Akibatnya kata Yustus, wilayah yang sebelumnya terdampak banjir dan belum benar-benar surut kembali tergenang. Secara meteorologis, kejadian ini dipengaruhi oleh sejumlah kondisi atmosfer, baik global, regional maupun lokal, antara lain suhu muka laut (SST) di wilayah perairan sekitar Papua yang hangat dengan anomali positif hingga +2.0°C, yang meningkatkan pasokan uap air.
“Kemudian daerah belokan dan pertemuan angin (konvergensi) di wilayah Papua, memicu pertumbuhan awan-awan hujan konvektif. Kelembapan udara yang tinggi, mencapai 80–100% di berbagai lapisan atmosfer (850–500 mb),” jelasnya. Tak hanya itu kepala BMKG itu menyebut Indeks labilitas udara yang menunjukkan atmosfer sangat tidak stabil dan mendukung pembentukan badai guntur. Aktifnya gelombang atmosfer Equatorial Rossby di wilayah Papua bagian utara.
Lanjutnya menyampaikan BBMKG Wilayah V Jayapura telah melakukan berbagai upaya antisipasi, diantaranya; Mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem tiga harian dan nowcasting secara aktif melalui kanal media sosial, melaksanakan rapat koordinasi antisipasi cuaca ekstrem menjelang Hari Raya Idul Fitri pada, 26 Maret 2025, di mana telah ditegaskan potensi hujan lebat pada periode 29 Maret hingga 1 April 2025, Serta pembaruan informasi cuaca secara rutin setiap hari.
Adapun prospek cuaca sepekan ke depan yakni, 2 hingga 8 April 2025 mendatang sebagai berikut. Pada periode tanggal 2-4 April 2025, Papua secara umum diperkirakan cerah berawan hingga hujan ringan. Potensi hujan sedang hingga lebat disertai angin kencang dan badai guntur diprediksi masih terjadi di Kota dan Kab Jayapura, Keerom, Sarmi, Mamberamo Raya, Waropen, Biak Numfor, Kepulauan Yapen dan Supiori.
Lanjut untuk, 5-8 April 2025 umumnya cerah berawan – hujan ringan. Potensi hujan sedang-lebat dapat terjadi di Kota dan Kab Jayapura, Keerom, Sarmi, Waropen, Biak Numfor, Kep. Yapen dan Supiori. Masyarakat dihimbau untuk tetap waspada, karena saat ini angin monsun Asia masih aktif, menyebabkan suplai massa uap air ke wilayah Jayapura dan sekitarnya cukup tinggi.
Kondisi ini dapat memperbesar potensi hujan lebat apabila terdapat gangguan atmosfer skala global, regional, dan lokal yang terjadi secara bersamaan—yang pada akhirnya dapat memicu pertumbuhan awan konvektif penyebab hujan ekstrem. “BMKG akan terus menyampaikan informasi terkini guna mendukung kesiapsiagaan seluruh pihak dalam menghadapi potensi bencana hidrometeorologi.
Melihat historis kejadian cuaca ekstrem di Papua, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang mungkin masih terjadi hingga April 2025,” bebernya . Selain itu, kata Yustus perlu diperhatikan bahwa kondisi geografis Jayapura bahkan Papua memiliki banyak lereng curam berpotensi mengalami longsor, terutama jika hujan terjadi dengan intensitas tinggi atau dalam durasi yang lama.
Oleh karena itu, masyarakat yang bermukim di lereng gunung atau perbukitan diimbau untuk lebih berhati-hati dan segera menjauhi daerah rawan longsor saat hujan deras berlangsung. (kar/kim/ade)
Layanan Langganan Koran Cenderawasih Pos, https://bit.ly/LayananMarketingCepos
BACA SELENGKAPNYA DI KORAN DIGITAL CEPOSÂ https://www.myedisi.com/cenderawasihpos