Saturday, April 27, 2024
30.7 C
Jayapura

Empat Bintang Kejora Antarkan Pejuang Papua Merdeka

JAYAPURA – Pemakaman jenazah  Filep Karma akhirnya, dilakukan Rabu (2/11) kemarin . Pihak keluarga memang tak ingin terlalu lama menahan jenazah mengingat kondisi sudah membengkak dan sulit jika dipaksa bermalam. Tokoh perjuangan kemerdekaan Papua ini dimakamkan di TPU Waena, Distrik Heram. Ribuan warga berbondong – bondong melepas kepergian pria yang menyentrik dengan pakaian ASN namun dibalut dengan atribut bintang kejora itu. Bahkan saking dianggap sebagai tokoh yang berpengaruh, kelompok massa rela mengantar almarhum dengan jarak yang cukup jauh, dari Jayapura Utara ke Distrik Heram.  Proses ini dilakukan mulai pukul 15.00 WIT hingga pukul 21. 00 WIT. Dari pantauan Cenderawasih pos awalnya masa keluar dari rumah duka yang bertempat di Dok 5 Atas, dengan diawali penyerahan jenazah dari pihak keluarga kepada rakyat Papua yang diterima oleh Markus Haluk (KNPB) yang selanjutnya rakyat melakukan penghormatan terakhir dan pengantaran jenazah keluar dari rumah dengan mengibarkan bendera Bintang Kejora persis di mobil jenazah keluar dari rumah menuju jalan utama. Terlihat empat bendera Bintang  Kejora dengan berbagai ukuran ikut  mengantarkan jenazah. Saat bendera menutupi peti jenazah, dua bendera dibawa oleh rombongan pemotor dan satu lagi dibawa di atas pikap yang dikawal oleh  anggota KNPB. Proses pelepasan jenazah  dimulai dari pagi hari yang dilakukan ibadah bersama kemudian dari rumah duka di Jalan Macan Tutul Dok V atas ini jenazah  kemudian dibawa ke pemakaman umum Waena. Ada yang berkendara motor, menggunakan mobil dan sempat ada yang berjalan kaki. Pada saat akan dibawa ke pemakaman, situasi di Dok V  atas (di depan gereja Paulus) sempat tegang. Ini karena para pengantar bersikeras mengibarkan Bintang Kejora. Alhasil  pasukan dari Brimob Nusantara meminta untuk bendera tersebut disimpan. Sempat terjadi  ketegangan antara polisi dan pendemo karena sama-sama ngotot. Namun akhirnya polisi memilih mengalah. Rombongan akhirnya melintas di Jl Sam Ratulangi  sekira pukul 16.00 WIT menuju Waena. Hanya menariknya jika dari rute awal menyebut jika dari Jayapura rombongan akan melewati Santarosa Polimak kemudian naik ke jalur alternatif  lewat kolam buaya dan tembus di Kampwloker dan kemudian diteruskan ke arah Buper. Publik hampir percaya ketika rute ini dipublis ke media sosial.
Baca Juga :  50 Kasus Kematian dan 4.000 Lebih Kasus Positif Kumulatif
Namun di lapangan ternyata rute ini berubah dimana para pengantar memilih lewat jalur Skyland kemudian melewati Abepura hingga ke Expo Waena. Pengalihan jalur ini sempat membuat aparat kaget karena tidak menyangka rute perjalanan berubah. Arak-arakan massa ini disambut setiap pinggir kota yang dilewati, disamping kanan kiri jalan masyarakat menyampaikan bela sungkawa juga meneriakkan yel-yel Papua Merdeka.. Papua Merdeka.. Papua Merdeka, ada juga masyarakat yang menyerahkan krans bunga seperti ketika melewati Gajah Putih (depan pelabuhan),  mereka juga menyediakan air minum  bagi para pelayat. Sebelumnya di rumah duka usai menggelar ibadah pelepasan jenazah, anak kedua dari Almarhum Filep Karma yakni Andrefina Javiera Karma memberikan klarifikasi soal kejadian yang dialami dan pernyataan yang disampaikan Selasa (1/11) lalu. “Saya anak kedua dari bapak Filep Karma, waktu terakhir komunikasi Sabtu, bapak masih ceria suka cita kami saling tanyakan kabar dan sebagainya. Tapi Terakhir saya dapat info Selasa pagi pukul 08.00 Saya  di telepon om saya untuk  segera ke pantai Base G sekarang juga, sehingga saya ke sana di situ tanta saya sudah menangis sudah bersedih saya lihat bapak sudah tergeletak,” terangnya. “Saat itu saya langsung blank, lemas dan tidak ada orang disamping saya, saya ikuti arus saja karena mereka disitu panggil polisi, kami di bawa jalan sampai  rumah sakit saya berpikir sampai di RSUD dok II, tapi terus sampai RS Bhayangkara,” jelasnya. “Sampai di kamar jenazah mereka belum otak-atik jenazah dari rumah sakit minta ada laporan polisi dan izin keluarga apakah harus diotopsi atau tidak. Saya bingung saya mendapati kejadian seperti ini, saya ikuti tapi, Saya tidak mau bapak di otopsi alasannya kenapa, karena bapak mukanya sudah bengkak. Saya minta visum luar saya lihat tidak ada tusukan atau kekerasan,” tambahnya lagi.
Baca Juga :  Kukuhkan Paskibraka Perdana , Pj Gubernur Papua Tengah : Ini Moment Bersejarah
“Dan setelah itu saya dampingi bapak sampai rumah duka, tapi yang saya mau jelaskan bahwa saya bukan saksi yang melihat langsung bapak benar benar turun ke laut,” katanya. Ia mengatakan apabila rakyat Papua merasa tidak puas silakan investigasi independen tanpa melibatkan mereka keluarga karena sedang berduka. “Sementara waktu di rumah sakit saya klarifikasi saya di kelilingi orang, jadi memang saya ambil keputusan seperti peryataan kemarin di rumah sakit saya mengikuti arus dan saya bleng saat itu, katanya. Saya harap kita sama-sama makamkan bapak dengan baik dan aman,” tambahnya lagi. Andrefina Javiera juga berpesan kepada siapa saja untuk tidak lagi menyebarkan atau menujukkan foto-foto almarhum dengan kondiai tergeletak di pantai Base G, karena sangat menyakiti hati. “Saya tidak mau orang sebarkan foto dan video bapak saya saat meninggal di pantai kemarin, (Selasa, 1/11)  katanya di kediaman keluarga Dok V atas, Distrik Jayapura Utara, Rabu (2/11). “Kami harap tidak lagi foto bapak di pantai itu, ada bapak punya foto yang selalu ceria, ganteng dan selalu memberikan semangat pakai foto itu saja, Saya tidak mau orang sebar-sebarkan foto bapak,” pesannya. Ia menyebut saat itu sang ayah menyelam kemudian tenggelam dan terdampar di pantai Base G. Beberapa saksi dari keluarga juga sempat berenang bersama namun sang ayah tidak ikut pulang dan mampir di keluarga di Deplat. “Awalnya pagi hari bapak mau menyelam, karena air naik sehingga bapak menunggu sampai air turun. Saat itu keluarga yang bersama bapak pulang dan tidak ikut dan kami bertemu lagi di Base G tapi dalam keadaan sudah meninggal dunia,” ucapnya. Ia pun berharap kepada siapa saja yang memiliki ikata emosional untuk mendoakan yang terbaik untuk almarhum. “Saya mohon bantuan teman-teman semua untuk menyampaikan kepada teman-teman yang lain bahwa tidak perlu ada kekerasan, atau isu-isu mau demo kumpul massa segala macam. Kita sama-sama mendoakan bapak,” imbuhnya.(oel/ade/rel/wen)
JAYAPURA – Pemakaman jenazah  Filep Karma akhirnya, dilakukan Rabu (2/11) kemarin . Pihak keluarga memang tak ingin terlalu lama menahan jenazah mengingat kondisi sudah membengkak dan sulit jika dipaksa bermalam. Tokoh perjuangan kemerdekaan Papua ini dimakamkan di TPU Waena, Distrik Heram. Ribuan warga berbondong – bondong melepas kepergian pria yang menyentrik dengan pakaian ASN namun dibalut dengan atribut bintang kejora itu. Bahkan saking dianggap sebagai tokoh yang berpengaruh, kelompok massa rela mengantar almarhum dengan jarak yang cukup jauh, dari Jayapura Utara ke Distrik Heram.  Proses ini dilakukan mulai pukul 15.00 WIT hingga pukul 21. 00 WIT. Dari pantauan Cenderawasih pos awalnya masa keluar dari rumah duka yang bertempat di Dok 5 Atas, dengan diawali penyerahan jenazah dari pihak keluarga kepada rakyat Papua yang diterima oleh Markus Haluk (KNPB) yang selanjutnya rakyat melakukan penghormatan terakhir dan pengantaran jenazah keluar dari rumah dengan mengibarkan bendera Bintang Kejora persis di mobil jenazah keluar dari rumah menuju jalan utama. Terlihat empat bendera Bintang  Kejora dengan berbagai ukuran ikut  mengantarkan jenazah. Saat bendera menutupi peti jenazah, dua bendera dibawa oleh rombongan pemotor dan satu lagi dibawa di atas pikap yang dikawal oleh  anggota KNPB. Proses pelepasan jenazah  dimulai dari pagi hari yang dilakukan ibadah bersama kemudian dari rumah duka di Jalan Macan Tutul Dok V atas ini jenazah  kemudian dibawa ke pemakaman umum Waena. Ada yang berkendara motor, menggunakan mobil dan sempat ada yang berjalan kaki. Pada saat akan dibawa ke pemakaman, situasi di Dok V  atas (di depan gereja Paulus) sempat tegang. Ini karena para pengantar bersikeras mengibarkan Bintang Kejora. Alhasil  pasukan dari Brimob Nusantara meminta untuk bendera tersebut disimpan. Sempat terjadi  ketegangan antara polisi dan pendemo karena sama-sama ngotot. Namun akhirnya polisi memilih mengalah. Rombongan akhirnya melintas di Jl Sam Ratulangi  sekira pukul 16.00 WIT menuju Waena. Hanya menariknya jika dari rute awal menyebut jika dari Jayapura rombongan akan melewati Santarosa Polimak kemudian naik ke jalur alternatif  lewat kolam buaya dan tembus di Kampwloker dan kemudian diteruskan ke arah Buper. Publik hampir percaya ketika rute ini dipublis ke media sosial.
Baca Juga :  KPK Tolak Izin Berobat Lukas Enembe ke Singapura
Namun di lapangan ternyata rute ini berubah dimana para pengantar memilih lewat jalur Skyland kemudian melewati Abepura hingga ke Expo Waena. Pengalihan jalur ini sempat membuat aparat kaget karena tidak menyangka rute perjalanan berubah. Arak-arakan massa ini disambut setiap pinggir kota yang dilewati, disamping kanan kiri jalan masyarakat menyampaikan bela sungkawa juga meneriakkan yel-yel Papua Merdeka.. Papua Merdeka.. Papua Merdeka, ada juga masyarakat yang menyerahkan krans bunga seperti ketika melewati Gajah Putih (depan pelabuhan),  mereka juga menyediakan air minum  bagi para pelayat. Sebelumnya di rumah duka usai menggelar ibadah pelepasan jenazah, anak kedua dari Almarhum Filep Karma yakni Andrefina Javiera Karma memberikan klarifikasi soal kejadian yang dialami dan pernyataan yang disampaikan Selasa (1/11) lalu. “Saya anak kedua dari bapak Filep Karma, waktu terakhir komunikasi Sabtu, bapak masih ceria suka cita kami saling tanyakan kabar dan sebagainya. Tapi Terakhir saya dapat info Selasa pagi pukul 08.00 Saya  di telepon om saya untuk  segera ke pantai Base G sekarang juga, sehingga saya ke sana di situ tanta saya sudah menangis sudah bersedih saya lihat bapak sudah tergeletak,” terangnya. “Saat itu saya langsung blank, lemas dan tidak ada orang disamping saya, saya ikuti arus saja karena mereka disitu panggil polisi, kami di bawa jalan sampai  rumah sakit saya berpikir sampai di RSUD dok II, tapi terus sampai RS Bhayangkara,” jelasnya. “Sampai di kamar jenazah mereka belum otak-atik jenazah dari rumah sakit minta ada laporan polisi dan izin keluarga apakah harus diotopsi atau tidak. Saya bingung saya mendapati kejadian seperti ini, saya ikuti tapi, Saya tidak mau bapak di otopsi alasannya kenapa, karena bapak mukanya sudah bengkak. Saya minta visum luar saya lihat tidak ada tusukan atau kekerasan,” tambahnya lagi.
Baca Juga :  Ratusan Nakes di RSUD Dok II Dirumahkan
“Dan setelah itu saya dampingi bapak sampai rumah duka, tapi yang saya mau jelaskan bahwa saya bukan saksi yang melihat langsung bapak benar benar turun ke laut,” katanya. Ia mengatakan apabila rakyat Papua merasa tidak puas silakan investigasi independen tanpa melibatkan mereka keluarga karena sedang berduka. “Sementara waktu di rumah sakit saya klarifikasi saya di kelilingi orang, jadi memang saya ambil keputusan seperti peryataan kemarin di rumah sakit saya mengikuti arus dan saya bleng saat itu, katanya. Saya harap kita sama-sama makamkan bapak dengan baik dan aman,” tambahnya lagi. Andrefina Javiera juga berpesan kepada siapa saja untuk tidak lagi menyebarkan atau menujukkan foto-foto almarhum dengan kondiai tergeletak di pantai Base G, karena sangat menyakiti hati. “Saya tidak mau orang sebarkan foto dan video bapak saya saat meninggal di pantai kemarin, (Selasa, 1/11)  katanya di kediaman keluarga Dok V atas, Distrik Jayapura Utara, Rabu (2/11). “Kami harap tidak lagi foto bapak di pantai itu, ada bapak punya foto yang selalu ceria, ganteng dan selalu memberikan semangat pakai foto itu saja, Saya tidak mau orang sebar-sebarkan foto bapak,” pesannya. Ia menyebut saat itu sang ayah menyelam kemudian tenggelam dan terdampar di pantai Base G. Beberapa saksi dari keluarga juga sempat berenang bersama namun sang ayah tidak ikut pulang dan mampir di keluarga di Deplat. “Awalnya pagi hari bapak mau menyelam, karena air naik sehingga bapak menunggu sampai air turun. Saat itu keluarga yang bersama bapak pulang dan tidak ikut dan kami bertemu lagi di Base G tapi dalam keadaan sudah meninggal dunia,” ucapnya. Ia pun berharap kepada siapa saja yang memiliki ikata emosional untuk mendoakan yang terbaik untuk almarhum. “Saya mohon bantuan teman-teman semua untuk menyampaikan kepada teman-teman yang lain bahwa tidak perlu ada kekerasan, atau isu-isu mau demo kumpul massa segala macam. Kita sama-sama mendoakan bapak,” imbuhnya.(oel/ade/rel/wen)

Berita Terbaru

Artikel Lainnya