Friday, April 26, 2024
26.7 C
Jayapura

Waspada, Narkoba Sudah Masuk Hingga Tingkat SD

JAYAPURA-Dampak buruk lingkungan tak hanya menjadi tanggung jawab sekolah yang mengawasi anak saat pada jam belajar tetapi menjadi penting bagi setiap orang tua untuk ikut mengawasi aktivitas anak-anaknya di luar jam sekolah. Ini lantaran dampak buruk narkoba ternyata sudah masuk ke lingkup sekolah. Tak hanya ditingkat atas tetapi juga ditingkat dasar alias sekolah dasar. 

Christian Sohilait, ST., M.Si., (FOTO: Gamel/Cepos)

Hal ini sebagaimana diungkapkan Kepala Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua,  Christian Sohilait, ST., M.Si., usai melakukan tatap muka dengan BNN Papua dan Dir Narkoba Polda Papua. 

Dari pertemuan ini, Sohilait mendapatkan informasi bahwa  peredaran narkoba telah masuk ke seluruh lapisan masyarakat dan tak hanya orang dewasa tetapi juga anak-anak. Bahkan dari hasil diskusinya dengan Kepala BNN Papua ternyata sudah ada anak SD yang terlibat dengan barang haram tersebut.

 Bukan sebagai pengedar namun pengguna. “Ini hasil pertemuan kami dengan  pihak BNN maupun Dir Narkoba, ada anak SD yang sudah mengonsumsi narkoba dan ini bahaya sekali,” kata Sohilait di kediamannya di Angkasa, Distrik Jayapura Utara, Jumat (3/7) lalu. 

Pihaknya sendiri menindaklanjuti berbagai laporan ini dengan menyiapkan MoU  dengan BNN Papua. Salah satu isinya adalah melakukan tes urin terhadap seluruh tenaga pengajar termasuk peserta didik.

Ini untuk mengetahui seberapa besar dampak buruk barang haram ini di lingkungan pendidikan sekolah. “Kami akan minta semua tes urin. Ini wajib, mau guru atau anak sekolah harus tes,” tegas Sohilait. Ia menyebut persoalan Covid-19 memang memberi dampak luas namun pihaknya tak ingin tutup mata dengan dampak lain terutama yang berkaitan dengan lingkungan sosial. “Covid menurut saya memang berbahaya tapi persoalan sosial juga tak  kalah bahayanya. Bayangkan jika karena narkoba akhirnya masa depan anak – anak ikut rusak,” jelasnya.

Baca Juga :  Pencarian Pilot Menyebar ke Empat Kabupaten

 Mantan Sekda Lanny Jaya ini juga  meyakini jika barang haram ini bukan datang dengan sendirinya tetapi pasti ada faktor dari luar, terutama orang yang lebih dewasa. “Saya pikir  ada hal lain yang harus dipikirkan untuk menyelamatkan mereka, pemerintah juga sudah perlu memikirkan soal tempat rehabilitasi narkoba sebab ini penanganannya berbeda,” tegasnya. 

Ia menganalisa jika narkoba tidak berdiri sendiri melainkan ada dua hal lainnya yang berkaitan yaitu minum keras dan seks bebas. Biasa setelah miras atau narkoba akan dilanjutkan dengan seks bebas. “Kami berharap orang tua bisa lebih awas dalam mengawasi pergaulan dan lingkungan anak-anak. Contoh anak SD tadi jika terus terbiar hingga SMP dan SMA mau jadi apa nanti,” pungkasnya. (ade/nat)

Permasalahan yang sedang terjadi di anak – anak sekolah akibat narkoba. Ada MoU  yang sudah kami buat   dan setelah masa Pandemi berakhir, kami akan tingkatkan kerjasamanya. Guru dan semua anak sekolah akan kita lakukan tes urin dan kedua, perlu ada tempat rehabilitasi anak – anak narkoba khususnya anak sekolah sebab ini berbeda dengan rehabilitasi yang lain sebab jik tidak maka ia akan kembali lagi. Hari ini data cukup banyak dan kami sudah lakukan pertemuan dengan Dir Narkoba Polda Papua dan mengecek data terakhir, ini bagian yang tidak kalah penting dibanding covid. Bicara covid memang penting tapi ada masalah sosial lainnya yang harus dibahas dan salah satunya narkoba. Narkoba ini segitiga, Narkoba pasti ada temannya yaitu miras dan sepupunya seks bebas. Jika bisa berantas narkobanya maka paling tidak bisa mengikuti yang lain. Narkoba sudah masuk di semua strata dan kami tidak pernah bayangkan ternyata anak SD juga ada yang menggunakan ganja dan hari itu sudah ada. Teman-teman BNN sedang menolong mereka. Kami akan konsen dengan masalah – masalah sosial sebab mereka tak berinisiatif sendiri dan pasti ada campur tangan orang ketiga dan itu pasti orang dewasa. Kalau tidak ada dukungan di lingkungan maka masa depan anak – anak Papua ini akan suram. Mereka yang dinyatakan sebagai pengguna, maka akan diobati, dan tidak boleh diperlakukan berbeda. Harus tetap berinteraksi dan tak boleh dikucilkan namun ia perlu aktifitas yang lebih untuk menjauhkan dia dari dampak lingkungan. 

Baca Juga :  Selama Ramadan Tiga Prajurit TNI Gugur di Papua

JAYAPURA-Dampak buruk lingkungan tak hanya menjadi tanggung jawab sekolah yang mengawasi anak saat pada jam belajar tetapi menjadi penting bagi setiap orang tua untuk ikut mengawasi aktivitas anak-anaknya di luar jam sekolah. Ini lantaran dampak buruk narkoba ternyata sudah masuk ke lingkup sekolah. Tak hanya ditingkat atas tetapi juga ditingkat dasar alias sekolah dasar. 

Christian Sohilait, ST., M.Si., (FOTO: Gamel/Cepos)

Hal ini sebagaimana diungkapkan Kepala Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Papua,  Christian Sohilait, ST., M.Si., usai melakukan tatap muka dengan BNN Papua dan Dir Narkoba Polda Papua. 

Dari pertemuan ini, Sohilait mendapatkan informasi bahwa  peredaran narkoba telah masuk ke seluruh lapisan masyarakat dan tak hanya orang dewasa tetapi juga anak-anak. Bahkan dari hasil diskusinya dengan Kepala BNN Papua ternyata sudah ada anak SD yang terlibat dengan barang haram tersebut.

 Bukan sebagai pengedar namun pengguna. “Ini hasil pertemuan kami dengan  pihak BNN maupun Dir Narkoba, ada anak SD yang sudah mengonsumsi narkoba dan ini bahaya sekali,” kata Sohilait di kediamannya di Angkasa, Distrik Jayapura Utara, Jumat (3/7) lalu. 

Pihaknya sendiri menindaklanjuti berbagai laporan ini dengan menyiapkan MoU  dengan BNN Papua. Salah satu isinya adalah melakukan tes urin terhadap seluruh tenaga pengajar termasuk peserta didik.

Ini untuk mengetahui seberapa besar dampak buruk barang haram ini di lingkungan pendidikan sekolah. “Kami akan minta semua tes urin. Ini wajib, mau guru atau anak sekolah harus tes,” tegas Sohilait. Ia menyebut persoalan Covid-19 memang memberi dampak luas namun pihaknya tak ingin tutup mata dengan dampak lain terutama yang berkaitan dengan lingkungan sosial. “Covid menurut saya memang berbahaya tapi persoalan sosial juga tak  kalah bahayanya. Bayangkan jika karena narkoba akhirnya masa depan anak – anak ikut rusak,” jelasnya.

Baca Juga :  Markas KKB Numbuk Telenggen Berhasil Dikuasai

 Mantan Sekda Lanny Jaya ini juga  meyakini jika barang haram ini bukan datang dengan sendirinya tetapi pasti ada faktor dari luar, terutama orang yang lebih dewasa. “Saya pikir  ada hal lain yang harus dipikirkan untuk menyelamatkan mereka, pemerintah juga sudah perlu memikirkan soal tempat rehabilitasi narkoba sebab ini penanganannya berbeda,” tegasnya. 

Ia menganalisa jika narkoba tidak berdiri sendiri melainkan ada dua hal lainnya yang berkaitan yaitu minum keras dan seks bebas. Biasa setelah miras atau narkoba akan dilanjutkan dengan seks bebas. “Kami berharap orang tua bisa lebih awas dalam mengawasi pergaulan dan lingkungan anak-anak. Contoh anak SD tadi jika terus terbiar hingga SMP dan SMA mau jadi apa nanti,” pungkasnya. (ade/nat)

Permasalahan yang sedang terjadi di anak – anak sekolah akibat narkoba. Ada MoU  yang sudah kami buat   dan setelah masa Pandemi berakhir, kami akan tingkatkan kerjasamanya. Guru dan semua anak sekolah akan kita lakukan tes urin dan kedua, perlu ada tempat rehabilitasi anak – anak narkoba khususnya anak sekolah sebab ini berbeda dengan rehabilitasi yang lain sebab jik tidak maka ia akan kembali lagi. Hari ini data cukup banyak dan kami sudah lakukan pertemuan dengan Dir Narkoba Polda Papua dan mengecek data terakhir, ini bagian yang tidak kalah penting dibanding covid. Bicara covid memang penting tapi ada masalah sosial lainnya yang harus dibahas dan salah satunya narkoba. Narkoba ini segitiga, Narkoba pasti ada temannya yaitu miras dan sepupunya seks bebas. Jika bisa berantas narkobanya maka paling tidak bisa mengikuti yang lain. Narkoba sudah masuk di semua strata dan kami tidak pernah bayangkan ternyata anak SD juga ada yang menggunakan ganja dan hari itu sudah ada. Teman-teman BNN sedang menolong mereka. Kami akan konsen dengan masalah – masalah sosial sebab mereka tak berinisiatif sendiri dan pasti ada campur tangan orang ketiga dan itu pasti orang dewasa. Kalau tidak ada dukungan di lingkungan maka masa depan anak – anak Papua ini akan suram. Mereka yang dinyatakan sebagai pengguna, maka akan diobati, dan tidak boleh diperlakukan berbeda. Harus tetap berinteraksi dan tak boleh dikucilkan namun ia perlu aktifitas yang lebih untuk menjauhkan dia dari dampak lingkungan. 

Baca Juga :  Pencarian Pilot Menyebar ke Empat Kabupaten

Berita Terbaru

Artikel Lainnya