politik

  Abdulah mengharapkan adanya kepedulian dari pihak pertamina tapi juga pengelolah SPBU, karena akibat dari perosalan tersebut berdampak pada waktu kerja mereka setiap harinya. “Kami ini mau antar solar di Wamena, kalau setiap hari begini, bagaimana mau dapat uang,” pungkasnya.

  Sementara itu, terkait dengan stok solar, Pertamina pastikan kuota  solar subsidi masih ada dan tidak terjadi kelangkaan seperti yang dikhawatirkan masyarakat.

   Ketua DPD Hiswana Migas Papua Maluku Ledryk J Lekenila (Ongen) menjelaskan , terkait dengan antrean BBM, khususnya Solar Subsidi  memasuki semester 2 tiap tahun memang selalu meningkat.

  Menurutnya, antrean yang terjadi bukan dikarenakan BBM langka, tetapi dengan menggunakan QR Code dalam pengisian, jadi setiap truk sudah dijatah kuotanya, ada yang 60 liter ada juga lebih. “Ini juga cukup membantu Pertamina maupun pemerintah dalam pengawasan BBM subsidi jauh lebih baik, ” katanya kepada Cenderawasih Pos, Jumat (2/8) kemarin.

Baca Juga :  Kasus Penganiayaan oleh ODGJ Jadi Atensi Pemerintah

  Antrean BBM sendiri, lanjut Ongen,  biasanya dikarenakan banyak proyek-proyek berjalan pada akhir tahun. Semakin banyak proyek yang berjalan maka kebutuhan solat juga semakin meningkat, hanya saja, dalam hal ini BBM Solar tidak dibatasi.

   “Ketersediaan stok masih ada, hanya saja memang melalui antrean, karena ada proses yang harus dilalui sebelum pengendara truk maupun mobil-mobil lainnya untuk mendapatkan solar, ” jelasnya.

   Hal serupa juga disampaikan Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Papua Maluku, Edi Mangun. Menurutnya, antrean solar yang terjadi pada beberapa SPBU  di Kota Jayapura, hingga Kabupaten Jayapura, hal tersebut bukan dikarenakan   stok solar menipis.

  “Kuota solar subsidi masih ada, hanya saja karena ada beberapa SPBU yang tidak lagi menjual solar serta aktivitas proyek-proyek yang mulai berjalan, juga menyebabkan terjadinya antrean solar, ” katanya kepada Cenderawasih Pos, Jumat (2/8) kemarin.

Berita Terbaru

Artikel Lainnya