Saturday, April 27, 2024
30.7 C
Jayapura

Evakuasi Pendulang, TNI-Polri Turunkan Tim

KOMPAK: Kapolri Tito Karnavian bersama Kapolda Papua Irjen Pol. Rudolf A. Rodja (paling kiri) dan tiga mantan Kapolda Papua yaitu Paulus Waterpauw, Boy Rafli dan Martuani Sormin di Lanud Silas Papare, Sentani, Rabu (4/9). (FOTO : Elfira/Cepos)

JAYAPURA-TNI-Polri akan menerjunkan tim untuk mengevakuasi para pendulang yang tersebar di sejumlah lokasi penambangan tradisional di Yahukimo.

Dimana dilaporkan sebanyak 5 orang tewas dan sekirA 200-an warga telah menyelamatkan diri ke Tanah Merah, Boven Digoel menggunakan speed boat, Rabu (3/9).

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengakui hal ini dilematis. Sebab lokasi pendulangan tersebut berada di pedalaman dan jauh dari pemukiman masyarakat. Untuk itu, Tito meminta personel TNI-Polri  yang ada di sana melakukan pendekatan dengan pihak-pihak yang mungkin  presistent dengan keberadaan para pendulang tersebut.

“Kita sudah menurunkan  tim. Baik dari  Polri ataupun TNI  untuk  ke lokasi penambangan yang perbatasan antara Yahukimo, Boven Digoel dan Asmat,” ucap Kapolri Tito Karnavian kepada wartawan, Rabu (4/9).

Dikatakan, tim saat ini sudah menyusuri daerah tersebut untuk memastikan apakah mungkin ada konflik yang terjadi ataukah ada tidaknya korban di lokasi tersebut. 

Untuk memastikan itu, Panglima menurut Kapolri berencana untuk mengirimkan helikopter lengkap dengan pasukan gabungan TNI-Polri untuk menyusuri daerah tersebut.

“Kalau memang ada korban akan kita evakuasi. Saya dan Panglima TNI sudah janji akan kejar pelakunya. Hukum harus tegak. Tidak  boleh kita diam-diam saja kalau ada korban, hukum harus ditegakkan. Kalau nanti ada penyelesaian adat itu lain lagi. Tapi  yang jelas  hukum harus ditegakan  siapa yang berbuat  akan kita kejar,” tegas mantan Kapolda Papua ini.

Sementara itu, sebanyak 311 pendulang emas  tambang tradisional,  Distrik Seredala,  Kabupaten Yahukimo dikabarkan  melarikan diri ke Kabupaten Boven Digoel selama dua hari terakhir.  Hal ini untuk menghindari aksi kekerasan dari sekelompok orang di lokasi tambang tersebut. 

Kapolres Boven Digoel, AKBP. Samsul Rizal mengatakan ratusan warga tersebut melarikan diri menggunakan perahu motor dan tiba Tanah Merah sejak Selasa (3/9) kemarin. 

Dari 311 orang tersebut, terdapat tiga warga dalam kondisi luka dan sudah mendapatkan perawatan di rumah sakit setempat.

“Kami telah mengambil keterangan dari sejumlah pendulang yang melihat langsung adanya insiden penyerangan dari kelompok tersebut. Dari hasil pemeriksaan sementara terdapat  beberapa lokasi tambang dan jaraknya sangat jauh. Diperkirakan masih terdapat 500 pendulang di lokasi-lokasi tersebut,” jelasnya.

Baca Juga :  Wallacer dan Pilar Dilepas

Kapolres menjelaskan, 311 orang ini rata-rata berasal dari luar Papua.  Sebagian besar pendulang ini telah berada di sejumlah paguyuban masyarakat dari  kampung halamannya setelah dilakukan pendataan. 

“Tim dari TNI bersama Polri akan meninjau lokasi kejadian tersebut dengan helicopter. Tujuannya untuk membuktikan kebenaran  informasi adanya korban jiwa akibat penyerangan oleh sekelompok orang,” ucapnya.

Sementara itu, dari data yang dihimpun Polres Asmat. Sebanyak  10 personel polisi sementara dalam perjalanan ke lokasi kejadian. Polres Asmat juga telah menghubungi salah satu pendulang emas yang selamat dari insiden penyerangan tersebut via telepon satelit.  

Salah satu pendulang itu mengaku melihat lima orang yang tewas karena dipanah,  Minggu (1/9) sekira pukul 17.00 WIT. Saat ini diduga 200 pendulang lainnya tengah bersembunyi di hutan sekitar lokasi tambang tersebut. 

Sementara itu, Kodim 1702/Jayawijaya yang wilayah teritorialnya meliputi 8 kabupaten di pegunungan tengah termasuk Yahukimo, belum bisa memastikan berapa jumlah korban meninggal dunia akibat pembantaian pendulang di tempat pertambangan Kampung Minim Kabupaten Yahukimo. Namun dari data yang dihimpun sudah ada 273 pendulang yang menyeberang atau menyelamatkan diri ke Boven Digoel.

Dandim 1702/Jayawijaya, Letkol Inf Candra Dianto mengaku belum bisa memastikan informasi pembantaian terhadap pendulang di wilayah pertambangan tradisional yang merupakan perbatasan antara Kabupaten Yahukimo, Pegunungan Bintang, Boven Diguel dan Asmat. 

“Untuk korban yang meninggal dunia kita belum bisa pastikan berapa jumlah sebenarnya. Karena masih mencari saksi dari masyarakat yang berhasil meloloskan diri dari lokasi pertambangan itu, ”ungkap Dandim Candra Dianto kepada Cenderawasih Pos di kantor Bupati Jayawijaya, Rabu (4/9).

Menurutnya, saat ini aparat TNI masih melakukan koordinasi wilayah baik itu Kapolres maupun perwilara penghubung (Pabung) yang ada di wilayah Kodim 1702/Jayawijaya terutama di Kabupaten Yahukimo, Pegunungan Bintang. Seperti Kapolres Yahukimo, Kapolres Pegunungan Bintang, Kapolres Asmat dan Dandim Boven Digoel. Dimana saat ini telah terkumpul 273 orang menyelamatkan diri di Boven Diguel.

“Dari 273 orang yang menyelamatkan diri, diantaranya  5 orang yang terkena luka bacok masih dirawat di RSUD Boven Digoel. Sementara upaya dari kita sendiri melalui Asisten Operasi Kodam XVII/ Cenderawasih sudah mengerahkan sebuah helikopter yang saat ini sudah berada di Boven Digoel,”jelasnya. 

Baca Juga :  Resmi MoU dengan Chatat.id, Keerom Menuju Digitalisasi UMKM

Ia memastikan jika helikopter ini yang nantinya akan digunakan mengevakuasi atau melakukan pertolongan kepada masyarakat yang masih ada di lokasi pertambangan masyarakat di Yahukimo. Kodim 1702/Jayawijaya juga masih mencari lokasi pertambangan tersebut.

“Saat ini masih dilakukan pengumpulan data di Boven Digoel. Karena ada korban selamat yang melarikan diri ke sana atau menyelamatkan diri dari wilayah yang bermasalah tersebut. Untuk itu, kita akan mengumpulkan data dari mereka,”bebernya.

Candra Dianto mengatakan, informasi sementara yang diperolehnya disebutkan masyarakat sebagian akan menyeberang ke Boven Digoel. Namun karena jumlah speed boat terbatas sehingga masih menanti dan menunggu di pinggir sungai. Namun sejauh ini ia belum mengetahui secara pasti lokasi kejadian tersebut atau tempat penambangan masyarakat itu.

“Kita belum mengetahui eksac location pastinya. Untuk itu, kita masih melakukan pencarian untuk wilayah Yahukimo. Saat ini telah dikirim pasukan Satgas 571, Brimob dan dari Pos Ramil untuk mengetahui keberadaan lokasi itu,” tandasnya. 

Ia juga menambahkan bahwa ada aparat gabungan TNI-Polri ang dikerahkan ke  Kampung Serandala Kabupaten Yahukimo. Dimana dari informasi siang kemarin ada 30 orang pengungsi yang berhasil menyelamatkan diri dari lokasi pertambangan.

“Kita melakukan pengecekan terhadap informasi yang didapatkan. Kalau memang benar ada maka kita akan evakuasi dan meminta keterangan dari mereka terkait dengan insiden ini,”tambahnya. 

  Secara terpisah,  Danramil 1707-08/Agats Kapten Inf. Herman Kopong    yang dihubungi media ini lewat telepon selulernya  mengaku  belum ada perkembangan  yang dilaporkan Babinsa  kepadanya terkait 5  pendulang  yang dikabarkan  tewas. 

Namun  para pendulang   yang  lari menyelamatkan  diri menurut  Herman Kopong  sebagian besar  menyelamatkan diri ke Boven Digoel  dan Yahukimo. ‘’Sedangkan   yang ke Suator, Kabupaten    Asmat dari laporan yang kami terima baru beberapa  orang.  Belum ada yang sampai ke Agats, ibukota Asmat,’’ tambahnya. (fia/jo/ulo/nat)   

KOMPAK: Kapolri Tito Karnavian bersama Kapolda Papua Irjen Pol. Rudolf A. Rodja (paling kiri) dan tiga mantan Kapolda Papua yaitu Paulus Waterpauw, Boy Rafli dan Martuani Sormin di Lanud Silas Papare, Sentani, Rabu (4/9). (FOTO : Elfira/Cepos)

JAYAPURA-TNI-Polri akan menerjunkan tim untuk mengevakuasi para pendulang yang tersebar di sejumlah lokasi penambangan tradisional di Yahukimo.

Dimana dilaporkan sebanyak 5 orang tewas dan sekirA 200-an warga telah menyelamatkan diri ke Tanah Merah, Boven Digoel menggunakan speed boat, Rabu (3/9).

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengakui hal ini dilematis. Sebab lokasi pendulangan tersebut berada di pedalaman dan jauh dari pemukiman masyarakat. Untuk itu, Tito meminta personel TNI-Polri  yang ada di sana melakukan pendekatan dengan pihak-pihak yang mungkin  presistent dengan keberadaan para pendulang tersebut.

“Kita sudah menurunkan  tim. Baik dari  Polri ataupun TNI  untuk  ke lokasi penambangan yang perbatasan antara Yahukimo, Boven Digoel dan Asmat,” ucap Kapolri Tito Karnavian kepada wartawan, Rabu (4/9).

Dikatakan, tim saat ini sudah menyusuri daerah tersebut untuk memastikan apakah mungkin ada konflik yang terjadi ataukah ada tidaknya korban di lokasi tersebut. 

Untuk memastikan itu, Panglima menurut Kapolri berencana untuk mengirimkan helikopter lengkap dengan pasukan gabungan TNI-Polri untuk menyusuri daerah tersebut.

“Kalau memang ada korban akan kita evakuasi. Saya dan Panglima TNI sudah janji akan kejar pelakunya. Hukum harus tegak. Tidak  boleh kita diam-diam saja kalau ada korban, hukum harus ditegakkan. Kalau nanti ada penyelesaian adat itu lain lagi. Tapi  yang jelas  hukum harus ditegakan  siapa yang berbuat  akan kita kejar,” tegas mantan Kapolda Papua ini.

Sementara itu, sebanyak 311 pendulang emas  tambang tradisional,  Distrik Seredala,  Kabupaten Yahukimo dikabarkan  melarikan diri ke Kabupaten Boven Digoel selama dua hari terakhir.  Hal ini untuk menghindari aksi kekerasan dari sekelompok orang di lokasi tambang tersebut. 

Kapolres Boven Digoel, AKBP. Samsul Rizal mengatakan ratusan warga tersebut melarikan diri menggunakan perahu motor dan tiba Tanah Merah sejak Selasa (3/9) kemarin. 

Dari 311 orang tersebut, terdapat tiga warga dalam kondisi luka dan sudah mendapatkan perawatan di rumah sakit setempat.

“Kami telah mengambil keterangan dari sejumlah pendulang yang melihat langsung adanya insiden penyerangan dari kelompok tersebut. Dari hasil pemeriksaan sementara terdapat  beberapa lokasi tambang dan jaraknya sangat jauh. Diperkirakan masih terdapat 500 pendulang di lokasi-lokasi tersebut,” jelasnya.

Baca Juga :  Resmi MoU dengan Chatat.id, Keerom Menuju Digitalisasi UMKM

Kapolres menjelaskan, 311 orang ini rata-rata berasal dari luar Papua.  Sebagian besar pendulang ini telah berada di sejumlah paguyuban masyarakat dari  kampung halamannya setelah dilakukan pendataan. 

“Tim dari TNI bersama Polri akan meninjau lokasi kejadian tersebut dengan helicopter. Tujuannya untuk membuktikan kebenaran  informasi adanya korban jiwa akibat penyerangan oleh sekelompok orang,” ucapnya.

Sementara itu, dari data yang dihimpun Polres Asmat. Sebanyak  10 personel polisi sementara dalam perjalanan ke lokasi kejadian. Polres Asmat juga telah menghubungi salah satu pendulang emas yang selamat dari insiden penyerangan tersebut via telepon satelit.  

Salah satu pendulang itu mengaku melihat lima orang yang tewas karena dipanah,  Minggu (1/9) sekira pukul 17.00 WIT. Saat ini diduga 200 pendulang lainnya tengah bersembunyi di hutan sekitar lokasi tambang tersebut. 

Sementara itu, Kodim 1702/Jayawijaya yang wilayah teritorialnya meliputi 8 kabupaten di pegunungan tengah termasuk Yahukimo, belum bisa memastikan berapa jumlah korban meninggal dunia akibat pembantaian pendulang di tempat pertambangan Kampung Minim Kabupaten Yahukimo. Namun dari data yang dihimpun sudah ada 273 pendulang yang menyeberang atau menyelamatkan diri ke Boven Digoel.

Dandim 1702/Jayawijaya, Letkol Inf Candra Dianto mengaku belum bisa memastikan informasi pembantaian terhadap pendulang di wilayah pertambangan tradisional yang merupakan perbatasan antara Kabupaten Yahukimo, Pegunungan Bintang, Boven Diguel dan Asmat. 

“Untuk korban yang meninggal dunia kita belum bisa pastikan berapa jumlah sebenarnya. Karena masih mencari saksi dari masyarakat yang berhasil meloloskan diri dari lokasi pertambangan itu, ”ungkap Dandim Candra Dianto kepada Cenderawasih Pos di kantor Bupati Jayawijaya, Rabu (4/9).

Menurutnya, saat ini aparat TNI masih melakukan koordinasi wilayah baik itu Kapolres maupun perwilara penghubung (Pabung) yang ada di wilayah Kodim 1702/Jayawijaya terutama di Kabupaten Yahukimo, Pegunungan Bintang. Seperti Kapolres Yahukimo, Kapolres Pegunungan Bintang, Kapolres Asmat dan Dandim Boven Digoel. Dimana saat ini telah terkumpul 273 orang menyelamatkan diri di Boven Diguel.

“Dari 273 orang yang menyelamatkan diri, diantaranya  5 orang yang terkena luka bacok masih dirawat di RSUD Boven Digoel. Sementara upaya dari kita sendiri melalui Asisten Operasi Kodam XVII/ Cenderawasih sudah mengerahkan sebuah helikopter yang saat ini sudah berada di Boven Digoel,”jelasnya. 

Baca Juga :  Wallacer dan Pilar Dilepas

Ia memastikan jika helikopter ini yang nantinya akan digunakan mengevakuasi atau melakukan pertolongan kepada masyarakat yang masih ada di lokasi pertambangan masyarakat di Yahukimo. Kodim 1702/Jayawijaya juga masih mencari lokasi pertambangan tersebut.

“Saat ini masih dilakukan pengumpulan data di Boven Digoel. Karena ada korban selamat yang melarikan diri ke sana atau menyelamatkan diri dari wilayah yang bermasalah tersebut. Untuk itu, kita akan mengumpulkan data dari mereka,”bebernya.

Candra Dianto mengatakan, informasi sementara yang diperolehnya disebutkan masyarakat sebagian akan menyeberang ke Boven Digoel. Namun karena jumlah speed boat terbatas sehingga masih menanti dan menunggu di pinggir sungai. Namun sejauh ini ia belum mengetahui secara pasti lokasi kejadian tersebut atau tempat penambangan masyarakat itu.

“Kita belum mengetahui eksac location pastinya. Untuk itu, kita masih melakukan pencarian untuk wilayah Yahukimo. Saat ini telah dikirim pasukan Satgas 571, Brimob dan dari Pos Ramil untuk mengetahui keberadaan lokasi itu,” tandasnya. 

Ia juga menambahkan bahwa ada aparat gabungan TNI-Polri ang dikerahkan ke  Kampung Serandala Kabupaten Yahukimo. Dimana dari informasi siang kemarin ada 30 orang pengungsi yang berhasil menyelamatkan diri dari lokasi pertambangan.

“Kita melakukan pengecekan terhadap informasi yang didapatkan. Kalau memang benar ada maka kita akan evakuasi dan meminta keterangan dari mereka terkait dengan insiden ini,”tambahnya. 

  Secara terpisah,  Danramil 1707-08/Agats Kapten Inf. Herman Kopong    yang dihubungi media ini lewat telepon selulernya  mengaku  belum ada perkembangan  yang dilaporkan Babinsa  kepadanya terkait 5  pendulang  yang dikabarkan  tewas. 

Namun  para pendulang   yang  lari menyelamatkan  diri menurut  Herman Kopong  sebagian besar  menyelamatkan diri ke Boven Digoel  dan Yahukimo. ‘’Sedangkan   yang ke Suator, Kabupaten    Asmat dari laporan yang kami terima baru beberapa  orang.  Belum ada yang sampai ke Agats, ibukota Asmat,’’ tambahnya. (fia/jo/ulo/nat)   

Berita Terbaru

Artikel Lainnya